15. Kembali (END)

3.9K 291 15
                                    

"Uljima.. jangan terus-terusan menangis seperti itu." Sehun terus mengusap pipi bulat Lisa yang basah sejak tadi.

Bagaimana tidak pasalnya wanita itu seperti enggan untuk menghentikan kegiatannya sejak Lelaki itu datang, bahkan Lisa masih sangat betah berada di dekapan sahabatnya itu.

"Kau tidak mendengar tadi apa yang dokter bilang eoh? Orang tuamu akan baik-baik saja, mereka beruntung karena tidak ada luka yang serius." Ucap Sehun masih berusaha menenangkan gadis yang masih sesenggukan dipelukannya.

Sebenarnya penyebab Lisa tidak kunjung berhenti menangis sampai sekarang bukan karena orang tuanya, tentu saja bukan.
Karena sesungguhnya Ia sudah lega sejak tadi setelah mendengar penuturan dokter yang mengatakan orang tuanya akan selamat karena tidak ada luka serius.

Dan penyebab Ia menangis adalah karena ia rindu pada Sehun, sahabatnya.
Ia ingin meluapkan seluruh emosinya hari ini pada Sehun. Pertengkarannya dengan Yeri tadi siang, rasa sakit dan marah saat melawan Yeri dan teman-temannya, rasa terkejutnya mendengar berita orangtuanya, dan rasa kecewa kerena Sehun yang tidak menjawab panggilannya.
Seharusnya Ia marah pada Sehun, seharusnya Ia memukulnya karena sudah mengabaikannya selama ini, tapi Ia malah berakhir didekapan lelaki itu sekarang.

Cih Lisa memang lemah.

"A-aku.. Aku takut.." Akhirnya Lisa membuka suara di sela tangisnya.

"Apa yang kau takutkan hm?" ucap Sehun lembut sambil mengusap surai gadis berponi itu.

"Aku takut akan sendirian.." Ucap Lisa pelan.

"Sshh.. kenapa kau mengatakan itu? Mereka tidak akan meninggalkanmu." Ucap Sehun menenangkan

"Lagipula masih ada aku." Ucap Sehun lagi.

"Tapi.. kau sudah meninggalkanku." Lisa menatap mata Sehun dalam, raut wajahnya seolah meminta penjelasan.

Deg!

Sehun menghela nafasnya berat, matanya terpejam sebentar, Ia ingin menghindari tatapan sendu gadis itu karena sangat merasa bersalah padanya.

"Mianhe.." Ucap lelaki pucat itu akhirnya.

"Untuk apa?" Tanya Lisa, Ia menautkan alisnya masih menatap Sehun, tangisnya sudah mulai berhenti.

"Mianhe.." ucap Sehun lagi, ia menggantung kalimatnya, Lisa memiringkan kepalanya masih menunggu jawaban pria itu dengan sabar.

"Karena aku tidak bisa mengekspresikan perasaanku dengan benar.." ucap Sehun menunduk.

"Mwo?" tanya Lisa bingung, Ia tidak bisa mendengar apa yang pemuda itu katakan dengan jelas karena Sehun mengatakannya dengan sangat pelan.

Apakah ini saat yang tepat untuk jujur tentang perasaanku padanya? Sehun bertanya dalam hati, lelaki pucat itu menatap Lisa dalam, batinnya berkecamuk.

"Ehm itu.. ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Sehun ragu, ia berdeham untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Katakanlah." Mata bulat Lisa yang menatap Sehun dengan intens malah membuatnya semakin gugup.

FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang