Siyeon mendengus kesal ketika dirinya memasuki rumah besar itu. Rumah itu terlihat sangat mewah untuk sebagian besar orang namun untuk Siyeon itu memuakkan."Senang setelah membuat masalah Lee Siyeon?" Suara berat khas seorang pria menyapa Siyeon yang baru saja masuk ke rumah.
"Appa." Siyeon hafal suara ini. Mr Lee sekaligus ayahnya.
"Aku sudah menunggumu sejak tadi. Bagaimana Siyeon-ah? Apa saja kekacauan yang kau buat hari ini?"
"Bukan urusan Appa. Kau bahkan tak akan peduli jika aku mati sekalipun." Siyeon menjawab dengan dingin.
"LEE SIYEON!"
Mengabaikan kemarahan appanya, Siyeon melenggang pergi ke kamarnya.
Sementara Mr. Lee menahan amarah yang bergemuruh menghadapi tingkah putri tunggalnya. Beliau sadar dia yang salah di sini. Mr. Lee memanjakan Siyeon dengan berbagai kemewahan tanpa peduli bahwa Siyeon juga membutuhkan kasih sayang.
Putrinya yang berharga kini mulai berubah. Siyeon yang begitu manis dan penurut telah berubah drastis menjadi gadis pembangkang dan keras kepala.
*****
"Ne, Yoohyeon-ah?"
"Yoobin-ah, kau harus menjelaskan padaku apa yang kau maksud tadi."
"Eh apa maksudmu?"Setelah hampir 3 jam bermain dan menemani Gahyeon, Yoohyeon akhirnya beristirahat lalu menelepon Yoobin. Dia masih penasaran apa maksud ucapan Yoobin tadi siang.
"Lee Siyeon mengincarku. Kau tahu? Dia bahkan menungguku. Aku merasa gila sekarang, Yoobin."
"Eh apa? Kau tidak bercanda kan?"
"Mana mungkin aku bercanda di saat seperti ini Yoobin? Coba saja kau dekat, kupukul kepalamu."
"Kim Yoohyeon ganas sekali. Yah aku sudah menebak bahwa kau pasti akan terlibat dengannya. Siyeon pasti merasa ditentang olehmu. Gadis seperti dia mana mungkin bisa dilawan. Dan kau ..."
"Omonganmu semakin membuatku gila Yoobin. Kau membuat moodku semakin buruk."
"Aku hanya menjawab apa yang kau tanyakan. Dan sekarang kau marah, di mana salahku?"
"Ne ne ne. Aku akhiri sampai sini Yoobin-ah. Annyeong."Yoohyeon meletakkan ponselnya di atas meja. Bukannya semakin tenang justru pernyataan Yoobin membuatnya semakin kacau.
"Argh ottokaji?" Yoohyeon mengacak rambutnya frustasi.
*****
Sua menatap dengan cemas rumah mewah itu. Bukan tanpa alasan dia datang ke rumah besar itu. Mr. Lee selaku appa Siyeon mengundangnya ke rumah.
"Lee samchon tidak pernah seperti ini sebelumnya." Sua merasa aneh namun meskipun demikian kaki kecilnya melangkah masuk.
"Oh Sua-ya? Kau datang akhirnya?" Mr. Lee menyambut Sua yang baru saja tiba.
Sua mengangguk. "Ne samchon. Samchon apa kabar?"
Mr. Lee tersenyum ramah. "Samchon sehat Sua-ya. Samchon tak menyangka kau sudah sebesar ini. Berapa lama samchon tidak melihatmu umm?"
"Belum lama. Setahun ini kita lama tidak bertemu. Samchon selalu sibuk dengan pekerjaan samchon."
Mr. Lee tersenyum pahit. "Ne, kau benar Sua-ya. Bahkan sekarang Siyeon sangat marah padaku. Kau mau membujuknya untukku Sua-ya? Hanya kau yang bisa melakukannya."
Sua mengangguk paham kemudian tersenyum membuat Tuan Lee merasa lega. Setelah mengobrol sebentar, Sua memutuskan untuk naik ke lantai atas menemui Siyeon.
Tanpa mengetuk pintu, Sua langsung masuk ke kamar Siyeon. Siyeon sedang duduk di pinggir ranjang dan hanya menatap sekilas ketika melihat sepupunya datang.
"Siyeon-ah."
"Apa eonni ke sini atas undangan appaku?" tanya Siyeon dengan nada cuek.
"Yah setidaknya beliau masih peduli padamu." Sua duduk di kursi belajar milik Siyeon "Aku rasa ucapan gadis Kim itu cukup mengenai hatimu."
"Eonni apa kau ..."
Sua mengangguk. "Aku melihatnya. Aku tebak kalian akan berpacaran nantinya. Aku dulu seperti itu dengan Jiu."
"Eonni jangan sembarangan. Aku hanya memanfaatkan dirinya. Dia sudah membuatku kesal dengan menantangku."
"Kau ini." Sua tertawa geli "Baiklah terserah kau saja kalau begitu. Aku pernah mengalaminya jadi aku bisa berkata begini."
"Daripada berkencan dengannya aku lebih tertarik untuk bermain dengannya. Tidakkah dia begitu lucu, eonni? Ekspresi kesalnya justru membuatku semakin ingin bermain dengannya."
Sua memutar bola matanya malas. "Bermain? Heol, seorang Lee Siyeon jarang sekali seperti ini. Pasti gadis Kim itu begitu menarik perhatianmu, Siyeon-ah."
"Aku hanya ingin bermain eonni."
Bermain katamu? Yah kita lihat saja apa yang akan terjadi. Masihkah kau berkata bahwa gadis Kim itu mainanmu, batin Sua lagi.
"Ngomong-ngomong, appaku tidak tahu kan bahwa kau membuat masalah denganku?" Siyeon bertanya dengan nada heran. Dia lebih khawatir jika sepupu nya ketahuan berbuat masalah dengannya.
Keluarga Sua lebih dikenal dibandingkan keluarga Siyeon karena kesuksesannya di bidang ekonomi. Masyarakat Korea pun tahu betapa terkenalnya keluarga Sua namun tak banyak yang tahu jika Sua adalah putri bungsu keluarga Kim. Itulah sebabnya Sua tidak ingin ada yang tahu siapa keluarganya.
Dia hanya ingin menikmati hidupnya yang biasa. Walaupun keluarga Siyeon tidak begitu terkenal seperti keluarganya, namun bukan rahasia lagi jika dua keluarga Kim dan Lee ini adalah saudara. Jika Sua ketahuan bahwa dirinya adalah sepupu Siyeon, itu akan berpengaruh buruk untuk nama baik keluarganya. Sua menemani Siyeon menjadi geng di sekolah hanya untuk melepas rasa kesal nya pada keluarga nya yang begitu banyak menuntut dirinya.
"Aniyo. Masih aman yah walaupun aku akui aku takut jika suatu saat ketahuan." Sua meringis membayangkan apabila hal itu terjadi.
"Selama Jiu tidak membocorkan hal ini, kau akan aman eonnie."
"Walaupun dia membenciku, dia tidak akan melakukan itu Siyeon-ah."
"Kau begitu yakin eonni. Bagaimana jika suatu saat Jiu melakukan itu padamu?" Siyeon bertanya mencoba menggoda sepupunya. Sua terlalu mencintai Jiu hingga terkadang Siyeon begitu khawatir apabila Sua akan terluka lebih dalam nantinya.
"Sudah kubilang dia tidak akan melakukan itu Siyeon-ah. Dia masih mencintaiku dan aku akan berusaha bagaimanapun caranya untuk berbicara dengan Jiu. Aku tidak akan menyerah untuk kembali padanya. Hubunganku dengannya belum kandas!" Sua berbicara dengan sangat yakin. Siyeon menghela nafas. Sepupunya memang keras kepala tapi bagaimanapun juga dia tidak bisa menyalahkannya 100%.
Jiu adalah cinta pertama Sua. Dan hubungan mereka bukan sebulan dua bulan tapi sudah bertahun-tahun. Hingga kesalahpahaman membuat hubungan mereka hancur.
"Eoh, Siyeon-ah aku tidak bisa lama-lama." Sua menatap jam di tangannya. "Aku ada acara sore ini. Kau tahulah apa yang keluarga ku lakukan."
Siyeon mengangguk "ne. Jika kau tidak menyukai mereka katakan saja dengan tegas."
"Mereka tidak akan pernah mendengar pendapatku." Sua tersenyum simpul "Annyeong Siyeon-ah. Aku pamit." Sua melambaikan tangannya dan tak lama kemudian Sua sudah menghilang di balik pintu.
Sepeninggal Sua, Siyeon tersenyum mengingat ucapan gadis kecil itu. Menyukai Yoohyeon? Mungkinkah?
"Tidak tidak. Aku tidak segampang itu menyukai gadis Kim itu." Siyeon membantah pemikiran di otaknya.
To be continue ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention
FanfictionSiyeon mungkin tak akan pernah menyangka jika dirinya akan terjebak hubungan rumit bersama Yoohyeon, gadis polos pecinta puisi hanya karena gadis itu berani melawannya. Sedangkan Yoohyeon masih dengan egonya bersikukuh bahwa dia tidak menyukai Siyeo...