02. Janji Ya, Awas Bohong

191K 7.6K 33
                                    

Ander masuk ke dalam kafe yang disampaikan oleh Megan. Ia melangkah masuk dengan malas dan terpaksa. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe mencari seorang perempuan yang duduk seorang diri seperti sedang menunggu dan dilihatnya seorang gadis berkulit putih, berambut pendek sedang duduk di meja dekat kasir.

Tanpa ragu Ander berjalan menghampiri perempuan itu sebelum langkahnya terhenti lengannya ditarik oleh seseorang. Ander berbalik dan ia mendapati seorang gadis yang baru dua hari lalu ditemuinya.
Ia mengernyit menatap gadis itu yang tingginya mencapai sekitar telingnya.

“Eh. Ketemu kita ya, Pak Pilot. Pak Pilot suka ke kafe kah?” Gavrila, gadis itu tersenyum dengan riangnya sedangkan Ander menatapnya dengan tidak senang.

Ander mengabaikan Gavrila dan berjalan menghampiri wanita yang sudah menunggunya itu.

Sedangkan Gavrila ia hanya bisa mengerucutkan bibirnya kemudian berlalu menuju kasir.

Ander mengambil tempat di depan wanita itu, tanpa adanya senyuman alias menampilkan wajahnya yang datar.

“Halo,” sapa wanita itu dengan sopan.

Ander tidak membalas sapaan wanita itu.

Sementara wanita itu tetap menyunggingkan senyumannya seraya berkata, “kata Ibumu kamu habis latihan memanah langsung ke sini. Maaf merepotkan.”

Lelaki itu tidak menanggapi perkataannya. Ia meneliti wajah wanita yang berada di hadapannya ini dengan seksama.

Kulitnya putih, matanya sipit, wajahnya terlihat mulus, tidak terlalu banyak berdandan, rambutnya berwarna merah marun, belum terlihat adanya kerutan tapi Ander bisa tahu bahwa wanita itu adalah seorang rubah. Terlihat dari gesture tubuhnya, dan sorot matanya. Ander tidak belajar psikologi, hanya berdasar insting.

“Namaku Lisa Adiwidya, umurku 23 tahun, kegiatanku sekarang bekerja di perusahaan Papa. Bagaimana denganmu?”

Cara perkenalannya terdengar menyebalkan di telinga Ander, jangan lupakan senyumannya.

Ander berasa sedang mewawancarai seseorang.

“Kamu pasti sudah tahu siapa saya, untuk apa bertanya lagi.”

Lisa terdiam, ia tersenyum kikuk. Ander baru saja menjawab dengan nada datar. Ia berusaha mengerti dengan keengganan Ander lalu mencoba mengontrol raut wajahnya dan kembali tersenyum.

Rightmy bad. Jadi kamu suka memanah? Selain memanah apalagi? Aku suka bermain golf.”

“Pak Pilot.” Sebuah suara penyelamat bagi Ander. Ia langsung menoleh ke sampingnya dan Gavrila sedang berdiri menatapnya dengan senyuman cerahnya.

Gavrila melirik Lisa dari ujung matanya dengan tidak suka. Ia tidak menyukai wanita itu, seorang rubah tentu tahu rubah lainnya. Tapi ia memilih mengabaikannya dan fokus pada pria tampan di hadapannya.

“Pak Pilot, masih lama di sini? Saya sudah mau pulang.” Gavrila memasang tampang sedihnya. “Jadi…, sebelum pulang, boleh kan saya–

Kata-kata Gavrila terpotong karena Ander sudah menarik Gavrila keluar dari kafe.

Begitu di luar kafe ia menatap gadis itu dengan tajam.
“Saya akan kasih nomor hp saya asal kamu mau bantu saya pergi dari sini, tepatnya dari wanita tadi.”

Kata terpanjang yang pernah didengar Gavrila dan gadis itu semakin yakin ia menyukai Ander apalagi setelah mendengar suara pria itu, Gavrila menjadi lebih terpesona.

Gavrila tentu senang dengan penawaran yang diberikan Ander itu, lumayan bisa dapat nomor ponsel pilot tampan. Ia mengumbar senyuman manisnya yang menampilkan lesung pipi sebelah kirinya sehingga membuat Ander sempat terpaku.

Mr. Pilot Fallin' ✈ [Revised: Completed] || Terbit E-bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang