Rumah Tanggaku Rusak, karena Teman Sendiri

17.3K 518 8
                                    


"Lihat aku Mas, lihat aku dengan baik-baik ..." tangisku kepada lelaki yang menjadi suamiku itu. "Apa kau merasa jijik memandangku ...." sambungku penuh harap dia akan peduli.

Namun sayang, dia pergi berlalu membawa tas berisi semua pakaiannya. Aku berlari mengejarnya, namun mana mungkin aku bisa menyusulnya, sedangkan dia mengendarai mobilnya.
Sakit sekali rasanya dadaku, aku memegangi perutku yang kian membesar. Meratapi nasib anak yang ada dalam kandunganku.

"Ya Allah, mohon kembalikan suami hamba ..." pintaku dengan mengangkat kedua tanganku ke langit.

"Ibu ..." panggil putri kecilku dari belakang, sambil menangis.

Ku peluk erat tubuh mungilnya, dan mengusap air mata yang jatuh di pipinya.

"Sayaang, maafkan Ibu, maafkan Ibu ..." itulah yang ku katakan.

"Ibu, kakak takut ..." gumamnya penuh tangisnya.

"Maafkan Ibu sayang, Ibu akan temani kakak ..." ujarku, menciumi pipinya.

"Ayo masuk Ibu, kakak takut ..." ajaknya lagi.

Aku dan putriku yang berusia 4 tahun itu masuk ke dalam rumah. Ku kunci pintu, dan membawanya duduk di sofa.
Tangannya dingin, begitu pun tubuh mungilnya menggigil ketakutan.
Bagaimana tidak, dia baru saja melihat Ayahnya menampar, dan meninggalkanku, untuk perempuan lain.
Hati siapa yang tak sakit, ketika mengetahui kenyataan pahit ini.

Ku coba menenangkan hati, agar anakku bisa tertidur.
Kupeluk dia, dan ku cium tanpa henti.
Kembali ku elus perutku, yang sudah menginjak tiga bulan.
Ku tarik nafas panjang, namun air mataku tak dapat tertahan, aku pun menangis sejadi-jadinya lagi dan lagi.
Kini aku meninggalkan putriku, dan lari ke kamar mandi, agar dia tak terbangun karena tangisanku.

Ada sekitar sepuluh menit aku di dalam, dengan tangisan dan kehancuran hati yang tak dapat ku elakkan.
Aku keluar, dan mencari gawai milikku. Ku pilih kontak dengan deraian kehancuran yang masih sangat kuat. Tak pikir panjang, ku telepon Sinta, untuk menceritakan keadaan ku.

"Assalamu'alaikum Sin ..." ucapku.

"Wa'alaikum salam, Nindi! Kenapa menangis, kamu kenapa ...?" ujar Sinta panik.

"Sin ... Mas Bram ..." belum sempat aku berbicara panjang, air mataku kembali jatuh, aku terisak kuat, membuat Sinta sangat khawatir.

"Nin, aku akan segera kesana, kamu tunggu aku ya ..." ujarnya, dan telepon pun terputus.

Tak butuh waktu lama, untuk sampai ke rumahku. Tak lama bel berbunyi, ku kejar dan ku buka pintu, aku langsung memeluk erat Sinta yang nampak keheranan.

"Sayang ... Sabar ceritakan pelan-pelan ...." katanya.

Kami duduk, di sofa tempat putriku tertidur pulas.

"Aku bawa Ais ke kamar dulu ya ..." ujar  Sinta. "Kenapa dengan Bram Nin, masalahnya apa....?" tanyanya.

"Mas Bram punya selingkuhan Sin ..." jelasku, dan lagi aku menangis kencang.

"Astaghfirullah ..." ucap Sinta.

"Mas Bram bilang, jangan pernah cari dia lagi ..." jelasku.

"Kurang ajar si Bram, berani-beraninya dia memperlakukan kamu seperti ini ..." ujar Sinta dengan penuh amarah, sembari memegang tanganku.

"Sin, aku ga punya orangtua dan keluarga, kenapa dia tega memperlakukan aku seperti ini, apa salahku, apa kurangku Sin..." tangisku.

"Sabar ya Nin, sabar. Coba kamu ceritakan kenapa bisa sampai begini ..." tanya Sinta.

"Kamu tau kan, wanita yang menjadi rekan kerja Mas Bram di kantor ..." jelasku.

"Sofia ...?" tanyanya.

"Iya Sofia, mereka sudah menjalin kasih sejak 6 bulan belakangan ini ..." tangisku lagi dan lagi pecah tak tertahankan.

"Loh, bukannya dia temanmu dari kampung, dia sering datang kesini kan ..." tanya Sinta heran.

"Iya Sin, dia bahkan pernah menginap di sini ..." jelasku.

"Tapi, kok kamu tau selingkuhan Bram itu Sofia ...?" tanya Sinta lagi.

"Tadi, sehabis Mas Bram pulang dari kantor, dan mandi, ada telepon tapi tidak ku angkat. Lalu ada masuk pesan whatsapp, dan ku buka ..." jelasku dengan deraian air mata yang kian kuat.

"Lalu isinya apa Nin ...?" tanya Sinta, seraya menggonjang tubuhku.

"Isinya, foto mereka berdua  tanpa busana, dan berciuman ..." jelasku hancur.

"Ya Allah, Bram yang pendiam bisa sejahat itu ..." Sinta memegang dadanya dan menarik nafas panjang.

#bersambung

Rumah Tanggaku Rusak, karena Teman SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang