Chapter - Five

8.9K 367 13
                                    

Akhir pekan adalah hari yang menyenangkan bagi semua orang. Berkumpul bersama keluarga adalah yang utama. Namun pergi atau menghabiskan waktu dengan orang terkasih masih menjadi prioritas dalam daftar panjang yang telah ditulis untuk dua hari ini.

Begitu halnya dengan Dante. Menghabiskan waktu makan malam bersama keluarganya merupakan hal terpenting. Karena jika sampai itu tidak terjadi, maka ia yakin ibunya - Floria Gritson akan menggerutu sepanjang satu minggu ke depan.

Acara rutin setiap satu minggu sekali ini wajib dihadiri oleh semua orang. Meski ia dan Anneta telah memiliki tempat tinggal sendiri, namun makan malam bersama ini tidak bisa mereka hindari dengan alasan apapun.

"Hanya ini satu-satunya cara agar kalian bisa berkumpul."

Begitulah yang dikatakan ibunya. Dante membenarkan ucapan itu. Kesibukan masing-masing membuat mereka jarang bertemu.

Makan malam telah selesai dan Dante menghabiskan sisa waktunya dihalaman belakang sebelum ia pergi. Ia duduk dipinggir kolam renang dengan minuman kaleng ditangannya. Sebenarnya ia bisa duduk diruang tengah bersama ibu, ayah dan saudaranya. Tapi tidak. Ia malas mendengar ledekan adiknya.

Dan inilah satu-satunya yang dibenci Dante ketika harus pulang kerumah.

"Kau kalah." Dante menoleh dan menemukan Anneta yang sedang berdiri disampingnya. "Harusnya kau mengucapkan. Memberitahu dia yang sebenarnya. Bukan malah menahan semuanya sendiri."

Hahhhh... Kata-kata yang sama yang diucapkan Anneta ketika bertemu dengannya.

Wanita yang usianya tidak jauh berbeda dengannya itu duduk disampingnya. Dan Dante bisa melihat adiknya mendengus karena tidak mendapat respon darinya. Tapi Anneta tidak berhenti. Ia terus melanjutkan ucapannya.

"Ck. Kau sangat payah. Aku tidak tahu mengapa harus punya kakak yang payah dalam urusan cinta. Kau mungkin bisa sukses dalam pekerjaan. Tapi tolong. Kau membutuhkan seseorang untuk berbagi. Dan sampai kapan kau akan bersikap ba-" Anneta menghentikan ucapannya. "Ohhh, aku tidak boleh mengumpat" ucapnya seraya mengelus perutnya yang besar. "Kau harus lebih dewasa dalam menentukan masa depanmu. Apa kau tidak ingin menikah dan punya anak sepertiku?"

Dante hanya mendengus. Membiarkan Anneta berbicara sesuka hatinya. Ia tidak akan terpancing dan membuat keributan hingga semua orang tahu.

Dirumah ini tidak ada yang tahu perihal ini. Hanya Anneta. Dan Dante berhasil membungkam wanita itu untuk tidak memberitahu siapapun.

"Kau harus mencari wanita lain." Dante masih diam. Tatapannya terarah pada kolam renang yang memantulkan cahaya dari lampu taman. "Yeah, setidaknya kau butuh pengalihan. Agar kau tidak terlalu tersesat dengan perasaanmu. Karena aku tahu, itu rasanya sangat sakit. Jika kau tidak bisa mencari wanita lain. Kau mungkin bisa melupakannya. Atau kau bisa mulai dengan bersenang-senang? Aku tahu juniormu terlalu lama tidur" ucapnya sambil tergelak.

Sebenarnya Dante tidak mengerti apa yang diucapkan Anneta. Tapi ia mencoba untuk mengerti. Pengalihan. Sakit. Bersenang-senang. Dante tidak butuh pengalihan untuk menghilangkan rasa sakitnya. Ia hanya tidak yakin akan bisa melupakan Keana hanya dengan pengalihan terhadap wanita lain. Dan bersenang-senang? Ia akan mempertimbangkannya.

Ternyata menikah memang sedikit banyak mengubah sifat seseorang. Atau mungkin Cesar Murphy adalah pria hebat yang berhasil mengubah Anneta. Ia akui setelah menikah dan sebentar lagi akan punya dua anak, Anneta menjadi wanita yang lebih dewasa dari dirinya.

Padahal Dante masih ingat ketika akan kuliah, Anneta masih merengek padanya untuk ditemani. Alhasil, Dante harus memilih universitas yang sama demi mengiyakan permintaan Anneta.

Crazy Mistake [Sudah Terbit -- OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang