Harapan yang Tetap Jadi Harapan

17 5 0
                                    

Seminggu sudah Yudha tidak pernah ngobrol dengan Rini. Baik lewat chat, langsung, telpon, sudah tidak ada komunikasu lagi. Di kampus bertemu hanya saling melirik, tanpa saling sapa dan bahkan tidak saling lempar senyum. Mereka seakan saling benci, tetapi tidak. Mereka hanya Saling punya rasa malu untuk memulai obrolan. Menulis puisipun sudah dihentikan oleh Yudha. Dia tidak melanjutkan lagi, karena baginya percuma, Rini juga tidak akan jadi miliknya.

Pagi itu Yudha dan Refal berangkat ke kampus. Tiba di kampu meyimpan motor di parkiran dan langsung menuju ruangan. Refal berjalan lebih cepat di hadapan Yudha. Sedang Yudha sendiri sedikit lambat dan ditinggal oleh Refal yang berjalan di hadapanya. Saat sudah mulai dekat dari kelas, tiba-tiba Rini muncul di hadapan Yudha yang datangnya dari arah yang berlawanan. Mereka hanya saling menatap, tidak saling sapa. Mereka bertatapan, Yudha jalan lebih dulu menuju kelas dan diakhiri saling lempar senyum.

Setelah bertemu nampaknya sedikit membuat Yudha kepikiran terus dengan Rini. Ya, senyuman itu balik lagi dan harapan itu seakan muncul lagi. Tapi Yudha tidak mau kecewa yang kedua kalinya lagi. Masuk ke ruangan menerima mata kuliah hari itu. Setelah proses perkuliahan selesai Refal dan Sidar mengajak Yudha ke kantin. Tapi Yudha menolak. Sebelum mereka mengajak Yudha, Sidar sempat bertanya kepada Refal apa yang membuat Yudha jadi pendiam lagi dan itu didengar oleh Yudha.

“Refal, Yudha kenapa?” tanya Sidar dengan berbisik ke Refal, namun masih bisa di dengar oleh Yudha.

“Dia lagi punya masalah sama Rini.”

“Ooo.”

“Yudha, ke kantin yuk,” ajak Refal.

“Tidak, aku mau ke perpustakaan dulu.” Yudha menolak ajakan Refal.

Yudha menolak ajakan dari mereka Ia lebih memilih utnuk ke perpustakaan dibanding harus kumpul dengan mereka. Ia menuju ke perpustakaan dan sangat tida bisa dibayangkan bahwa di perpus juga ada Rini. Mereka pun ketemu disana dan sedikit ngobrol disana. Awalnya Yudha masuk ke perpus, kemudian mengambil buku dan menuju meja baca. Tiba-tiba disana rupanya sudah ada Rini. Awalnya Yudha ragu, tapi dia pun akhirnya mendekat dan duduk di samping Rini.

“Hai, apa kabar?” Yudha menyapa Rini yang sedang duduk di meja baca.

“Hai, alhamdulillah sehat, apa kabar juga?” Rini sedikit kaget saat mendengar sapaan Yudha dan menatapnya.

“Kenapa belakangan ini, kamu seakan menghindar?” tanya Yudha.

“Pertanyaanku yang tadi belum dijawab,” ucap Rini.

“Aku baik,” ucap Yudha.

“Ooo.”

“Rin, aku minta maaf.”

“Justru aku yang minta maaf, Yud, suatu saat aku akan jelaskan, tapi untuk saat ini aku tidak bisa, biarkan aku dulu berjalan bersama iringan waktu dan biarkan waktu yang mengajarkanku bahwa aku salah,” ungkap Rini.

“Yah, aku cuma mau kita tetap seperti dulu, bolehkan?” pinta Yudha.

“Iyya.” Rini pun tersenyum mendengar perkataan itu dan menatap ke arah Yudah yang juga menatapnya.

Pertemuan itu sedikit merubah suasana. Semua kembali secara normal namun tak persis seperti dulu. Rini sebenarnya suka sama Yudha, namun sayangnya masa lalu masih menghantui pikirannya. Ia masih belum bisa benar-benar move on dari Ary. Takutnya nanti ketika ia pacaran dengan Yudha, masih teringat dengan Ary, masih membawa-bawa namanya dalam hubungan mereka, itulah yang dikhawatirkan Rini. Ia tidak mau mengukir kenangan diatas kenangan yang belum terhapuskan. Biarkan ia melupakan kenangan lama, sebelum mengukir kenangan baru. Ya, kembali lagi cinta merubah segalanya, dengan cinta kau akan tahu betapa banyaknya rasa yang hati miliki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dialah SunsetkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang