Sampai kapanpun Kayla tidak akan mengerti dimana letak ketidakbenaran dari semua yang terjadi. Ia harus kembali berurusan dengan orang yang ingin ia hindari. Tapi orang yang ia beri label paling arogan, sombong, dingin, gila serta kata-katanya yang menusuk itu ternyata masih sedikit menghargainya.
Setidaknya itu yang ia pikirkan ketika Dante menahan keinginannya atau membatalkan penyatuan mereka. Padahal Kayla tahu tidak semudah itu menghilangkan gairah pada pria. Ia sendiri bingung apa yang menyebabkan Dante berubah pikiran.
Kayla berjalan begitu cepat dilorong rumah sakit, ia meninggalkan apartemen pria itu setelah setengah jam Dante menyuruhnya pergi. Dari kejauhan ia melihat bibi Karen duduk dikursi depan ruang rawat. Wanita tua itu menatap kosong ke arah pintu yang tertutup.
Kedatangannya dirasakan sehingga bibi Karen menoleh. Tersenyum hangat. Kayla duduk disampingnya, agak menyamping. Memeluk singkat. "Apa ada perkembangan?"
Mendesah. Bibi Karen menggeleng "Tidak ada" sahutnya pelan. Kayla bisa melihat raut kesedihan dimatanya. Memalingkan wajah, Kayla ikut menatap pintu didepannya. Ia berdiri. Membuka pintu dan masuk ke dalamnya.
Perhatiannya langsung tertuju pada sosok gadisnya yang berbaring disana. Peralatan penunjang kesehatan terpasang ditubuh kecilnya. Kayla mendekat, mengecup kening Sophia lama hingga perlahan mata itu terbuka.
"Mom" panggilnya dengan suara lirih.
Kayla mengangguk. Seketika air mata menggenang dipelupuk matanya. Ia duduk dikursi, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Sophia yang menoleh ke arahnya. Ia mengambil tangan kecilnya dan menggenggamnya.
Andai ia bisa menggantikan rasa sakitnya. Maka ia akan dengan senang hati menerimanya. Apapun. Asal bukan putrinya yang harus mengalami ini.
Tidak banyak yang bisa mereka berdua lakukan. Kayla lebih banyak memberikan kata-kata penyemangat bahwa Sophia bisa sembuh. Semua akan baik-baik saja. Dan ia juga mengatakan bahwa dia pasti bisa kembali bermain dengan teman-temannya bahkan mereka telah merencanakan untuk liburan bersama yang dibalas dengan anggukan semangat oleh Sophia.
Setelah memastikan Sophia kembali tidur. Kayla beranjak dan menemui dokter yang menangani Sophia. Disana ia lebih banyak bertanya apa yang terbaik untuk putrinya.
"Bagaimana dok?"
Pria berkacamata yang berumur sekitar lima puluhan itu mendesah dan menggeleng. "Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu. Tidak mudah mencari pendonor disaat kita membutuhkan dengan cepat. Apalagi kita telah menerima pendonor satu minggu lalu dan telah dilakukan transplantasi pada pasien sebelum Sophia."
Dokter Harry menyandarkan punggungnya. Ia menatap Kayla yang lebih mirip anaknya itu. Andai waktu itu Kayla tidak menolak mendaftar sebagai calon penerima pendonor, mungkin saat ini keadaannya akan berbeda.
Badan Kayla terasa lemas. Putrinya tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia tahu kesalahan fatal apa yang akan terjadi jika Sophia harus menunggu lama disaat tubuhnya telah membutuhkan transplantasi secepatnya.
Langkah kaki dan pikirannya tidak sejalan. Jadi ketika pikirannya menyuruh untuk ke ruangan Sophia. Kakinya justru melangkah menuju taman. Ia duduk dikursi panjang dengan air mata yang mengalir namun tanpa suara.
Menangis dalam diam. Itulah yang sedang terjadi. Kayla merasakan dadanya begitu sesak. Cobaan apalagi ini, mengapa ia tidak bisa hidup dengan tenang dan bahagia bersama keluarga kecilnya.
Apakah ia tidak pantas bahagia dan merasakan nikmatnya hidup meski sebentar?
Sentuhan dibahunya membuat Kayla mendongak. Didepannya, ia melihat orang yang begitu disayanginya. Scarlette berdiri disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Mistake [Sudah Terbit -- OPEN PO]
Romance[Sekuel Bastard Lawyer] Bisa dibaca terpisah... Plagiat dilarang mendekat...!!! ~~~~~ Dante Gritson - Anak pertama dari empat bersaudara. Meski bukan anak kandung, tapi kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Sebagai pemegang jabatan Ceo di perusah...