BULAN ini Natalia banyak bertugas dalam ofis. Freddy tidak bebankan dengan tugas yang banyak macam selalu. 'Aik, baik hati pula dia.'
Tengah hari itu, Lusia bawa Natalia lunch. Irfan dan Suzie juga lunch bersama. Cafe berdekatan dengan ofis saja yang dipilih.
"Baik betul boss dengan kau, Lia? Ada apa-apa kah?" Suzie bertanya.
"Tiada laa. Kenapa kau tanya macam tu?" Terkejut Natalia ditanya soalan seperti itu.
"Semua orang boleh nampak, Lia. Sebelum ni semua staff akan dimaki-hamun sampai laa kau datang. Tapi, bagus juga macam tu. Lebih baik kau layan boss tu betul-betul," sampuk Irfan. Terselit usikan di situ.
"Ahh! Ada-ada saja laa kamu ni," ujar Natalia cuba menutupi gelora hatinya.
Lepas lunch, mereka kembali ke ofis dan sambung kerja. Natalia juga kemaskini data melalui komputer. Telefon ofis berdering. Diangkat dan dijawab. Sekali lagi Freddy memanggilnya.
Natalia duduk depan Freddy dengan muka serius.
"Lepas kerja, Natalia bersiap di rumah. Jam 7.00 malam saya ambil," beritahu Freddy.
Berkerut dahi Natalia. "Untuk apa?"
"Ada party di rumah. Saya mau bawa Natalia jumpa keluarga saya." Freddy berterus-terang.
"Encik Freddy...?" Ada riak suram di wajah Natalia.
"Saya tau, saya nampak tida sopan. Saya bertindak tanpa bincang dengan Natalia dulu. Tapi, saya kesuntukan masa. Saya rasa, hanya Natalia saja calon yang sesuai," jelas Freddy.
Natalia bangun dari tempat duduk. Dia mengangguk lemah dan keluar dengan hati yang berbelah-bahagi. Mau setuju, memang dia enggan. Mau tolak, takut hilang kerja. Aku harus sediakan kontrak tu, desis hatinya.
Malam itu, Natalia berdandan cantik. Blaus biru tua dipadankan dengan baju lengan panjang berwarna putih. Rambut disanggul. Lipstik merah hati menghiasi bibir. Puas hati dengan penampilan diri, dia keluar dari bilik.
Dia mendapatkan Freddy yang sudah lama menunggu dalam kereta. Senyuman lelaki itu tidak dibalas. 'Bukan aku tida tau senyuman mengejek kau tu,' komplen nya dalam hati.
"Cantik malam ni," puji Freddy.
"Apa yang cantik? Kereta Encik Freddy?" tukas Natalia.
"Natalia ni, kita puji dia, buat tida tau pula."
"Oo... Saya memang hari-hari cantik." Natalia mengelokkan cara duduknya.
Freddy tersenyum. "Nanti kalau jumpa keluarga saya, jaga bahasa tau. Mudah-mudahan Natalia disukai."
"Saya okey saja ni. Tida diterima lagi laa saya suka..." Belum habis pun kata-kata Natalia tapi, Freddy menutupnya dengan jari telunjuknya.
"Jangan cakap apa-apa. Kita mau sampai suda ni." Freddy membelokkan keretanya di satu lorong.
Rumah mewah dua tingkat tersergam indah. Ianya telah dihias cantik. Canopy-canopy bersusun. Freddy membawa Natalia keluar. Mereka mendapatkan keluarga Freddy yang rancak berbual. Freddy memperkenalkan Natalia pada semuanya.
"Pandai Freddy pilih. Orangnya cantik," puji nenek Freddy.
"Memandangkan Freddy suda ada calon sendiri, calon yang lain tu kira batal laa. Kami tengok pun calon yang Freddy pilih ni berbudi bahasa," ujar atuk Freddy pula. Dan keluarga Freddy yang lain juga bersetuju.
"Okey laa, Freddy. Ajak laa dia makan dulu," kata mama Freddy.
Freddy membawa Natalia ke ruang makan. Natalia bersuara.
"Encik Freddy..."
"Natalia, jangan panggil saya Encik di sini. Keluarga saya dengar karang Natalia kena reject. Panggil laa saya sayang ke, darling ke." Natalia rasa macam mau muntah saja mendengar ungkapan itu.
"Suda laa. Kita makan dulu." Freddy menyenduk nasi dan lauk. Begitu juga dengan Natalia.
Lepas makan, sekali lagi Freddy membawa Natalia pada keluarganya. Biar mereka kenali Natalia dengan lebih rapat lagi. Lapang saja dada Freddy bila lihat mamanya berbual mesra dengan Natalia.
#Bersambung