Kata-kata yang meluncur dari bibir Kayla seakan menghipnotisnya. Persetujuan yang dianggukkan Kayla bagai suntikan yang memang dibutuhkannya.
Bibir merah milik Kayla bengkak akibat ciuamannya. Dan entah mengapa itu membuat wanita ini tampak seksi. Merah menggoda dan memang sangat menggoda dirinya.
Kembali meraup bibir Kayla. Dante melingkarkan kaki Kayla dipinggangnya . Ia berdiri dan membawa tubuh itu tanpa melepas ciuman mereka.
Sudah lama Dante tidak merasakan ciuman penuh hasrat seperti ini. Sex terakhir yang dilakukannya dengan penuh gairah juga telah lama. Tiga bulan lalu sebelum Keana berucap akan menikah.
Saat itu pula tidak ada sex dengan ciuman. Hanya pelampiasan gairah yang butuh disalurkan.
Kini, hal yang beberapa bulan sempat tidak lagi dirasakan kembali hadir. Dante berjalan menuju pintu, membukanya dan membawanya masuk setelah menutup pintu dengan kakinya.
Cumbuannya semakin panas. Entah ini karena pendingin yang tidak hidup atau karena gesekan kulit yang terjadi diantara keduanya.
Dante menurunkan tubuh Kayla dengan pelan. Menindihnya tanpa melepas tautannya. Sungguh, ini begitu memabukkan.
Satu persatu helaian yang tersisa ditubuh Kayla dilepas. Begitu juga dengan dirinya yang kini hanya tinggal boxer yang menggantung dipinggangnya.
Dante kembali merunduk. Mengamati bagaimana indahnya tubuh yang kini berada di bawahnya. Kulitnya sehalus bayi, tanpa cela. Mulus. Putih. Dan berisi dengan sangat pas.
Gairahnya memuncak. Dante menyematkan ciuman dibeberapa tempat. Ketika tangannya membelai milik Kayla. Basah. Sudah sangat siap. Saat itu pula, Dante merasakan Kayla menegang. Gemetar. Matanya terpejam erat dengan tangan yang mencengkeram seprai dibawahnya begitu kuat.
Tidak...
Tidak...
Ada yang salah...
Dante memundurkan tubuhnya. Memberi jarak. Mengamati bagaimana tubuh itu masih bergetar meski ia tidak menyentuhnya. Dan ketika di temaramnya lampu kamar, Dante bisa melihat bulir air mata menetes dari sudut matanya.
"Hei..." Dante bersuara. Membelai pipi Kayla dengan punggung tangannya.
Mata hijaunya terbuka dan ia melihat jika mata itu memerah. Satu kata yang terlintas dibenaknya.
Menangis...
Yeah, Kayla menangis. Mengapa?
Bukankah ini juga keinginannya? Bukankah Kayla yang menyuruhnya untuk tidak berhenti?
Kayla memalingkan wajah, tangannya melepas genggaman sprei dibawahnya. Mengusap air matanya kasar. Tidak. Jangan menangis. Jangan menangis. Namun gagal. Rasa sesak didadanya tidak bisa dibendung. Ia terisak.
Tangan kokoh itu membantunya bangun, bersandar di kepala ranjang. Dante menyelimuti tubuh Kayla dengan selimut dan membawa wanita itu ke dalam pelukannya.
Membiarkan menangis adalah yang paling bisa dilakukan Dante. Karena ia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Sebelah tangannya mengusap lembut punggung Kayla. Berharap bisa meredakan tangisannya.
Setengah jam berlalu mereka masih bertahan dengan posisi itu hingga terdengar suara deru napas teratur. Dengan sangat pelan, Dante meletakkan kepala Kayla di bantal. Membungkus tubuh telanjangnya dengan selimut.
Kaki panjangnya menapaki lantai. Mengambil celana panjang dan berjalan menuju ruang tamu. Namun sebelum itu, ia menuju dapur. Mengambil air dingin agar gairah yang menggelegak di kepalanya sedikit berkurang. Juga berharap juniornya bisa tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Mistake [Sudah Terbit -- OPEN PO]
Romansa[Sekuel Bastard Lawyer] Bisa dibaca terpisah... Plagiat dilarang mendekat...!!! ~~~~~ Dante Gritson - Anak pertama dari empat bersaudara. Meski bukan anak kandung, tapi kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Sebagai pemegang jabatan Ceo di perusah...