37 A Hope

1.9K 77 2
                                    

Jennie Pov

'Joe?' gumamku melihat panggilan di layar ponselku.

"Ada apa Joe ?"

"Nona, aku tak tahu siapa kau. Yang jelas saat ini Joe sedang berkelahi. Wajah tampannya bisa hancur, jika kau tak cepat-cepat kemari." Ucap pria di ujung sana, dengan nada gemetar.

Suara pukulan, diikuti makian menjadi latar belakang percakapan kami.

" bugh... dasar bedebah ! bugh... bugh..."

"Apa ? Bagaimana bisa ?" saking kagetnya, aku menutup mulut tak percaya. "Tolong segera kirimkan aku alamatnya, aku akan kesana segera."

Pria itu mengirimkan alamat Pub tempat Joe berkelahi.

Aku membasuh badanku dengan cepat, menarik pakaian seadanya, membawa tas ku, kemudian berlari keluar.

Beberapa kali memberhentikan taksi, tapi tak berhasil. Aku berjalan sedikit jauh ke rah depan, akhirnya dapat juga.

Jantungku berdetak tak karuan.

'Joe, semoga kau baik-baik saja.' Do'a ku dalam hati.

Beberapa ratus meter sebelum sampai, taksi berhenti melaju akibat macet yang cukup parah. Setelah melihat jam, akhirnya aku putuskan untuk turun dan berlari menuju lokasi, agar lebih cepat.

'Ha, itu dia !' bathinku.

Terdapat memar di wajahnya. Joe bersama seseorang yang kurasa lawan berkelahinya, mereka dipegangi oleh masing-masing pria dengan tubuh yang tegap dan wajah yang sangar, berpakaian serba hitam, lengkap dengan kacamata hitam.

Salah seorang pria yang sepertinya kepala keamanan di tempat itu menanyakan apa yang terjadi, jawaban lawan berkelahi Joe cukup mengagetkanku. Dia bilang Joe mencium tunangannya. Oh, benarkah ?

Mereka  melepaskan Joe, setelah aku memberikan kartu namaku sebagai jaminan.

Aku kemudian pamit kepada semua teman-teman Joe setelah mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf. Termasuk pada pria lawan berkelahi Joe, kalau tak salah namanya Ryung, dan perempuan di sampingnya, Hana.

'Apa ini gadis yang dicium Joe ? Siapa dia ? Sepertinya aku pernah melihat mereka, tapi di mana ?' begitu banyak pertanyaan dalam benakku.

"Awww !" pekik Joe, saat aku mengoleskan ointment di wajahnya. Ia bahkan beberapa kali menepis tanganku.

"Oh, berhentilah bersikap seperti bayi. Jika tak segera di obati, luka ini akan membekas."tanganku masih fokus pada memar di wajah Joe.

Setelah mengobati lukanya, kami bergegas pulang.

Aku berharap ia menceritakan segalanya, saat kami sudah berdua. Nyatanya tidak.

Akhirnya aku membuka suara, karena pernyataan Joe mencium seorang gadis, daritadi terus mengganggu fikiranku.

Sungguh aku tak menyangka dengan respon yang ia berikan. Ia malah memakiku dan berbicara seolah-olah aku bukan siapa-siapa.

Ia berbicara seolah aku tak ada artinya, karena hanya terikat kontrak saja dengannya. Oh hatiku sungguh sakit.

*****

Joe Pov

Jennie keluar dengan cepat begitu aku memarkir kendaraanku. Ia  berjalan menuju kamar, lalu masuk ke dalam walk in closet. Sementara aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur.

Cukup lama ia berdiam di sana, hingga aku tertidur pulas dengan pakaian lengkapku.

"Mmmmh" aku bangun dari tidurku. Tenggrokanku kering.

Married ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang