Persediaan media suara tanpa batas
menggema di seluruh alam dimensi
tersedia berupa ungkapan puja hingga hina.
Hak, kewajiban, hingga perampasan asasi
kontrol dunia hingga agenda apokaliptik
semua ada dalam sepatah-patah kata
oleh dalang dalam monolog diktatik.Semua orang punya, itu alamiah
dia belajar ucapan dari dasar kata
hingga mahir berkonspirasi semesta.
Kebenaran privat sampai kebohongan publik
terpampang jelas melalui apa yang terucap.Sebagaimana ciptaan yang melekat pada diri insan
dia punya sifat yang beragam selayaknya cerminan sikap
setiap orang bertindak, berpikir, maka berdasar itulah dia.
Tapi tidak sebening itu, hipokrit menyelimuti selalu
dia hanyalah cermin, bukan pantulan dari realita.Doa, munajat, pinta, dusta, dan fitnah
sumpah serampah, argumentum, lontar kutukan.
Pencemaran rumah tangga hingga nama
sampai tiba pada pelatuk bom nuklir.
Dia adalah anugerah, alat tukar cinta
bahkan senjata pemusnah rasa.Lisan,
mudah untuk dilontarkan ribuan kata
entah kepada siapa ia akan bertuan.
Lupa tentang perasaan bahwa ia akan berpijak,
tetap berada pada wajah yang berongga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kang Truman Berceloteh
PoetrySekumpulan Puisi Dengan tambahan sedikit beberapa narasi. Berisi tentang problematika di masa produktif tentang kasmaran, cinta, moral, etika, hingga patah hati yang disampaikan secara metafora dan beberapa bersifat sarkas serta satire. Dengan mengg...