Don't judge someone by cover.
.
.
.
.
Happy Reading😀
________Seorang pria dengan rambut agak pirang masuk ke dalam ruangan direktur. Awalnya ia menggedor pintu dan memanggil nama pemilik ruangan, tapi tidak ada sahutan.
Saat membuka pintu, ia mendapati pria lain yang terduduk manis di kursinya. Dengan tangan yang ditopang di atas meja, membuat pria dengan rambut pirang itu mendapat ide untuk menjahili lelaki itu.
"Woi, Ren! Ren! Ren! Reeeennnn!"
Teriakan itu membuat pria yang berada di kursinya menutup kedua telinganya. Pria bernama Ren itu mendelik pada pria yang meneriakinya tadi.
"Sialan! Lo mau liat gue jantungan?" marah Ren seraya melempari temannya dengan botol minuman air mineral yang ada di atas meja.
Sean menangkap lemparan dari Ren lalu menyengir. Jika bagi karyawan kantor cengiran Sean bagai senyuman Dewa Yunani, maka bagi Ren cengiran itu bagai kuda terserempet bajaj.
"Muka kusut amat kayak baju belum disetrika. Kenapa?" tanya Sean seraya menaik-naikkan alisnya. Ia menduduki meja Ren. Sepertinya Ren tidak menyadari hal itu. Biasanya, ia akan menendang pantat Sean jika berani menduduki meja kerjanya.
"Gimana, nih? Gue punya sekretaris kayak kuntilanak," keluh Ren membuat Sean membelalakkan matanya.
"Serius lo? Kuntilanak? Gila bener!" heboh Sean seperti biasanya.
Ren mendesis lalu menyumpal mulut Sean dengan roti yang belum sempat disentuhnya. Untung roti yang disumpal, Ren bisa saja memasukkan kaos kaki jika benda itu berada di dekat tangannya.
"Ssttt! Ntar dia denger," bisik Ren menarik kepala temannya mendekat. Matanya menerawang ke sekeliling ruangan. Jaga-jaga jika wanita itu benar-benar hantu dan muncul secara mendadak.
"Pak, ad--"
Suara benda yang jatuh membuat Ren menolak badan Sean menjauhinya hingga pria itu terjungkal ke atas lantai.
"Ada apa, Ella?" tanya Ren setelah sebelumnya ia berdeham. Wanita yang bernama Ella itu mengumpulkan berkas-berkas yang jatuh terlebih dahulu. "Ada beberapa dokumen yang harus anda tandatangani."
"Letakkan saja di atas meja, saya akan memeriksanya," ujar Ren dengan nada bossy.
"Baik, Pak," ujar Ella terlihat canggung lalu meletakkan dokumen yang ia maksud di atas meja. Ia tersenyum tipis sebelum akhirnya menutup pintu dengan rapat.
Ren menatap Sean dengan tatapan membunuh.
"Sialan lo, Sean!"
###
Sagitta menghela napas lega. Ia duduk bersila di balkon apartemennya setelah membersihkan apartemen seharian penuh. Untung, wawancaranya berjalan dengan lancar dan cepat. Tentunya setelah bos barunya diancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Free Zone (Tamat)
Fiksi Umum[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] Highest rank #1 dalam Fiksi Umum #2 Romcom #1 Comedy #1 Komedi #1 Horor #1 Hantu (Romance-Komedi-Horor) _____ "Saya bukan pembantu, Bapak!" dengus Sagitta tidak terima. Ini hari Minggu. Haruskah ia berteriak...