Alena Velysia pov.
Keinginan ku untuk mengajak pergi Alesha sejauh mungkin terbatalkan mengingat kondisiku saat ini. Secara finansial aku pasti tidak akan sanggup jika harus memulai lagi hidup baru di tempat yang baru. Belum lagi betapa sulitnya menemukan pekerjaan saat ini.
Pada akhirnya, yang ku lakukan saat ini hanya pasrah. Aku masih akan terus berkuliah, setidaknya sampai saat perut ku membesar nanti. Barulah aku akan mengambil cuti kuliah.
"Haahhhh.." aku mengelus perutku yang masih rata. Tidak menyangka bahwa di tubuhku memiliki satu nyawa lagi.
"Ale, cepat selesaikan piring kotormu." kata Talia mencondongkan setengah tubuhnya di pintu dapur.
Aku menoleh dan mengangguk. Tak berselera untuk sekedar menjawab iya. Lagi pun Talia sepertinya sadar akan keadaan ku yang sedikit tidak ingin di ganggu.
Kondisi pengunjung kafe sedikit rame pada waktu-waktu sore seperti ini. Membuat tubuhku sedikit merasakan rasa letih.
"Ale! Ale!" panggil Talia yang buru-buru masuk ke dapur.
"Kenapa?" tanya ku heran. Talia menatap serius diriku. Semakin menimbulkan rasa penasaran.
"Ale, ada orang yang lagi nyari kamu."
"Yakin nyari aku? Kamu salah kali."
"Ini beneran. Dia nyari kamu. Mending cepet kamu temuin deh." katanya sedikit mendorong bahuku maju kedepan.
Seseorang datang mencari ku? Aku jadi menerka-nerka siapa orang itu. Tidak mungkin jika ayah dan ibuku. Karena mereka sepertinya tidak akan mungkin mencari keberadaan ku. Bahkan saat aku dan Alesha pergi dari rumah saja, mereka seolah tidak peduli.
Setelah melepaskan celmek di tubuhku, aku berjalan keluar dari dapur. Aku menoleh ke belakang di mana Talia berdiri di sisi ku tadi. Memperhatikan mimik wajahnya jikalau dia membohongi ku. Tapi yang ku temukan justru tatapan keraguan di mata Talia.
"Hahhhh.." hela ku. Lalu melangkahkan kaki ku kembali.
"Kak Delia, katanya ada orang yang mencari ku?" tanya ku pada kak Delia pegawai kasir.
"Oh itu dia." aku mengikuti arah tunjuk kak Delia yang tertuju pada seorang wanita paruh baya yang berpenampilan glamor.
Sedikit menyipitkan mata saat aku melihat wanita itu. Bertanya-tanya apakah aku sebelumnya pernah mengenalmya.
"Kak aku temui dia dulu ya." kataku memohon ijin.
"Iya, santai saja." balas kak Delia.
Aku terus melangkahkan kakiku mendekat. Dan pada saat berada dekat dengannya, aku memang merasa belum pernah melihat wajah itu. Sangat baru di penglihatan ku.
"Permisi?" kataku menegurnya.
Wanita itu menatap datar keberadaanku. Angkuh dan terbilang elegan.
"Kau yang bernama Alena?" suaranya terdengar tegas saat pertama kali menyapa gendang telingaku.
"Iya." kataku menganggukkan kepala.
"Duduk." katanya dengan nada memerintah.
Meski tak tau apa yang akan di bahasnya nanti, aku tetap ikuti saja permintaannya.
Wanita itu memperhatikan penampilan ku secara terang-terangan. Jujur aku sedikit tidak suka dari cara pandangnya itu yang terkesan menilai diriku.
"Aku baru saja mendapatkan laporan dari kaki tanganku, yang mengatakan bahwa kau sempat datang ke rumah ku untuk meminta pertanggung jawaban."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Alena [END]
Romance➡18+ sinopsis: Satu kesalahan yang dia lakukan malam itu semakin menjerat hidupnya memasuki lubang penderitaan. Alena Velysia, gadis miskin dan malang itu harus menanggung penderitaannya seorang diri. Alena Velysia harus mengandung anak dari Elvano...