Story of Alena || 08

26.4K 1.4K 29
                                    


Setiap sentuhan yang mereka rasakan semakin membakar hasrat terdalam mereka untuk merasakan yang lebih dari sekedar ciuman. Tangan Elvano semakin merambat menurun meraih pinggang ramping Alena. Lalu dengan mudah mengangkat tubuh mungil Alena yang seringan kapas itu ke atas pangkuannya. Memeluk erat tubuh Alena sementara bibirnya terus bekerja melumat habis bibir Alena. Membuat gadis itu mengerang keenakan karena ulahnya. Sudut bibir Elvano sedikit terangkat, merasa bangga pada dirinya sendiri karena hanya dengan sebuah ciuman, dia mampu membuat seorang wanita merasa nikmat. Siapapun wanita itu, bahkan tidak terkecuali Alena yang saat ini dicumbunya.

Tubuh Alena terasa lemas tak bertenaga hanya karena Elvano yang tengah menggarap bibirnya. Nafasnya hampir habis karena ciuman pajang pria itu. "aaarkhh." Erang Alena seketika menjambak rambut belakang Elvano tatkala bibir Pria itu yang menjilat kemudian menggigit lehernya. Alena dapat merasakan nafas Elvano yang menyapu hangat permukaan lehernya.

Berhenti. Alena harus segera menghentikannya sebelum mereka berlanjut pada hal yang lebih buruk lagi. Alena belum siap. ia masih cukup kecewa pada Elvano. Tapi, janinnya seolah merindukan ayahnya.

"Elhh.. enghh... Ellhhh... uuhhh.. stop! Tolong berhenti." Dan pada akhirnya, Alena dapat kembali menemukan kesadaran dirinya. Membuat kegiatan panas mereka terhenti.

Dilihatnya Elvano yang mengusap bibir bawahnya yang basah akibat ulahnya karena membalas ciuman pria itu. Alena menunduk malu sebentar. Bisa-bisanya dia.

"Pulanglah El. Kau butuh istirahat. Akupun juga." Kata Alena memalingkan muka setelahnya.

Elvano masih tak bersuara dan setia diam. Hingga membuat Alena menarik lalu menghembuskan nafas lelahnya. "apa kau masih akan tetap disini?"

"hmm." Gumam Elvano yang justru membenarkan.

Alena memejamkan matanya. Mengontrol perasaannya agar tenang menghadapi sifat Elvano itu. "jika ada warga yang tau kau menginap disini, mereka akan salah paham dan berpikir kita melakukan hal yang tidak benar."

"Tapi bukankah kita sudah melakukan tindakan tidak benar itu bukan." Elvano menyeringai. Membuat Alena melotot kesal.

"Pokoknya kau harus pulang!"

Seakan alam semesta yang tidak menyetujui kepulangan Elvano, kini langit menumpahkan berkahnya. Hujan sedikit demi sedikit turun hingga menjadi lebat. Alena panik. Berlarian kebelakang untuk mengambil beberapa wadah kosong. Ketika hujan lebat seperti ini, pasti kontrakannya akan bocor.

Elvano terus memandang gerak-gerik Alena tanpa ada niat untuk membantu. Melihat gadis itu ke repotan lebih menarik daripada dirinya yang justru harus kerepotan.

"Huuuuhh!!" Alena berkacak pinggang ketika selesai menempatkan ember terakhirnya. Sampai kapan dia harus seperti ini? Ini sungguh melelahkan.

Dengan raut murung Alena kembali duduk di samping Elvano. Hanya dengan beralaskan kasur lantai, mereka kompak terdiam menikmati suara keras air hujan yang menghujam atap kontrakan butut milik Alena.

"Baru tau gue, kalau kehidupan lo seburuk ini." kata Elvano berkomentar.

Dasar Elvano. Sifat jahatnya sudah mulai kembali lagi. Dimana tadi panggilan aku-kamu?? Seperti angin lalu saja ucapan pria itu.

"Jangan disini kalau cuman mau ngehina aku doang!" jawab Alena bersungut kesal.

"Gue juga gak berniat singgah disini. Bukannya elo tadi yang ngajakin gue masuk duluan? Itu tandanya elo yang mancing gue duluan buat nglakuin ciuman pan-"

"Brengsek! Bisa diem gak!!!" bentak Alena. Wajahnya memerah menahan malu. Benar saja, dia yang menarik lengan pria itu untuk memasuki rumahnya.

"Inget. Lo lagi hamil. Jaga bicara lo!"

Story of Alena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang