07. Panggilan Akrab?

144K 6.5K 75
                                    

Ander memerhatikan penampilan Gavrila dari atas hingga bawah berulang kali. Ia menggelengkan kepalanya melihat pakaian gadis itu. Ia memaklumi profesi Gavrila sebagai seorang model tetapi haruskah seperti ini?

Gavrila merasa sedikit risih ditatap begitu intens oleh Ander. Ia melihat Ander dengan sinis. “Kenapa sih?”

“Kamu nggak ada baju lain?” Tanya Ander tajam lalu menatap manik Gavrila.

Gavrila mengernyit. Ia melihat penampilannya yang memakai tube top merah marun ditutup dengan cardigan hitam panjang dan celana pendek berwarna hitam. Suasana hatinya sedang bagus jadi ia memilih memakai pakaian seperti ini.

 Suasana hatinya sedang bagus jadi ia memilih memakai pakaian seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Source: google

“Kenapa memangnya? Nggak bagus ya? Tapi saya sudah bercermin tadi berkali-kali bagus kok.”

Ander menggaruk keningnya yang tidak gatal. Setelah seminggu tidak bertemu dengan gadis ini, Ander tidak menyangka bahwa ia akan dibuat sakit kepala ketika mereka bertemu lagi.

“Ganti,” katanya dengan lugas.

“Ini lagi nggak di rumah loh, Pak. Lagipula ngapain juga saya harus ganti baju? Bagus kok bajunya,” sahut Gavrila yang membuat Ander kesal.

Ander menepati perkataannya bahwa ia akan menemui Gavrila. Ander menjemput Gavrila di depan sebuah agensi model untuk mengajaknya makan siang bersama. Mereka hanya ingin makan siang bukan menemani Gavrila melakukan pemotretan.

“Naik,” perintah Ander tegas.

Dengan patuh Gavrila naik ke dalam mobil Ander. Ia memasang sabuk pengaman lalu melirik Ander yang sudah melajukan mobilnya keluar dari parkiran perusahaan agensi.

Di dalam mobil itu tidak ada pembicaraan berarti yang terjadi. Suasana canggung dan kaku melingkupi keduanya. Baik Ander mau pun Gavrila enggan untuk berbicara. Ander yang memang irit bicara dan Gravila yang malas bicara. Terciptalah suasana tidak mengenakkan.

Hingga mobil yang dibawa Ander memasuki pelataran parkir sebuah butik. Membuat Gavrila langsung melihat Ander dengan tatapan bertanya. “Ngapain ke butik? Bukannya kita mau makan siang?”

“Cerewet.”

Gavrila merengut, ia kan hanya bertanya.

Terkadang ia merasa heran akan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia naksir pria dingin dan menyebalkan itu?

Gavrila hanya bisa menggelengkan kepala pada dirinya sendiri karena jawabannya yang selalu sama bahwa Ander adalah kriterianya selain karena tampan dan jika tanpa memikirkan sifat pemaksa Ander.

Ander memakirkan mobil lalu keluar dari mobil yang diikuti dengan terpaksa oleh Gavrila. Keduanya berjalan masuk ke dalam butik.

Gavrila tidak banyak bicara lagi begitu mereka masuk ke dalam. Gadis itu hanya mengikuti langkah Ander dari belakang. Namun karena tidak melihat jalan, dan kepalanya yang tertunduk, tubuhnya pun menabrak Ander begitu pria itu berhenti.

Mr. Pilot Fallin' ✈ [Revised: Completed] || Terbit E-bookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang