08. Membantah

140K 6.8K 201
                                    

“Kamu bilang apa tadi?”

Gavrila memalingkan kepalanya dan melihat ke tempat lain. “Maksud Bapak apa dengan perkataan tadi?”

Ander menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menatap lurus pada Gavrila. “Kamu tahu bukan itu yang saya maksud.”

Dengan memberanikan diri Gavrila kembali menatap Ander. “Bapak kan memang lebih tua dari saya,” cicit Gavrila.

Kedua sudut bibir Ander sedikit tertarik, ia tersenyum kecil.

“Coba kamu ulangi,” perintah Ander.

Kerutan di kening Gavrila pun terlihat tetapi senyumannya merekah. “Boleh. Asal Bapak kasih tahu alasan perkataan tadi. Gimana?”

Ander mengernyit tetapi ia berjalan mendekat dan hanya menyisakan sedikit jarak di antara mereka. Ia memandangi Gavrila dengan lekat.

“Boleh. Asal kamu harus memanggil saya seperti itu mulai dari saya menjelaskan maksud saya.” Senyuman miring hadir di wajah datar Ander.

Gavrila menyentak sebal. Lalu mendorong tubuh besar Ander. “Nggak jadi, nggak usah bilang.”

Gavrila lalu berjalan melewati Ander menuju mobil yang terparkir manis di halaman parkir.

Ander yang melihat kegugupan Gavrila merasa bahwa gadis itu sungguh menggemaskan. Biasanya Gavrila yang akan terus menyerang tetapi kali ini ia menyerah. Kekurangan amunisi kah?

Ia pun mengejar Gavrila dengan langkahnya yang cepat dan berjalan di belakangnya.

Ander tersenyum jahil. “Kamu yakin?”

“Yakin,” sahut Gavrila tegas.

“Serius?” Ander menambah kesan menyebalkan pada nada suaranya.

“Mau Bapak apa sih?!” Gavrila berkata dengan kesal, menghentikan langkahnya lalu berbalik dan tabrakan itu pun tak dapat terhindarkan.

Gadis itu merutuk pelan, mengangkat kepalanya lalu menatap Ander dengan pandangan sengit.

“Harusnya Bapak menghindar,” sungut Gavrila. Untuk kedua kalinya di hari ini ia menabrak tubuh Ander.

Ander mengernyit, ia menundukkan kepalanya dan menatap manik Gavrila datar.

“Kamu yang berhenti tiba-tiba,” ujarnya lalu menyentil kening Gavrila pelan.

Gavrila terkejut dengan ulah Ander itu. Ia mendelik tajam pada Ander.

“Bapak kan sudah tahu saya mau berhenti, harusnya menghindar dong?!” Bentak Gavrila.

Ander menghembuskan nafasnya pelan. Ia membuka pintu bangku pengemudi, sebelum masuk ia berbalik menatap Gavrila dengan datar.

“Mana saya tahu. Kamu pikir saya cenayang? Cepat masuk. Mau pulang tidak?” Setelah berkata begitu Ander masuk ke dalam mobil.

Dengan kesal Gavrila masuk ke dalam mobil dan membanting pintunya dengan lumayan kasar.

“Jangan ragu-ragu kalau mau ngerusakin,” ujar Ander, menyalakan mesin mobil, memainkan tangannya dengan lihai pada kemudi lalu membawa mereka keluar dari parkiran restoran.

Gavrila memicingkan matanya pada Ander.

“Dasar orang kaya. Sombong sekali,” gerutunya dan kembali menatap ke depan.

Sementara Ander yang sedang menyetir itu melirik sekilas pada Gavrila. Melihat gadis itu yang cemberut dengan bibir yang terlihat sedang digerakkan, sepertinya mendumel pelan.

“Kamu benar tidak ingin tahu maksud saya tadi?” Goda Ander lagi.

Gavrila menatap pria itu dengan sinis. “Nggak,” jawabnya dengan ketus dan mengalihkan pandangan ke sisi jendelanya.

Mr. Pilot Fallin' ✈ [Revised: Completed] || Terbit E-bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang