😑22. Seri😑

20.3K 1.5K 47
                                    

"Tidak perlu gengsi. Kita saling membutuhkan."

-Ren-
(Pejuang Anti Hantu)

___________

Ren menggenggam erat tangan Sagitta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ren menggenggam erat tangan Sagitta. Jujur, ia sangat ketakutan. Bahkan ia merasa sulit bernapas. Belum lagi dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya.

Hawa dingin merasuk ke tubuhnya hingga bulu kuduknya berdiri. Oh ayolah, siapa yang merasa nyaman dengan suasana seperti ini?

Tidak ada yang memulai pembicaraan saat masuk ke dalam rumah hantu. Seolah hanya mereka berdua pengunjungnya, Ren semakin merapatkan tubuhnya di dekat Sagitta.

Sagitta mendengus kesal karena posisi mereka terlalu dekat. Berulangkali ia melepaskan tangan Ren, tapi tenaganya tidak cukup untuk melawan pria yang tengah ketakutan tersebut. 

Ren menelan salivanya dengan sukar saat melihat sebuah pohon besar yang terlihat angker. Di belakang pohon itu, terdapat kain putih yang melambai-lambai. Apakah itu baju kuntilanak?

Walaupun takut, Ren tetap melihat ke arah pohon itu. Ia memastikan bahwa dugaannya mungkin salah. Terlalu fokus ke belakang pohon, hingga akhirnya ia sadar bahwa itu memang baju kuntilanak.

Suara cekikan khas kuntilanak membuat Ren ingin menangis sekarang juga. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang memakai baju putih panjang yang tergantung di pohon. Sosok hantu itu pun tersenyum menyeringai padanya.

"Hua!!! Mami!!!" teriak Ren tidak tahan lagi dan langsung berlari. Hal itu membuat Sagitta kaget karena dirinya pun terpaksa ikut berlari.

"Pak Bos! Selow, dong!" ketus Sagitta begitu mereka agak menjauh dari pohon yang ditempati kuntilanak itu.

"Kamu nggak lihat gimana ngerinya hantu itu?" Ren terlihat benar-benar ketakutan. Sagitta mendengkus kesal. Baru penampakan pertama sudah diajak marathon, bagaimana cara mereka keluar dari sana jika begini?

"Bapak alay, deh! Semua hantu di sini itu manusia," dengus Sagitta seraya bersedekap. Harusnya Ren tahu bahwa yang berada di rumah hantu hanyalah hantu jadi-jadian.

"Duh, tapi wajah mereka serem-serem," adu Ren seperti anak kecil. Sagitta mencibir.

"Lebih serem lagi kalau Bapak pingsan," celetuk Sagitta dan pergi meninggalkan Ren.

"Git! Jangan jauh-jauh!"

Ren mengejar langkah Sagitta lalu menyamakannya. Tidak lupa ia menautkan kembali tangannya dengan tangan Sagitta. Wanita itu hanya pasrah saat tangannya kembali digenggam. Percayalah, tangan Ren terasa sangat dingin dan juga berkeringat.

Free Zone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang