28.

1.3K 39 1
                                    

*Plak* sebuah tamparan keras melayang diwajah dimas.
"MAMA APA-APAAN SIH, MALU ADA LISA" bentak dimas kepada mamanya.
"Oh kamu lebih ngebeladin dia(?), Kamu sadar gak semenjak kamu ngejalanin hidup sama wanita kayak lisa, kamu lebih sering ngelawan mama"

"sejak kapan aku ngelawan mama(?), Kenapa sih.. aku tuh baru aja loh ngajak lisa kesini, baru pertama kali ketemu, kenapa mama gak suka sama dia ?"

Aku hanya berdiam diri dan menyaksikan pertengkaran antara dimas dan mamanya

"2Tahun lalu kamu pernah bawa dia kerumah, jadi ini bukan pertama kalinyakan mama ketemu dia, dan dari awal kamu cerita dia ke mama, mama udah bilang, mama gak akan pernah setuju sama hubungan kalian Dimas!"

"Kenapa sih? Lisa baik ma, dia selalu ada disetiap keadaan yg terjadi sama diri aku, dia selalu ingetin aku untuk ibadah, bersyukur dan berusaha untuk selalu akur dengan mama"

"MAMA GAK PEDULI, POKOKNYA USIR DIA DARI RUMAH INI, KAMU JUGA LISA, JANGAN PERNAH MUNCUL DIHADAPAN SAYA! SAYA TIDAK BISA MUNAFIK PADA KENYATAAN"

"Loh, tante(?)" Ucapku dengan sangat bingung dan sedih mataku sudah mulai berkaca-kaca. Karena aku bener-bener gak paham, dimana salahku.

"MAMA" Ucap dimas dengan sangat terkejut dan emosional.

"Apa-apa, kamu mau ngomong apalagi sama mama, kalau kamu gak mau dengerin apa kata mama, lebih baik kamu keluar dari rumah mama"

Dimas bergegas berdiri dan memegang tangan lisa, dan mengajak lisa langsung kekamarnya.

"DIMAS, DIMAS! KENAPA KAMU BAWA DIA KEKAMAR KAMU, KAMU GAK MENGHARGAI MAMA(?)"

"UDAH MA, MAMA YANG ENGGA MENGHARGAI LISA"

Pertemuan pertamaku dengan mama dimas memberikan luka yang sangat membekas untuk aku kenang, dan sejak saat itu hubungan ku dengan dimas semakin sangat kuat, mungkin ini yang sering terjadi didalam setiap hubungan.

Aku mengenangnya dengan sangat baik berusaha tidak pernah membuat kesalahan. Aku mencintainya sebagaimana ia benar-benar mencintaiku, aku menghargainya sebagai mana usahanya tetap terus menjagaku.

Bagaimana tidak terluka dengan sangat banyak mengenai hubunganku dan dimas, aku pernah ditinggalkan dan kemudian ia merajuk dan berusaha kembali denganku, dan aku berusaha kembali memaafkan setiap perilakunya terhadapku, aku benar-benar mencintai dimas.

Dan aku tak menyangka hal-hal buruk menimpa diriku. Aku benar-benar ingin menyelesaikan part ini dengan secepatnya dan berusaha pergi bahkan jika bisa memutuskan aku ingin menghilangkan semua ingatan ini.

Akhirnya aku sampai setelah perjalanan yang sangat panjang bersama dengan Rangga. Aku merasa sudah tertidur cukup lama selama perjalanan.

"duh rangga, maaf ya tadi ketiduran"

"iyaa gapapa lis" tapi reflek tangannya sambil mengelus kepalaku sontak aku menjadi terkejut dan berkata

"dasar modus"

"dih nyebelin ya" ucap rangga dan seketika kami berdua tertawa bersama.

"bentar ya mau telpon miller dulu" aku berbincang ditelpon dengan miller dan rangga fokus untuk menuju ketempat kerja miller.

Aku cukup lama berbincang dengan miller ditelpon sampai-sampai tidak sadar bahwa akupun sudah sampai ditempat miller.

"mill, gua sama rangga udah sampai disini, lu jam berapa istirahatnya"

"loh, dari tadi sama rangga, kok gak bilang?"

"iyaa, hahah sengaja gak bilang sama elu, biar lu gak ngobrol terus sama dia"

"yehhh dasar cemburuan"

"apasih lu, gak yaaaa." ucapku.

Rangga memperhatikanku dan tiba-tiba saja ia memegang kedua tanganku dan berkata "tenang aja lis, semuanya akan berlalu dengan sangat baik, gak perlu dipikirin terlalu larut, semua masalah akan selesai dengan sendirinya" dan seketika aku merasa luluh dengan ucapan rangga yang berusaha menenangkanku.

Entah mengapa semuanya seperti terasa sangat berat untuk aku lalui kali ini. Apapun itu yang terjadi aku hanya berharap sesuai dengan ucapan rangga bahwa semuanya akan berjalan dengan sangat baik.

"iya ngga"

"aku tau lis, aku gak layak untuk ngomong seperti ini"

"emangnya ngomong apa?"

"yang jelas, kamu gak sendirian karena kamu punya aku" ucapnya

"iyaaa, makasih... sebenernya bingung harus cerita gimana kekamu ngga, karena semakin lama. Ini menjadi teramat rumit"

"kita pergi kekantin rumah sakit aja yuk buat makan, mungkin kamu akan lebih nyaman cerita kalau lagi makan"

"ish, kebetulan aku laper" ucapku yang tiba-tiba reflek menjadi sedikit manja kepada rangga.

Sebenarnya aku sedikit bertanya-tanya kepada diriku sendiri apakah rangga adalah orang yang tepat yang bisa membuat aku yakin dan pergi dari dimas? Atau malah sebaliknya, bahwa Dimas adalah orang yang tepat untuk aku tetap bertahan dengan segala bentuk kekecewaan yang pernah terjadi.

Setelah sampai dikantin RS tempat Miller praktek aku langsung bergegas memesan makanan karena memang aku merasa sangat lapar.

"makannya segitu doang lis?"

"iyaaa.. tapi kalau kurang mau nambah lagi"

"iyaa, gapapa nambah aja lis, makan yang banyak ya... kasian banget dia udah kurus banget sekarang" ucap dimas sambil memperhatikan aku melahap makananku.

"kenapa sih, kamu baik banget" kataku

"masa sih?"

"iya" kataku

"Lis, mungkin ini terlambat banget buat aku bilang, tapi aku sayang sama kamu, dan aku gak mau ada orang lain yang nyakitin kamu" katanya

"hehehe, sebelumnya aku juga udah pernah denger kalimat itu kok ngga dari orang lain" kataku sambil cengegesan.

Iya, kalimat itu yang diucapkan Dimas kepadaku dahulu, bahwa dia sangat menyayangiku.


Wanita SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang