Chapter 5: Deus Bellum

24 3 2
                                    

Pada pukul 06:45, Ferdi, Imam, Andhika, dan Tony sudah tiba di sekolah dan mereka berkumpul di ruang OSIS.

"Awalnya aku mengira akan butuh usaha serius untuk membuatmu mengaktifkan kekuatanmu, tapi ternyata.... Bah...." kata Ferdi kepada dengan nada mencibir Imam.

"Bacod. Lagian aku terpaksa melakukannya untuk melindungi Nabila-ku dari monter batu karang itu." balas Imam dengan nada kesal.

"Nabila-ku? Baru juga kenal 1 hari." lanjut cibir Ferdi.

"Lah, lu sama Thasya juga ngga jelas. Baru kenal 1 hari masa udah nempel kaya orang pacaran." balas Imam.

"Lho, gue sama Thasya kan memang udah pacaran, lu aja yang ketinggalan info. Bu Yuri aja udah tahu kok, hahahahahaha...." sanggah Ferdi sambil tertawa terbahak-bahak.

"B A C O D ! !" teriak Imam yang sudah sangat kesal.

Andhika dan Tony terlihat asik menonton pertengkaran tidak jelas antara  Ferdi dan Imam.

"Jadi kira-kira, apa yang akan kami lakukan setelah ketiga prajurit pelindung telah berhasil disatukan?" tanya Andhika.

"Kalian harus menjadi tim dalam menghadapi penyerbu. Karena mengingat kejadian kemarin, sepertinya mereka sudah mulai menciptakan monster di luar lingkungan sekolah, ditambah lagi kasus pembunuhan di kota ini semakin meningkat." jawab Tony.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu ruang OSIS. Pintu-pun ruang OSIS-pun terbuka dan masuklah Mutiara, sekretaris OSIS ke dalam ruangan tersebut.

"Permi-...."

Langkah Mutiara secara tiba-tiba terhenti setelah melihat 4 siswa berpenampilan urakan seperti preman pasar sedang berkumpul di ruangan tersebut.

"Maaf mengganggu...."

Mutiara-pun tidak jadi masuk ke dalam ruangan OSIS dan kembali menutup pintu ruangan tersebut.

"Dia kenapa?"

Imam tidak menjawab dan hanya mengangkat bahunya, yang menandakan bahwa dia juga tidak tahu Mutiara kenapa.

Mutiara terlihat berkeringat dingin dan nafasnya terengah-engah.

"Kenapa tiba-tiba ruangan ini jadi sarang preman?! Kalau aku baca di komik, biasanya preman itu akan menggoda-goda perempuan yang mereka temui, lalu di grepe-grepe, dan akhirnya.... Ah sudahlah!!" gumam Mutiara.

Tiba-tiba pintu ruangan OSIS kembali terbuka dan keluarlah Imam dari ruangan tersebut, dan tentu saja Mutiara terkejut dibuatnya.

"Ada apa?" tanya Imam.

"Anu...."

Mutiara-pun membuka tasnya lalu mengambil sebuah amplop coklat kecil.

"Tadi ada seseorang yang mengantarkan ini, katanya sih untuk War God, lalu ada tulisan di dalam kurung yang berisi nama kak Imam, kak Ferdi, dan kak Andhika."

"Kamu tau siapa orangnya?"

"Tidak, begitu aku lengah orang itu tiba-tiba menghilang."

"Begitu, ya...."

Imam-pun menerima amplop tersebut dari tangan Mutiara.

"Kalau begitu aku ke kelas dulu ya, kak."

"Jangan lupa, nanti anggota OSIS kelas 10 ada rapat dengan pembina. Kamu sebagai sekretaris akan memimpin rapat."

"Siap!"

Mutiara-pun pergi ke kelasnya, sedangkan Imam kembali masuk ke kelas sambil membawa amplop yang diberikan Mutiara tadi.

WarGodVerse: War God Club (Rehat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang