9

306 39 23
                                    


Siyeon berusaha untuk melawan perasaan yang terus berkecamuk di dalam dirinya sekarang. Dia ketakutan sekarang. Apa yang harus dia lakukan untuk menyingkirkan semua rasa sakit ini?

Siyeon meminum air putih di atas nakas ketika seseorang membuka pintu dan terlihat begitu panik.

"Siyeon ahgassi." Itu Kim ahjumma yang sudah lama bekerja di rumah besar itu. Tampak raut wajah khawatir terlihat jelas di sana.

"Aku ... hh......baik baik ......hhh hhh... saja ... hhh ...... ahjumma." Siyeon berusaha terlihat sehat. Dia tidak ingin merepotkan siapapun di sini. Ini rasa sakitnya tak ada yang perlu tahu soal ini.

"Kenapa ahgassi berjuang sendirian? Kenapa ahgassi tidak bercerita ke Tuan saja?" Kim ahjumma menangis melihat seberapa keras Siyeon berusaha.

"Aniyo. Aku yang akan melewati ini semua. Appa hanya akan peduli pada pekerjaannya."

"Tidak ahgassi. Ahgassi harus tau Tuan sangat menyayangi ahgassi."

Siyeon memilih untuk tidak menjawab apapun. Membuat Kim ahjumma semakin khawatir.

"Ahgassi ..."

"Aku rasa aku butuh tidur. Jika dengan tidur aku bisa bertemu dengan eomma dan bertemu dengannya. Aku rasa tak masalah. Pergilah ahjumma."

Untuk pertama kalinya, Kim ahjumma mendengar nada dingin dari Siyeon. Kim ahjumma sudah mendengar banyak rumor jika Siyeon sangat dingin sekaligus ketua gangster di sekolah. Namun beliau sangat percaya jika ahgassi nya tidak mungkin melakukannya tanpa alasan.

Kim ahjumma tentu saja terkejut. Apakah rasa sakit yang dialami Siyeon semakin membesar? Seandainya bisa, beliau sangat ingin memeluk Siyeon dan memberi kekuatan. Namun Siyeon yang sekarang seolah tak tersentuh dan makin menjauh dari dunia.

Kim ahjumma perlahan keluar dari kamar Siyeon. Mungkin Siyeon butuh waktu sendirian untuk saat ini.

*****

Sua terbangun dari tidurnya dan dia terkejut menyadari dirinya ada di dalam UKS. Dia berusaha bangun dan mengingat jelas bagaimana dirinya bisa berada di UKS.

"Sunbae, kau sudah bangun?" tanya seorang gadis manis yang ternyata sudah menunggu dirinya di ujung ruangan dekat pintu keluar.

"Siapa yang membawaku kemari? Jiu kah?" Sedetik Sua merasa bodoh karena bisa memikirkan bahwa Jiu yang membawanya. Yah bagaimana pun juga Jiu begitu membenci dirinya. Jiu tak akan peduli pada apapun yang terjadi pada dirinya bukan?

"Aniyo sunbaenim. Seseorang menemukanmu dan membawamu ke UKS karena kau tampak pucat. Sunbae baik-baik saja?" tanya gadis itu lagi.

Sua mengangguk kemudian memegang kepalanya yang terasa pusing. Ah kenapa dia selemah ini sekarang? Begitu pikir Sua saat ini.

"Apa sunbae butuh bantuan?"

"Tidak terima kasih. Lebih baik kau pergi saja."

Gadis itu mengangguk paham dan kemudian pamit. Sua sendirian sekarang. Gadis itu menghela nafas dan kemudian memilih tidur lagi karena kepalanya masih pusing. Tak peduli pada siapapun yang membawa dirinya ke UKS, dia ingin tidur saat ini.


Sementara itu ...

"Yewon-ah!" Jiu memanggil gadis yang baru saja keluar dari ruang UKS.

"Sunbaenim." Gadis bernama Yewon itu menghampiri Jiu kemudian menatap Jiu seolah bertanya ada apa.

"Bagaimana keadaan Sua? Apa dia baik-baik saja?" Jiu bertanya dengan penasaran.

"Aku rasa dia baik. Dia masih dingin seperti biasa. Dia juga menyuruh ku pergi meski aku yakin dia masih membutuhkan bantuan," jelas Yewon.

Jiu tersenyum menanggapi ucapan adik kelas sekaligus anggota OSIS itu "gomawo. Maafkan merepotkanmu dan memintamu berbohong padanya."

"Sunbae, kau masih mencintainya kan? Kenapa kalian tidak mengulangi saja kisah kalian?" tanya Yewon dengan polos.

"Tak ada yang perlu diulangi. Aku dan Sua sudah berakhir dan tidak mungkin untuk kembali bersama. Jalan yang lebih baik adalah mencari kisah yang baru dengan orang lain."

"Tapi jika demikian tidak seharusnya sunbae menghindari Sua sunbaenim bukan? Justru itu yang akan terlihat kenapa-napa."

Jiu terdiam. Yewon benar. Tidak seharusnya Jiu melakukan ini pada Sua. Mereka sudah lama berakhir dan jika mereka bisa sama-sama mengikhlaskan, mereka tidak seharusnya seperti sekarang.

"Sunbaenim aku pergi dulu ya. Annyeong."

"Ah ne. Gomawo Yewon-ah."

Jiu hendak kembali ke ruang kelasnya ketika ucapan Yewon terngiang kembali di kepalanya.

"Jika demikian tidak seharusnya sunbae menghindari Sua sunbaenim bukan? Justru itu yang akan terlihat kenapa-napa."

"Aish sialan. Kenapa aku jadi memikirkannya?" Jiu bergegas kembali ke kelas sebelum pikiran aneh lainnya datang.

*****

"Yoohyeon-ah, hari ini sepertinya aku tidak bisa pulang denganmu" Yoobin menghampiri Yoohyeon ketika kelas sudah usai

"Oh, ok" Yoohyeon mengangguk paham. Yoohyeon dan Yoobin sering pulang bersama karena rumah mereka sejalan. Jika mereka tidak pulang bersama biasanya, Yoohyeon akan pulang sendirian karena gadis itu hanya dekat dengan Yoobin dan Handong.

"Apa kau ada acara dengan Handong unnie?" tanya Yoohyeon lagi sambil membereskan bukunya ke dalam tas.

"Mm Handong unnie memintaku menemaninya  ke suatu tempat" jawab Yoobin yg terlihat bahagia.

"Bin, jika kau menyukai Handong unnie kenapa kau tidak mau mengatakannya?"

Yoobin menggeleng "aniyo. Aku rasa belum waktunya"

Yoohyeon mengendikkan bahu malas "baiklah. Terserahmu saja. Aku pulang ya, selamat bersenang-senang"

"Gomawo, Yoohyeon-ah"

Yoohyeon mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya keluar kelas. Baru beberapa dia melangkah dia melihat sebuah pemandangan yg sedikit mengusiknya.

"Jika kau tidak peduli padaku kenapa kau membawaku ke UKS?"

"Aku melakukannya sebatas aku adalah Ketua OSIS tidak lebih"

"Kau bohong! Sampai kapan kau akan terus begini dan menipu hatimu sendiri?"

"Siapa yg menipu siapa? Kau tidak ingat apa yg kau lakukan?"

"Kau tidak pernah mendengarkan penjelasanku ......"

Yoohyeon memijat pelipisnya. Bisa-bisanya dia melihat pertengkaran semacam itu. Dia berbalik mencari jalan lain daripada harus melihat pertengkaran dua seniornya.

*****

Yoohyeon menghela nafas menunggu bus yg selanjutnya akan datang. Chocomint di tangannya sudah hampir habis karena menunggu lama. Yoohyeon sedikit menyesali kenapa dia harus mampir plus menunggu lama antrian untuk membeli chocomint

Pandangan Yoohyeon sedikit teralih pada pemuda yg mendadak duduk di sebelahnya. Mengingatkan pada seseorang yg akhir-akhir ini begitu mengusiknya.

Tapi tidak mungkin itu dia, batin Yoohyeon lagi

Yoohyeon mengabaikan apa yg ada di pikirannya. Mungkin hanya mirip, begitu pikir Yoohyeon sambil menghabiskan chocomint nya







to be continue ....








Hola~ 👀👀
Ada yg nungguin lanjutan ff ini? 😂😂
Maafin kelamaan semedi

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang