03. Gavrila Yang Menari

172K 7.7K 151
                                    

Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat hingga satu bulan telah berlalu.

Setelah mengambil liburan hanya selama tiga hari Ander pun kembali menjalankan tugasnya sebagai seorang pilot. Berjalan menyusuri bandara dengan wajah datarnya dan kacamata hitam menutupi matanya sambil menyeret sebuah koper kecil.

Pandangannya juga selalu tertuju ke depan. Ander tidak peduli dan tidak mau repot-repot memerhatikan sekitar.

Seakan suatu kebetulan tubuhnya kembali ditabrak. Bukan karena ia tidak fokus tapi karena ia tidak memerhatikan sekelilingnya jadi tabrakan itu pun terjadi tanpa bisa menghindar.

Jika ingin menyalahkan maka orang yang menabraknyalah yang harus disalahkan karena berjalan dengan asal.

Dengan datar Ander melihat ke arah orang tersebut. Dan ketika dilihatnya ternyata gadis model itu lagi.

Ander mungkin lupa namanya tapi ia tidak lupa perawakannya dan pembawaannya yang genit.

Untuk kedua kalinya ia menabrak Ander. Mungkin saja gadis ini memiliki sifat ceroboh. Ander pun tidak ingin tahu.

Tapi ia tetap heran dengan gadis itu, apa ia berjalan tidak melihat dengan memakai matanya.

Fungsi matanya sebenarnya untuk apa?

Apa tubuh besar Ander sama sekali tidak terlihat di matanya?

Ia tidak ingin berurusan dengan model ini lagi. Membuang-buang waktu dan tenaganya saja jadi sebelum gadis itu memulai aksi genitnya lebih baik ia mengambil langkah lebih dulu.

“Eh long time no see, Pak Pilot.” Gavrila menatap Ander dengan genit seraya mengikuti langkah panjang Ander. “Pak Pilot, yang bawa pesawatnya hari ini? Apa kita satu pesawat ya? Soalnya pesawat yang saya naiki sama dengan seragam Pak Pilot,” seru Gavrila dengan semangatnya.

Ander tidak peduli ia terus berjalan dengan membiarkan gadis itu berceloteh panjang lebar. Ia tidak akan menggubrisnya.

“Pak, jalannya kok cepet? Udah terlambat ya? Udah mau take off ya?”

“Saya tuh udah lama pengen kenalan sama pilot tapi baru kesampaian sekarang. Nggak salah saya mengagumi profesi pilot soalnya Bapak ganteng. Nggak nyambung sih tapi nggak papa yang penting Bapak ganteng.”

“Meski pun saya tinggi tetap aja jalannya Bapak itu loh, kok saya kayak lagi jogging sih?”

Ander yang merasa jengah dan sakit telinganya akibat suara model itu pun menghentikan jalannya dan menatap Gavrila jengah di balik kacamata hitamnya. “Apa maumu?”

Dengan senyuman lebar dan mata yang penuh binar harap menatap Ander.

“Nggak papa kali Pak bagi-bagi nomer hp. Hitung-hitung sedekah. Mau ya, Pak? Kasih nomer hpnya ke saya? Biar ada yang bisa perhatian gitu sama Bapak, soalnya saya orangnya perhatian.”
Gavrila berkata dengan suara manisnya.

Ander menaikkan kedua alisnya. “Dibayar berapa kamu?”

Gavrila memiringkan kepalanya. “Paling sedikit 20 juta. Kenapa, Pak? Oh Bapak mau pakai saya ya? Boleh nanti hubungi manajer saya.”

Bukan karena Gavrila tidak paham arah pertanyaan Ander itu tapi karena ia paham maka ia menjawabnya seperti itu dengan senyuman serba manis.

Ander tersenyum miring. “Ternyata murahan dan selera saya bukan kamu. Murahan dan bitch.” Ander berkata dengan dingin.

Gavrila yang mendengar itu seketika merubah raut wajahnya. Menggertakan giginya dan menatap pilot pujaannya dengan marah. Ia memang banyak menerima pelecehan atas profesinya. Model itu kehidupannya tidaklah jauh dari kehidupan kotor yang ada di baliknya tapi Gavrila berbeda.

Mr. Pilot Fallin' ✈ [Revised: Completed] || Terbit E-bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang