33

463 16 0
                                    

Seharian ini Alreza lebih bersemangat daripada biasanya. Tingkahnya juga sedikit terkontrol. Meskipun tetap saja celotehannya ketika guru menjelaskan pelajaran masih terus terdengar. Bel istirahat berbunyi.

"Nah, dalam perubahan massa..." guru Fisika di kelas XI TKJ 5 masih melanjutkan penjelasannya padahal bel sudah berdering 5 menit yang lalu.

"Pak, istirahat!" seru Alreza seraya cengengesan.

"Kamu tuh, giliran jamnya istirahat aja semangat. Waktu pelajaran tadi sok-sokan lemes!" bentak guru Fisikanya yang hanya ditanggapi Alreza dengan cengiran. Akhirnya guru Fisika tersebut menutup pelajaran. Alreza segera melesat menuju kantin tanpa menunggu gurunya keluar dari kelas. Teman-temannya hanya menggeleng pelan. Sudah paham dengan tabiat Alreza.

Di sepanjang koridor, ia menggoda beberapa cewek yang berpapasan dengannya sembari mengeluarkan senyuman mautnya. Membuat beberapa cewek menahan napas ketika melihat senyumannya.

"Buk, nasi campur 1 sama es teh ya!" pesan Alreza ketika sampai di depan bilik penjual langganannya. Di SMK Kebangsaan, terdapat belasan bilik penjual yang mengelilingi meja kursi di tengah-tengahnya.

Alreza segera duduk di pojok kantin seraya menyapu seisi kantin. Mencari mangsa lagi. Teman-temannya sudah menyusulnya dan duduk di sebelahnya.

"Ngeliatin apaan sih lo, Nyet?" tanya Galang.

"Nyari mangsa dong!"

"Nggak inget Bu Sayla?" ganti Bayu yang bertanya.

Alreza menatapnya tajam. "Itu investasi masa depan!" ketiga temannya terbahak mendengar pernyataan Alreza. Alreza kembali menatap sekeliling. Tetapi, tatapannya terhenti pada Sayla dan Dana yang baru saja memasuki kantin diikuti dengan beberapa guru magang lain. Harusnya Alreza tahu, semua orang yang disekeliling Sayla pastinya nyaman bersama Sayla yang ramah dan ceria. Tetapi entah kenapa, ketika melihat Dana terlalu dekat dengan Sayla membuatnya sedikit kesal.

"Ngapain sih Bu Sayla deket-deket sama Pak Dana?" ujarnya pelan. Tetapi terdengar oleh ketiga temannya.

"Cemburu?"

Alreza hanya mendengus kesal. Entahlah, hatinya kesal luar biasa saat ini.

"Nih, makanannya!" Ibu kantin meletakkan makanan Alreza di depannya. Tetapi, Alreza sudah enggan untuk memakannya.

"Heh, makan tuh! Keburu dingin, ntar nggak enak!"

"Lebih nggak enak lagi kalo makan sama liatin Bu Sayla deket-deket Pak Dana!" sergahnya cepat. Akhirnya Alreza berdiri dan meninggalkan kantin. Ia sempat bersitatap dengan Sayla. Sayla menatapnya bingung sedangkan Alreza menatapnya kesal.

Argh! Kenapa gue bisa sekesel ini sih!

***

Alreza menggoda teman-temannya di kelas hingga membuat mereka kesal. Ia memang selalu melampiaskan kekesalannya dengan membuat orang lain kesal. Ivana yang melihatnya langsung memahaminya.

"Lagi kesel?" tanyanya blak-blakan.

Alreza yang tertawa puas karena membuat temannya kesal karena gawainya disembunyikan berhenti dan menghampiri Ivana. Ia duduk di meja Ivana dengan wajah ditekuk kesal.

"Kesel kalo liat Bu Sayla deket-deket sama Pak Dana!" serunya. Ia tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari Ivana. Ivana adalah satu-satunya tempatnya mencurahkan segala keluh-kesahnya selain pada ketiga temannya.

Ivana tergelak. "Jadi elo cemburu?"

Alreza hanya mendengus.

"Lo udah mengakui kalau elo udah mulai suka sama Bu Sayla? Elo udah nggak main-main lagi? Udah jadi cowok beneran lo?"

"Lo bisa diem nggak sih? Nanya mulu kayak wartawan gosip lo!" sergah Alreza semakin kesal.

"Kalo suka tuh bilang! Jangan diem aja! Beneran jadian sama Pak Dana mampus lo!" ejek Ivana. Kemudian ia ngeloyor pergi sebelum Alreza semakin marah padanya.

Alrezaterdiam mendengar omongan Ivana. Kadang, temannya itu ada benarnya juga. Tapiuntuk sekarang, apakah Alreza sudah yakin bahwa ia memang menyukai Sayla,gurunya?

-Waktu yang Salah-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang