Chapter - Seven

8.2K 368 6
                                    

Matahari mengintip melalui tirai yang tertiup angin. Menyinari anak manusia yang sedang tidur telungkup. Membiarkan suara dering ponsel diatas nakas berbunyi sesuka hatinya. Sebenarnya sosok itu telah bangun dan mendengarnya. Hanya saja. Ia terlalu malas untuk mengangkatnya.

Mengubah posisinya. Dante terlentang. Menatap langit-langit kamarnya. Dan wajah wanita itu terlihat jelas. Jaket hoodie nya yang kebesaran, rambutnya yang terurai dan senyum tipis yang ia lihat sekilas. Semua itu masih jelas dalam ingatannya dan bagaimana wanita itu begitu marah padanya.

 Semua itu masih jelas dalam ingatannya dan bagaimana wanita itu begitu marah padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dante akui. Ia memang salah. Ia yang sudah keterlaluan. Hanya ia terlalu malu untuk mengakuinya.

Sebenarnya Dante merasa bersalah telah mengatakan itu. Rasa penasarannya malam itu mengalahkan akal sehatnya. Ia bahkan bertanya pada Samuel sebagai pemilik club perihal wanita yang bernama Kayla.

"Apa dia pernah jadi partner satu malammu?"

Pertanyaan itu keluar dari Samuel. Dan ia tidak lagi bertanya. Terlalu malas dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan bahan tertawaan mereka. Jadi ia mencari tahu dan kenyataan mengatakan bahwa Kayla baru bekerja malam itu dengan alasan membutuhkan uang. Itu jugalah yang membuatnya bertanya hal bodoh yang tidak terpikir olehnya.

Bukankah gaji divisi keuangan sudah besar? Jika untuk memenuhi kebutuhannya bukankah sudah lebih dari cukup?

Pemikiran tentang wanita itu hilang ketika pintu kamarnya terbuka dan menampilkan wajah orang yang sangat dikenalnya.

"Astaga.... Kau belum bangun?"

Suara khas seorang wanita memenuhi kamarnya. Dante bangun, duduk bersandar dikepala ranjang. Ia tersenyum dan menepuk sisi kosong disebelahnya.

Wanita itu - Keana melangkah kearahnya. Naik ke atas ranjang, meringkuk dan memeluk tubuhnya. Kemudian dibalas Dante dengan kecupan dipuncak kepalanya.

Tujuh belas tahun bukanlah hal yang singkat. Pertemanan mereka terjalin selama itu dan selama itu pula, Dante tidak pernah mengungkapkan perasaannya.

Having sex pernah mereka lakukan. Tapi tidak pernah ada kata cinta di antara keduanya. Mungkin hanya Dante yang merasakan cinta itu dan ia enggan untuk mengatakannya.

Biarlah seperti ini. Berteman. Membiarkan wanita yang ia cinta bahagia dengan pilihannya tanpa membebani dengan perasaan hatinya.

Karena Dante tahu bila semuanya tidak akan sama jika semuanya terungkap. Ia mengeratkan pelukannya. Menikmati kebersamaan mereka yang hanya tinggal menghitung hari sebelum Keana menjadi wanita milik orang sepenuhnya.

Memejamkam mata. Inilah yang ia inginkan setiap bangun tidur. Ada seseorang yang dicintainya. Disampingnya. Memeluknya dan mengatakan selamat pagi.

Semua akan terasa lengkap andai ia bisa merasakan itu dalam hidupnya. Tanpa sadar, Dante mengulas senyum tipis. Karena keinginan hanya tinggal keinginan ketika orang dicintainya tidak bisa ia raih.

Crazy Mistake [Sudah Terbit -- OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang