Dalam perjalanan menuju rumah Rini, Yudha kepikiran mengajak Rini ke pantai. Karena sore itu juga jam baru menunjukkan pukul 16.20 WITA. Sunset di pantai itu akan sangat indah sekali melihat cuaca juga sangat cerah. Pantai itu juga adalah saksi pertemuan Yudha dengan Rini. Mungkinkah suatu saat Pantai itu juga jadi saksi bisu hubungan mereka. Itu semua ada pada Yudha. Mengungkapkan perasaan ke orang yang dicintai itu sangatlah berat. Tidak semudah yang dibayangkan.Lanjut dalam cerita, sore itu tiba-tiba Yudha membelok motornya ke jalan pantai. Entah apa yang dilakukannya, sepertinya ia mengajak Rini ke pantai melihat sunset. Rini terlihat sedikit bingung, dan akhirnya bertanya ke Yudha.
“Kita mau kemana lagi?” Tanya Rini diatas motor.
“Ikut saja.”
“Iyya, tapi kemana?” tanya Rini.
“Ke tempat pertama kali kita bertemu,” ungkap Yudha.
“Pantai?”
“Masih ingat juga rupanya, baguslah, artinya kau masih ada dalam pikiranmu, meskipun berada di tempat yang jarang kau ingat.”
“Bahkan sama sekali tak ada ruang untukmu.”
“Tidak apa, karena aku percaya suatu saat, aku yang akan menyingkirkan semua yang ada di ruang itu dan mengisinya dengan nama Yudha,” ungkap Yudha dengan pedenya.
“Dasar tukang geer.”
“Ha ha ha.”
“Tapi tidak ada yang tidak mungkin, selamat mencoba.”
Mendengar kalimat itu, Yudha langsung tersenyum. Itu artinya ada harapan untuknya. Rini seakan memberi kode kepada Yudha, bahwa ia mau yang mengisi pikirannya adalah Yudha. Entah itu cuma kalimat basa-basi atau apa. Tapi tidak ada salahnya kalau Yudha mencoba. Soal sakit itu belakangan, yang terpenting adalah ungkapan. Jangan dipendam, karena itu sakit.
Tiba di pantai, menyimpan motor di parkiran. Menuju jembatan di pinggir pantai itu. Jembatan yang menjadi tempat mereka bertemu dan ketiga kalinya mereka bersama di jembatan-jembatan itu. Yah, sepertinya jembatan-jembatan di pinggir itu sudah menjadi saksi diantara mereka. Pertama, mereka belum saling mengenal dan yang datang menghampiri adalah Yudha. Kedua, mereka sudah saling mengenal dan yang datang menghampiri adalah Rini. Ketiga, mereka sudah semakin kenal, tidak ada yang datang menghampiri. Tapi mereka datang berdua.“Tempat ini lagi, ini sudah tiga kalinya kita berdiri disini berdua,” ungkap Rini.
“Hmm.” Yudha tersenyum. Karena ternyata benar ia ada dalam pikiran Rini namun masih sedikit.
“Kenapa?” Rini bertanya melihat Yudha yang tersenyum.
“Tidak,” jawab Refal sambil tersenyum.
“Jangan bilang, kalau kamu ada dalam pikiranku, tidak sama sekali,” ungkap Rini.
“Tidak apa, hanya butuh waktu buat aku menunggu.”
“Terserah deh.” Mendengar kalimta itu, Rini hanya bisa tersenyum di tempat. Ya iyalah, masa tersenyum sambil jalan-jalan.
“Rini, aku merasa sangat nyaman hari ini, bisakan tetap seperti ini?” pinta Yudha yang sepertinya akan mengutarakan perasaannya.
“Jangan ingatkan aku tentang kenyamanan,” ungkap Rini.
“Kenapa?” tanya Yudha.
“Karena aku pernah terjebak di dalamnya dan berakhir dengan kecewa,” ungkap Rini.
“Siapa yang memberikan kenyamanan itu?” tanya Yudha sambil melihat wajah Rini yang sedikit sedih. Wajah bahagia sedikit mulai hilang.
“Hmm, tidak usah bahas ini.” Rini kembali mencoba untuk tersenyum. “Kamu tidk bakalan bisa jadi dia,” lanjut Rini sambil menatap keareah Yudha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialah Sunsetku
Romance"Jangan hadir di mimpiku Rin!" ucap Yudha. "Kenapa?" tanya Rini "Kalau aku terbangun, aku tidak sanggup bila harus meninggalkanmu sendiri." Obrolan yang terjalin lewat via telepon di malam hari. Sebuah ucapan selamat tidur yang dilontarkan Yudha ber...