"Pantesan perutnya buncit, kebanyakan makan uang sogokan sih."
~QilaAjeng dan Lisya menatap bingung kearah kak Lani yang berdiri didepan pagar untuk menunggu mereka.
"Kenapa kak? Tumben berdiri disini?"
"Didalam ada oma." hening, hanya tiga kata yang keluar dari mulut kak Lani namun mampu untuk membungkam mereka berdua.
"Ada respon dari dia?" kak Lani mengangguk.
"Dia sudah mulai nunjukin tanda-tanda ingin keluar, tapi Qila nahan terus. Kakak mohon sama kalian, jaga Qila."
"Iya, kakak tenang aja. Kita berdua bakal jagain Qila disekolah."
Qila keluar dari rumah dengan wajah datar tanpa mengucapkan sepatah kata pun, bahkan dia tidak pamit ke kak Lani. Sepertinya semakin terpancing emosi Qila semakin besar peluang dia untuk bebas. Hari ini mereka menggunakan motor karena mobil Lisya ada dibengkel. Mereka menggunakan dua motor dan tentu saja yang membawa adalah Lisya dan Ajeng. Memakai motor besar membuat mereka harus menggunakan celana ketika diperjalanan.
"Yaudah kak, kita berangkat ya." pamit Lisya.
"Hati-hati." Ajeng menjalankan motornya dengan kecepatan yang lebih cepat dari biasanya karena ia takut dimarahi Qila jika membawa motor tersebut lama bukan hanya dimarahi Qila, mereka juga akan terlambat jika Ajeng membawa motor dengan santai.
"Terobos aja udah, gak ada polisi juga." celetuk Qila saat mereka berhenti dilampu merah.
"Sabar Qila, sabar. Kan setiap lampu merah ada cctv."
"Sama aja bego, kan gue gak pake helm." mereka berdua kompak melirik kearah Qila dan benar saja mereka baru sadar kalau Qila tidak menggunakan helm.
"Yaudah deh Jeng, terobos aja, dari pada terlambat." Ajeng dan Lisya menjalankan motor mereka, namun baru seratus meter mereka jalan, tiba-tiba ada polisi disamping mereka yang memaksa agar mereka ikut kepos polisi terdekat.
"Kalian tau apa salah kalian?" tanya polisi buncit disertai tatapan sangar itu kearah mereka.
"Tau pak." jawab mereka bertiga kompak.
"Udah yang dibonceng gak pake helm, nerobos lampu merah pula. Kalau kalian kecelakaan gimana?" Ajeng dan Lisya menunduk, namun tidak dengan Qila, ia dengan santainya menatap kearah polisi tersebut walau tidak mengucapkan sepatah-kata pun, tak ada satupun niat mereka untuk membantah ucapan polisi tersebut karena memang benar adanya.
"Mana sim kalian?"
"Belum ngurus pak."
"Stnk kalian?"
"Ketinggalan pak, cuma bawa fotocopy nya aja." polisi tersebut menggeleng kearah mereka.
"Yaudah dipercepat saja, kalian saya tilang. Kalian mau ambil surat tilang disini atau dipengadilan, kalau disini 100.000 kalau dipengadilan 150.000. Saran saya sih mending yang 100.000."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Girls [END]
Teen Fiction[ Catania Series 2 ] • ALDEBARAN • ALTER GIRLS • CATANIA HEIR Alter ego (bahasa Latin yang berarti "aku yang lain") merupakan diri kedua yang dipercaya berbeda daripada orang kebanyakan atau kepribadian yang sebenarnya. Alter ego adalah kondisi di m...