Naruhina ~
Hyuuga Hinata
Gadis desa yg menggantungkan nasib ke kota. Pekerjaan Apapun akan Hinata lakukan untuk mendapatkan uang. Ia punya 2 adik didesa yg harus dibiayai. Belum lagi biaya hidupnya disini, berhemat sehemat mungkin yg hinata lakukan.
"Hinata" Hinata menoleh dengan wajah cerianya.
"Ya bibi"
"Ini ada lobak segar yg baru datang, kau ingin mengambilnya?"
"Wah, aku ambil 10 kg bibi. Dan wortel ini 8 kg saja" Hinata memilih-milih sayur segar untuk ia jual lagi, mengantarkan sayur dipagi hari ke pelanggan pemilik kedai makanan adalah rutinitas Hinata setiap pagi, siang harinya ia bekerja dicafe dan malam harinya di minimarket hingga jam 1 pagi. Sesekali mendapat panggilan menjadi pengganti pelayan.
Hinata mengangkut semua sayur yg telah dibelinya ke mobil pickup, mengendarainya dengan ceria.
Mencari uang sebanyak-banyaknya adalah prioritas utama hinata tidak perduli selelah apapun tubuhnya yg terpenting kedua adik dan ibunya sehat dan terpenuhi.
Sedangkan disebuah rumah rooftop terdapat seonggok manusia tertidur dengan air liur menetes serta rumah yg tidak bisa dikatakan bersih...terdapat bungkus ramen dimana-mana.
Kring kring
Dengan mata tertutup mencari keberadaan handphone
"Selamat pagi tuan, tuan ingin sarapan apa pagi ini?"
Pria itu menjauhkan layar ponselnya untuk melihat penelpon
"Aku tidak sarapan, berhentilah bicara formal padaku shika"
"Aku pikir itu lelucon yg bagus untuk pagi hari"
"Tidak ada lucunya" Ucap pria itu sembari memakai celana. "Jadi ada apa?"
"Jam 11 jangan lupa untuk menghadiri grand opening, kakashi-sama sudah bersusah payah menyakinkan para kolega"
"Hemm, aku tau. Aku matikan" Tut tut
"Hufh, merepotkan sekali" Gerutu pria itu keluar rumah tanpa mengunci pintu. Ia pikir siapa yg akan mencuri dirumah kecil ini? Well, para pencuri hanya tidak tau jika yg tinggal disini adalah seorang pewaris tunggal Namikaze corp, satu-satunya pewaris dengan kekayaan yg terbilang tidak sedikit.
"Selamat pagi naruto" Sapa wanita tua.
"Pagi bibi, kau menyapu dengan tongkat lagi?" Jawab naruto dengan terkekeh pelan, mengambilkan sebuah sapu.
"Astaga aku lupa hahaha" Wanita tua itu menerima sapu yg diberikan naruto. Mengelus kepala naruto lembut
"Aku sudah besar bibi" Wanita tua itu tertawa renyah membuat naruto mau tidak mau tersenyum lembut. Ia rindu ibunya.
"Kau belum mendapat pekerjaan?" Naruto terdiam dan hanya tersenyum. Tidak ada yg tau identitas naruto yg sebenarnya, orang-orang sekitar sini mengenal naruto sebagai pengangguran.
"Aku akan berusaha" jawab naruto singkat membantu wanita tua itu membuang sampah. Wanita tua itu pemilik gedung tempat naruto tinggal. Walau pengangguran tapi naruto tidak pernah telat membayar uang sewa, sedangkan naruto hanya seliweran dirooftop membuat naruto jadi bahan gosip dikomplek ini.
Naruto melangkahkan kakinya santai melewati ibu-ibu komplek yg mulai bergosip, naruto tidak perduli apapun yg dikatakan ibu-ibu itu. Toh itu tidak benar, ia tidak bekerja saja tiap menitnya uang akan masuk ke rekeningnya.
Naruto menyembunyikan identitasnya setelah ayah dan ibunya meninggal.
3 tahun yg lalu, tepat hari kelulusan naruto mendapat kabar ayah dan ibunya termaksud korban pesawat jatuh. Naruto terpukul tentu saja, seharusnya ia tidak perlu memaksa kedua orang tuanya untuk hadir menghadiri kelulusannya. Naruto jarang berbicara dengan ayahnya, kaena memang ayahnya sibuk. Dan untuk pertama kalinya naruto protes pada ayahnya yg tidak pernah hadir untuk naruto, karna pada hari kelulusan ayahnya memiliki agenda penting, harusnya naruto mengalah membiarkan ayahnya tetap dengan agendanya dengan begitu ayah dan ibunya akan tetap ada walau tidak bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Hinata's One Shoot' ✔
RandomOne shoot Pairing : Naruhina Karakter hak paten milik om Masashi khisimoto! Daku hanya meminjam Bahasa non baku