8

272 38 38
                                    


Jiu merasa bingung dengan perasaannya saat ini. Dia panik mencari Sua ke manapun. Dia tahu Siyeon tidak masuk sekolah dan tentu saja Sua akan sendirian. Siapa teman lain Sua selain Siyeon? Terlebih mereka dikenal sebagai duo gangster di sekolah ini.

"Sial ke mana anak itu." Jiu mulai lelah. Dia mengkhawatirkan Sua. Dia hanya takut jika Sua akan bertindak di luar sadarnya.

Hubungan mereka memang sudah lama berakhir dengan buruk. Bahkan Jiu membenci Sua setelah itu. Dia menutup mata apapun yang terjadi dengan Sua.

Namun perlahan, Jiu menyadari jika cintanya pada Sua begitu besar. Gadis itu begitu berarti bagi hidupnya. Mungkin Jiu akan mengutuk dirinya jika sesuatu terjadi pada Sua.

"Jiu sunbaenim ada apa?" Seorang gadis menyapa Jiu yang terlihat panik dan kebingungan.

"Ah Mina annyeong. Aku mencari Sua. Kau tahu ke mana dia?"

"Kim Sua? Aku tidak melihatnya."

"Ah kalau begitu gomawo." Jiu pamit dan kembali mencari Sua.

"Sial, Sua-ya kau di mana sekarang?"

*****

"Eonnie!" Yoobin melambaikan tangannya pada Handong yang tengah kebingungan mencari dirinya.

"Oh, Yoobin!" Handong melambaikan tangannya dengan semangat. Gadis Cina itu bergegas menghampiri Yoobin yang sudah duduk dan bersiap dengan bukunya.

"Menunggu lama?" tanya Handong sambil duduk di sebelah Yoobin "Ke mana Namu?"

"Siyeon sunbaenim meminta Yoohyeon untuk menemaninya di kantin."

Handong terlihat terkejut mendengar jawaban Yoobin "Mwo? Dan kau membiarkannya? Yoohyeon akan dalam bahaya Yoobin. Apa kau tidak tahu bagaimana Lee Siyeon hah?"

"Eonni tenanglah. Yoohyeon bisa mengatasinya." Yoobin berusaha menenangkan. Handong masih terlihat panik karena dia tahu bagaimana watak Siyeon meski dia tidak mengenal langsung.

"Wah kalian di sini rupanya." Yoohyeon mendadak muncul membuat Handong dan Yoobin terkejut. Bahkan tanpa dosa gadis tinggi itu duduk bersama mereka mengabaikan keterkejutan mereka.

"Yoohyeon-ah, bagaimana mungkin kau di sini?" Yoobin yang langsung bertanya ketika sahabat nya itu tanpa dosa membaca buku.

"Siyeon sunbaenin ijin jadi aku kemari saja. Aku aman hari ini dan mungkin hingga seterusnya."

Handong dan Yoobin saling bertatapan antara percaya atau tidak. Mereka sama-sama mengendikkan bahu kemudian melanjutkan kegiatan mereka.

"Syukurlah kau aman." Handong berkata dengan nada lega.

"Ne. Tapi mungkin hanya sebentar."

"Kau harus berhati-hati pada Siyeon, Yoohyeon-ah. Kau seharusnya mencari tahu bagaimana Siyeon sehingga kau masih dalam batas aman meski dia mengganggumu," kata Handong lagi

"Aku bahkan tidak yakin Yoohyeon akan melakukannya. Yoohyeon selalu asyik dengan puisinya." Yoobin menimpali.

"Kalian tenanglah. Aku bisa menjaga diriku baik-baik kawan-kawan." Yoohyeon menenangkan 2 kawannya yang terlihat begitu khawatir. Sesungguhnya Yoohyeon ingin tertawa melihat bagaimana lucunya wajah mereka karena panik tapi yang ada dia hanya akan menerima ceramah yang luar biasa nantinya.

"Ngomong-ngomong Yoohyeon-ah, apa kau sudah mengirim puisi seperti biasa?" tanya Handong setelah sekian lama mereka tenggelam dalam kegiatan masing-masing.

"Aku sedang mencobanya. Kuharap kali ini ada yang akan memuat puisiku."

"Sepertinya kau harus belajar cara menulis puisi yang indah seperti idolamu." Yoobin ikut berkomentar.

"Idola? Memang Yoohyeon punya idola?" Handong terlihat kebingungan. Yoohyeon menanggapi dengan malu. Bahkan wajah cantiknya mulai memerah karena pertanyaan itu.

"Seorang pria yang berhasil membuat puisi yang begitu menyedihkan atau mungkin terkesan kelam. Yoohyeon bahkan menangis karena itu dan mengidolakannya." Yoobin yang menjawab karena melihat sahabatnya itu tidak menjawab pertanyaan Handong.

"Heol? Pria? Kau yakin dia seorang pria Yoohyeon? Bagaimana kau tahu?" Handong menatap tak percaya. Yoohyeon itu gadis yang sulit jatuh cinta bahkan lebih cenderung untuk tak peduli. Makanya tidak heran jika Handong terkejut atau lebih tepatnya shock.

"Aku mendengar banyak rumor bahwa dia memang pria unnie." Yoohyeon menjawab dengan polos.

Handong shock tentu saja. Bisa-bisanya anak ini mempercayai rumor begitu saja. Handong memilih meminum air mineral nya. Dan Yoohyeon tanpa dosa melanjutkan kegiatannya.

"Yoohyeon-ah, aku rasa kau tidak bisa mempercayai sebuah rumor begitu saja."

"Aku tidak berniat menemuinya Bin. Jadi kau tak perlu khawatir. Aku hanya mengaguminya arra?"

Baik Handong maupun Yoobin menggelengkan kepala tidak percaya. Memang susah berbicara dengan anak yang keras kepala seperti Yoohyeon.

*****

Akhirnya Jiu menemukannya. Setelah seseorang melihat ke mana Sua pergi, gadis itu bergegas pergi ke tempat yang dimaksud. Dan inilah yang harus dia hadapi sekarang.

Perasaannya yang lama dan juga gadis yang masih dia cintai.

Jiu berusaha untuk tidak peduli. Meskipun hatinya selalu menjerit meminta bahwa mereka harus bersama, Jiu memilih untuk menutup rapat hatinya.

Kesalahan yang telah Sua lakukan dulu terlalu fatal baginya. Dia begitu mencintai Sua tapi apa yang dia terima?

Jiu mendekati Sua yang tengah tertidur lelap namun wajah lelah dan stres bisa terbaca dengan jelas di mata Jiu. Dia merapikan anak rambut Sua yang berantakan sembari tersenyum pedih mengingat kisah lalu mereka.

"Sua-ya, apa kau sehat? Meski kita sekelas aku berusaha untuk tidak peduli padamu. Kau terlihat begitu lelah."

"Hei, mungkin kau akan bahagia suatu saat tanpaku bukan. Jangan terus memikirkan kisah kita yang lalu, kita memang tidak ditakdirkan bersama."

"Aku masih berpikir semua ini salahmu tapi jauh dalam lubuk hatiku aku masih percaya dengan janji kita. Aku bodoh bukan?"

"Aku memang bodoh karena terus mencintaimu. Bagaimana pun aku berusaha menutup hati, aku tidak bisa berbohong jika aku masih mencintaimu. Tapi kau pantas bahagia. Biarlah dirimu hanya tahu aku sangat membencimu. Tak peduli apapun kebenarannya saat itu."

Jiu memilih untuk pergi. Membiarkan Sua tertidur di sana. Dia tak sanggup lagi. Perasaannya semakin tak karuan. Dia akan meminta orang lain untuk membawa Sua ke UKS.




"Kau lihat kan? Apa itu masih kurang bagimu?"

"Tapi ..."

"Buka matamu lebar-lebar. Jika aku jadi kau, aku akan meninggalkannya."



to be continue ...

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang