Kenangan

12 4 0
                                    

Kengangan itu hal yang sulit dilupakan. Karena di dalamnya ada orang-orang tersayang. Mengukir kenangan bersama itu memang sangat berkesan. Ukirlah kenangan itu dengan penuh rasa rindu. Agar kenangan itu selalu dibarengi dengan rasa rindu sejalan beriringnya waktu. Kenangan itu masa lalu, karena kalau masa depan itu bukan kenangan, tapi harapan. Setiap orang punya kenangan di masa lalu dan setiap orang juga punya harapan di masa depan. Jadi ukirlah kenangan dulu sebelum berharap.

Setelah malam itu ngobrol dengan Rini, paginya Yudha bangun. Mentari masih terbit dari ufuk timur. Pagi yang tidak terlalu cerah. Sepertinya hujan akan turun. Harapanpun hadir, semoga hari ini tidak jadi kuliah. Harapan setiap mahasiswa ketika hujan, apalagi jika hari itu ada ujian atau tugas. Sejam kemudian hujan pun turun membasahi semua yang ada di permukaan bumi. Pesan dari dosen pun di grub bermunculan, hari ini kuliah dibatalkan.
Hari itu Yudha berencana untuk mengajak Rini jalan kemanapun. Agar ada Sesutu yang berkesan lagi. Ia pun meminta pendapat kepada Refal. Karena Refal lah yang paling lihai dalam hal ini. Ia meminta saran bagusnya mengajak Rini kemana. Mereka pun ngobrol di jendela kamar mereka ditemani derasnya hujan di pagi hari.

“Ref, ada saran ngak, kira-kira kalau aku ajak Rini jalan harus kemana?” Yudha bertanya.

“Wih, sepertinya ada yang mulai berani nih,” ledek Refal.

“Serius, ada saran ngak?”

“Ha ha ha.” Refal tertawa. “Ya kalau saran dari aku, terserah. Bawa dia ke tempat yang kamu sukai dan dia sukai,” lanjut Refal dengan memberikan saran.

“Ya kalau aku bawa dia ke tempat yang aku suka, dianya tidak suka, aku kan belum tahu kesukaannya,” ucap Yudha.

“Sudah tidak usah bingung, bawa saja dia, kalau dia suka sama kamu, dia akan merasa senang dan bahagia terus kemanapun kamu membawanya,” ucap Refal.

“Hmm, masih bingung.”

“Sudah, intinya ajak aja dulu. Kalau dia mua, tanya dia mau kemana.”

“Okedeh, nanti kucoba.”

“Emang kapan kamu mau mengajaknya?” tanya Refal penasaran.

“Mungkin minggu.”

“Naik apa?” tanya Refal.

“He he he, pinjam  motormu yah,” pinta Yudha.

“Okedeh, pakai saja.”

Seharian hujan, Yudha dan Refal hanya berdiam diri di rumah. Bingung mau ngapain. Bangun, tidur, makan itulah aktivitas mereka hari itu.  Renacana awal Yudha yang mau mengajak Rini jalan masih membayangi pikirinnya. Belum ada jalan cerah yang menunutunnya kesana. Ini adalah pertama kalinya ia mengeajak cewek jalan bersama atau biasa dibilang ngedet, apalah namanya itu. Yah, hal yang sulit sebenarnya bagi Yudha. Namun haru dilakukannya untuk mewujudkan semua impia-impian dan harapannya. Mengajaknya jalan berdua adalah salah satu cara mengukir kenangan bersama.

Tanpa pikir panjang Yudha memberanikan diri untuk mengajak Rini. Dia mengirim pesan ajakan Rini sore itu. Rencana yang sebelum mau mengajak Rini jalan di malam minggu. Tidak terlaksanakan. Ia mau mengajak Rini di hari sabtu siang. Yah, rencana awal memang selalu berubah. Namun tidak akan mendapat hasil yang jauh dari rencana awal.

“Selamat Sore” Yudha mengirimkan pesan opening.

Namun tak seperti biasanya, tidak langsung dibalas Rini. Yudha menunggu ceklis abu-abu itu menjadi ceklis biru. Ceklis abu-abu artinya Rini aktif, tapi belum dibaca olehnya pesan itu. Cukup lama menanti ceklis itu berubah. Menanti balasan. Namun sepertinya sore itu Yudha sedang diuji kesabarannya. Sesekali membuka handphone, menatap layar handphone, tapi masih sama. Belum ada balasan. Yah, mungkin hari itu Rini sedang sibuk atau mungkin ia sedang tidur. Tetap positif thinking itulah yang dilakukan Yudha.

Dialah SunsetkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang