Malam itu, Yudha sedang duduk-duduk di teras rumah. Refal pun datang mendekatinya dan mengajaknya ngobrol. Refal belum sempat bertanya tadi di kampus tentang pertemuannya dengan Rini dan apa yang mereka bicarakan.
“Gimana ceritanya kamu ketemu sama cewek itu?” tanya Refal.
“Aku juga kaget, pas aku ke mading untuk nyari jadwal kuliah, tiba-tiba dia ada disana,” jelas Yudha.
“Terus, namanya siapa?” tanya Refal yang semakin penasaran.
“Rini.”
“Prodi?”
“Ngak tahu.”
“Lah, katanya sudah ketemu. Pastinya sudah ngobrol lama donk,” ucap Refal.
“Ya ketemu aja, saling tukar nama, setelah itu aku pergi.”
“Yud, jadi cowok itu agresif dikit donk.”
“Ha ha ha, agresif bukan caraku. Aku cuma ikut takdir, kalau dia diatkdirkan untukku. Ngak bakalan ada orang yang bisa memiliki dia seutuhnya.” Yudha pun harus terlihat bijak di depan sepunyanya.
Refal hanya bisa tersenyum, senang, ternyata seorang Yudha bisa berkata-kata juga. “Bijak juga yah,” ucap Refal sambil tersenyum dan sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Jodoh itu di tangan Tuhan. Kalau kata orang harus ada usaha untuk bisa mengambilnya, aku tidak, pendapatku lain. Jodoh di tangan Tuhan bukan berarti mengambil, tapi menjaganya untukmu. Tiba waktu yang tepat, pasti akan diberikan padamu. Disaat kau benar-benar mampu menjaganya.”
“Yayaya, tapi kan memang harus ada usaha.”
“Percuma usaha kalau itu dibenci oleh Tuhan, lakukan saja perintah-Nya lalu jauhi larangannya. Orang yang baik, itu akan mendapatkan orang baik,” ucap Yudha yang malam itu tiba-tiba jadi sok bijak bangat.
“Yayaya, okelah. Aku hanya bisa mengiyakan,” ucap Refal
Malam itu seorang Yudha yang dulu sirna, hilang, lalu hadirlah Yudha yang baru dengan sosok yang lebih unik, dari pandangan Refal. Ya mungkin juga inilah sisi asli dari Yudha, ia hanya percaya dengan takdir. Tidak jadi cowok yang agrsig. Terhitungkan Refal mengenal Yudha baru beberapa bulan terakhir ini.
***
Besok adalah hari ketiga mulai kuliah. Besok adalah hari mulai kuliah perdana. Yudha berharap bisa bertemu lagi dengannya. Ia pun menyiapkan susunan kata-kata yang akan ia lontarkan ke Rini. Sampai ia ngobro sendiri di tempat tidurnya. Ya mungkin orang kalau jatuh cinta seperti, sedikit agak gila.
Yudha masih membayangkan sosok Rini malam itu. Sedang Refal sudah terlihat nyenyak dalam mimpinya. Masih menatap layar hp nya yang penuh dengan chat. Namun semua chatnya ia acuhkan. Karena semuanya berisi ajakan reuni. Yudha paling malas ikut reuni. Ia hanya menggeser-geser chat di grubnya tanpa muncul sekalipun. Hingga tanpa sadar ia tertidur.***
Besoknya, kuliah perdana dilaksanakan jam 08.00 wita, serentak semua mahasiswa fakultas bahasa. Jadi semua mahasiswa fakultas bahasa dari beberapa jurusan akan hadir. Suatu kesempatan untuk Yudha dan Rini bisa bertemu. Namun sayangnya mereka belum saling tahu bahwa berada di fakultas yang sama. Refal pun terbangun lebih dulu dan melihat Yudha masih tertidur pulas. Refal melihat jam sudah pukul 07.05 wita. Ia pun segera menuju ke kamar mandi tanpa membangunkan Yudha. Karena mereka harus bisa berangkat cepat. Perjalanan ke kampus cukup membutuhkan waktu. Setelah Refal mandi, ia melihat Yudha masih tertidur sangat pulas. Ia pun membangunkannya.
“Yud, bangun.” Refal membangunkan Yudha.
“Baru juga jam berapa.” Yudha masih ngantuk.
“Jam berapa? Sana cuci muka. Sudah pukul 07.20 nih.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialah Sunsetku
Romance"Jangan hadir di mimpiku Rin!" ucap Yudha. "Kenapa?" tanya Rini "Kalau aku terbangun, aku tidak sanggup bila harus meninggalkanmu sendiri." Obrolan yang terjalin lewat via telepon di malam hari. Sebuah ucapan selamat tidur yang dilontarkan Yudha ber...