Shabby Prince II

3.3K 347 50
                                    


Lanjutan ~











Setelah menghilangnya minimarket itu, hinata menjalani aktifitas seperti biasa bahkan sekarang ia nemiliki pekerjaan baru, membersihkan rumah milik Namikaze house's. Hinata tidak pernah bertemu pewaris Namikaze. Sama sekali tidak pernah, bahkan dia sudah bekerja disini sekitar 2 bulan.

"Hinata" Hinata berlari pelan menghampiri Orang yg memperkerjakannya

"Ini gajimu bulan ini, apa cukup?" Hinata membolakan mata dan bibirnya berbentuk 0 terkejut

"Tuan, ini terlalu banyak. Aku tidak pernah memegang uang sebanyak ini. Pekerjaanku hanya membersihkan rumah ini" Kakashi terkekeh pelan, betapa lucuna gadis dihadapannya ini.

"Itu bonus untukmu dari tuan muda" Hinata membulatkan bibirnya bingung, bertemu saja tidak pernah kok sudah diberi bonus? "Terima saja, tuan muda tidak suka mengambil sesuatu yg sudah diberikan" Hinata mengangguk patuh, berbungkuk sopan dan keluar ruangan

"Apa tuan muda menyukai gadis itu?" Gumam kakashi pelan.

.

2 bulan yg lalu, naruto menyaksikan kepanikan hinata saat mendapat telpon dari adiknya, ibunya jatuh pingsan dikampung. Hinata butuh uang untuk memboyong ibu dan adik-adiknya kekota, hinata akan membawa ibunya ke rumah sakit besar. Jika dikampung hanya ada klinik, kalaupun ada rumah sakit, peralatan medis tidak mendukung.

Naruto terdiam saat melihat hinata menangis saat sambungan telepon masih tersambung, namun gadis itu selalu mengatakan 'baik-baik saja, tidak menangis, atau ibu harus periksa tidak perlu khawatir akan biaya'.

Naruto tidak pernah merasakan hal itu.

Dulu saat mendapat telpon ibunya sakit demam ataupun sakit karna lelah. Naruto tidak sekalut itu, naruto hanya bilang untuk minum obat dan istirahat.

Bisa dibilang naruto iri pada hinata. Naruto tidak benar-benar mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya.

Sejak SMP dia sudah berpisah dari orangtuanya, ayahnya mengirim naruto sekolah diluar negeri untuk mendapatkan pendidikan yg terbaik. Bahkan saat SD pun naruto sering ditinggal oleh orang tuanya. Jadi naruto lupa kapan terakhir kali menangis saat bertelponan dengan orang tuanya.

Ah...

Naruto pernah menangis...

Saat mendapat kabar meninggalnya orangtuanya...

Saat hinata bercerita membutuhkan biaya lebih, naruto dengan segera meminta paman kakashi membuka lowongan pekerjaan. Kakashi yg mendapat telpon dari naruto tentu saja terkejut dan panik luar biasa. Naruto itu tidak pernah menelponnya, hanya kakashi yg sering menelpon naruto namun sering kali juga direject. /durhaka memang. Kakashi bahkan menitikkan air mata saat mendengar permintaan naruto, sejak lama kakashi menunggu perintah naruto.

Walau sedikit aneh, tapi kakashi menyanggupinya.

Besoknya naruto memberikan selembaran lowongan kerja Namikaze House's. Siapa yg tidak tau klan Namikaze, bahkan pekerja rumah tangga mereka dibayar 3x lipat gaji kasir. Untuk itu tanpa pikir panjang hinata langsung mendatangi Namikaze House's untuk interview.

"Ayo makan, aku yg traktir, kau mau makan apa? Biar aku yg bayar" Ucap hinata riang. Naruto menatap tangannya yg digandeng hinata. Lebih tepatnya menarik naruto. "Ada apa? Kenapa menunduk? Apa ada uang?" Naruto mendongak

"Tidak ada" Hinata ber oh

"Jadi kau ingin makan apa? Sebagai tanda terimakasihku karnamu aku mendapatkan pekerjaan yg bagus" Naruto tersenyum lembut, melihat hinata begitu riang. Naruto hanya bingung, hidup hinata terbilang susah. Sehari saja hanya bisa makan 1x, biaya yg ditanggung sangat banyak belum lagi kebutuhannya sendiri, tapi kenapa gadis ini masih bisa tersenyum? Tertawa riang? Rasanya saat disamping gadis ini naruto tidak bisa tidak tersenyum.

'Hinata's One Shoot' ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang