Kau bilang aku jarang tersenyum.
Tapi pernahkah kau mengerti dalam setiap hadirku
ketika lontaran humor-humorku terpental
ke setiap sisi wajahmu, dan hanya menyisakan
kebingungan yang masuk ke dalam kepalamu.Sehingga hatiku berdesus:
"Humorku adalah riasan terbaikmu,
buatku tersenyum kecut."Kau juga bilang aku tidak pernah tertawa.
Maaf saja, namun ketika
kau mencuri pandanganku
aku selalu membatu
terhadap pencuri di mataku
yang terang-terangan
menggondol penglihatanku sendiri.Kau pernah mengatakan pula
kapan terakhir aku menangis.
Aku menangis di setiap takdir berkehendak
sebab apa, bagaimana, dan oleh siapa
itu takdir semata di jalan waktuku.Mungkin tangisku adalah reaksi rasa, sementara
tanganmu adalah pencegah air mataku menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kang Truman Berceloteh
PoesiaSekumpulan Puisi Dengan tambahan sedikit beberapa narasi. Berisi tentang problematika di masa produktif tentang kasmaran, cinta, moral, etika, hingga patah hati yang disampaikan secara metafora dan beberapa bersifat sarkas serta satire. Dengan mengg...