Happy reading..
***
Ali memijat pelipisnya pelan ketika merasakan pening di kepalanya akibat pekerjaannya yang tidak sempat dikerjakan karena ia harus kesana kesini mempersiapkan pernikahannya dengan Prilly. Walau kedua orang tuanya sudah menyiapkannya, tetapi Ali rasa harus membantu sedikit-sedikit yang dirasa masih kurang.
Ali melirik kearah samping, dimana ada Prilly yang ternyata sedang berkutat dengan pekerjaannya sebagai sekertarisnya itu.
" Montok juga calon bini gue ye. " Ali terkekeh sendiri dengan pemikirannya itu.
Prilly yang tersadar sedang diperhatikan oleh Ali, melirik dengan ekor matanya. Prilly bergidik ngeri ketika mendapati Ali yang sedang senyum-senyum sendiri sebari memperhatikan dirinya. " Jadi ngeri gini gue, kalo liat calon suami kek orang sinting gitu. " batinnya.
Tok. Tok. Tok.
Ali tersadar dari aktivitasnya yang sedang memperhatikan Prilly itu, ketika telinganya mendengar suara ketukan pintu.
" Masuk! " Ucap Ali sebari membenarkan posisi duduknya.
" Sayangg.. Aku kangen. "
Ali terkejut dan segera berdiri ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok perempuan dengan dress ketat berwarna merah.
Ali hanya mematung, tidak membalas pelukan dari perempuan itu. Matanya melirik kearah Prilly yang hanya diam saja.
Perempuan itu mendongkak melihat Ali yang hanya diam saja. " Li, kamu gak kangen sama aku? "
Ali tersadar dan melepaskan tangan perempuan yang bernama Tamara itu dari pinggangnya. " E-eh i-iya. "
Tamara merngenyit bingung. " Kok dilepas? Kan aku lagi kangen sama kamu. "
Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal, matanya melirik kearah Prilly yang sedang fokus dengan kerjaannya. Namun begitu Ali yakin, jika Prilly sadar akan kehadiran Tamara saat ini. " Gak enak Ra, ada sekertaris aku disini. "
Tamara ikut melirik ke arah Prilly. " Ohh! Biasanya juga kamu gak gitu. "
Sementara Prilly berusaha untuk tidak memperhatikan Ali dan perempuan itu. Prilly bingung dengan hatinya yang tiba-tiba terasa nyeri ketika Ali mengatakan bahwa dirinya adalah sekertaris Ali bukan calon istrinya.
Prilly menghela nafas ketika pekerjaannya sudah selesai, ingin sekali ia buru-buru pergi dari ruangan ini yang membuat dadanya sesak. Prilly mengambil tas nya, dan hendak keluar. Namun ketika sudah memegang knop pintu, suara milik Ali menahannya.
" Kamu mau kemana? "
" Pulang. " ucap Prilly tanpa membalikan badannya.
" Jadi ini seketaris baru kamu sayang? Gak punya sopan santun. " Ucap Tamara tersenyum remeh.
" Ra, jangan gitu. " Ucap Ali membela.
" Kamu kok belain dia? Kamu suka sama dia? " Tanya Tamara menatap Ali menyelidik.
" A-aku-- "
Prilly yang masih berdiri diambang pintu pun, segera keluar dari ruangan ini. Sungguh saat ini hatinya tiba-tiba terasa nyeri apalagi ketika mendengar Ali tidak menjawab pertanyaan Tamara.
***
Prilly berjalan cepat memasukin toilet sebari mengusap air matanya kasar, ia merasa sakit ketika melihat Ali tidak berusaha menghindar dari perempuan yang bernama Tamara itu. Prilly tersenyum miris, memangnya dia siapa? Sampai-sampai Ali harus menghindar untuk menghargai perasaannya.
" Bodoh! Lo gak bisa gini Prill. Lo cinta sama dia sedangkan dia? Belum tentu balas perasaan lo! " batinnya.
" Lo bodoh Prilly! Bodoh! "
Prilly menggigit bibir bawahnya guna menahan isak tangisnya agar tidak terdengar. Kenapa ia harus memiliki perasaan ini terhadap bosnya? Ini tidak boleh terjadi. Prilly tidak mau merasakan sakit hati jika nantinya ia tau Ali tidak bisa membalas perasaannya.
Ali yang baru saja terbebas dari Tamara pun segera mencari Prilly, Ali tergerak memasuki ruangan cctv dan mengecek semua sudut ruangan, hingga akhirnya dalam layar monitor itu menampilkan Prilly yang ia yakini sedang menangis itu memasuki toilet.
" Sial. " Perasaan Ali semakin tak menentu kala memikirkan Prilly jika nantinya Prilly berniat untuk membatalkan pernikahannya hanya karna gara-gara Tamara saja.
Ali segera menuju toilet, dan membukanya secara pelan agar tidak terdengar suara. Dada Ali sesak ketika matanya menangkap sosok gadis yang ia khawatirkan sedang menangis Ali dapat melihat dari pantulan cermin.
Ali melangkah pelan menghampiri Prilly, dadanya semakin sesak ketika melihat dengan jelas air mata yang keluar dari mata gadisnya.
Tangan Ali terulur melingkarkan tangannya dipinggang Prilly, dan menenggelamkan kepalanya dicekuk leher Prilly. Ali bisa merasakan tubuh Prilly menegang karena perlakuan Ali.
" A-ali. "
" Maaf! Maafin aku Prilly. " Ucap Ali sebari mengeratkan pelukannya.
Prilly menghapus air matanya, dan kembali memasang wajah datar. " lepas Li, anjir! "
" Gak! Aku gak mau! " Ali semakin mengeratkan pelukannya.
Prilly membalikan tubuhnya dan melepas pelukan Ali. " Ck! Dikira teletubies lo! Pake pelukan gini. "
Ali menatap Prilly bingung, bukannya tadi gadis itu menangis. Tapi tetap saja mata Prilly terlihat sembab.
" K-kamu nangis? "
Prilly tertawa hambar. " Haha gue nangis? Gila aja lo, Kagak lah! "
Ali memajukan wajahnya dan menatap mata Prilly dalam, sehingga membuat Prilly repleks menjauhkan wajahnya. " Ngapain lo liatin gue gitu? Jangan deket-deket anjir! "
Prilly berusaha mengatur degup jantungnya, ditatap seperti itu oleh Ali cukup membuatnya gugup. Eh sial.
" Awas! Gue mau pulang! " ucap Prilly sebari mendorong dada Ali, sehingga Ali terjauh darinya.
Ali memasang wajahnya datar, dan menarik tangan Prilly. " Aku antar! "
Prilly membulatkan matanya belum sempat menolak, Prilly sudah diseret Ali keluar dari toilet.
Dih dikira kambing diseret-seret, kan Prilly jadi kesel.
Bersambung...
Makin ga nyambung ternyata😢
Maafkan aku yang baru belajar ini teman-teman💙
Jangan lupa vote nya ya!💙
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY BOSS😎
RandomBos yang selama ini selalu bikin gue darah tinggi dan jijik dengan kelakuannya, ternyata dia adalah calon suami gue. Gue harus gimana gaes? sedih atau justru harus bahagia dengan semua ini? Penasaran?kuy join💙