11

186 33 16
                                    

Sua tengah mondar mandir di kamarnya mencemaskan satu hal. Lagi dan lagi dia harus menghadapi situasi yg sama. Dia bingung kenapa orang tuanya bersikukuh menjodohkannya dengan semua putra koleganya sedangkan dirinya sama sekali tidak berminat pada seorang pria.

Tanpa dia sadari seorang pemuda memasuki kamar Sua.

"Apa yg kau rencanakan kali ini?" Nada berat dan dingin keluar dari pria itu.

Sua menoleh dan hanya melihat sekilas ketika dia tahu siapa yg datang.

"Oppa tidak perlu ikut campur."

"Aku memang tidak ingin ikut campur dengan urusan adikku yg bodoh."

Sua melirik tajam. Pemuda itu selalu saja membuatnya kesal.

"Kalau begitu, pergi dan jangan ganggu aku."

"Kim Sua, aku harap kau tidak melakukan hal bodoh yg akan mengecewakan appa dan eomma."

"Sayangnya aku di mata mereka akan selalu mengecewakan karena aku memilih jalanku sendiri. Tak peduli bagaimana aku menjalani hidup, bahagia atau tidak hidupku yg sudah mereka rencanakan harus berjalan."

"Itu semua demi kebahagiaanmu!"

"Kebahagiaan?" Sua tertawa remeh " jangan berkata soal membawa kebahagiaanku. Aku bahagia dengan caraku sendiri dan jika aku bisa memilih sekarang aku bisa saja pergi tanpa memikirkan kalian."

"Kau tetap saja adikku yg bodoh dan egois dengan pilihanmu."

"Memang. Maka dari itu jangan pernah menaruh harapan padaku sekalipun aku adalah putri bungsu keluarga Kim."

Pemuda itu hendak membalas lagi tapi dia menyadari jika gadis itu mulai menangis meski dia berusaha menyembunyikannya.

"Apakah ini semua karena gadis itu? Gadis bernama Kim Jiu itu?"

Sua terdiam cukup lama sementara pemuda itu masih menunggu jawaban.

"Myungsoo oppa, keluar dari kamarku sekarang." Sua berkata dengan nada dingin namun pemuda itu menyadari bahwa adiknya itu berjuang menahan tangisnya.

Tanpa banyak bicara, pemuda itu Kim Myungsoo melangkah keluar dari kamar dan tak lama suara kamar dikunci terdengar.

Myungsoo tahu jika adiknya itu hanya berusaha kuat di depannya. Dia dan Sua tidak punya hubungan yg dekat seperti kakak adik pada umumnya. Ada banyak hal yg membuat hubungan mereka sedingin itu.

Sua itu lemah dan cepat atau lambat dia akan menurut pada keinginan eomma dan appa, batin Myungsoo sebelum dia meninggalkan tempat itu

*****

"Yoobin-ah, gomawo sudah membantuku hari ini."

"Ne, unnie. Aku tidak membantu banyak kok."

"Hah? Kau banyak membantuku Yoobin-ah. Aku tidak suka pergi sendirian dan kebetulan kau ada waktu untuk menemaniku. Pokoknya terima kasih ya."

Yoobin hanya mengangguk sebagai jawaban. Yoobin dan Handong baru saja pergi berbelanja untuk keperluan Handong tentu saja. Saat ini mereka sedang beristirahat di sebuah stan gelato.

"Yoobin-ah."

"Ne, unnie?"

"Apa aku boleh bercerita satu hal padamu?"

"Apa itu?" Yoobin langsung mengalihkan perhatiannya demi mendengarkan Handong.

"Sepertinya aku menyukai seseorang."

Andwae, unnie! Jangan lakukan ini, batin Yoobin yang langsung panik mendengar cerita Handong.

"Ah, pasti orang itu menarik di mata unnie hingga unnie bisa menyukainya." jawab Yoobin santai. Tepatnya berusaha santai meski batinnya terus bertanya siapa orang yg tengah disukai Handong.

AttentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang