Awal Pertemuan Di SMK Dharma Bangsa

150 10 8
                                    

Bel tanda masuk berbunyi.

Semua siswa-siswi tahun ajaran baru 2019 diminta masuk ke ruangan sesuai jurusan yang mereka pilih dan menunggu wali kelas masing-masing masuk untuk memberikan pengarahan serta ucapan selamat datang.

Sayangnya, di hari pertama masuk sekolah ini seorang siswa bernama lengkap Nathan Elvin Aldigara terlambat masuk. Satpam melarangnya masuk gerbang. Tapi anak yang bisa dikatakan nakal ini terus saja memaksa satpam untuk membukakan gerbang dan membiarkannya masuk.

"Paaakk..." rengeknya, "...kalau saya gak masuk, nanti saya gak dapet nilai absen pertama dong. Secara gituh..." melirik ke atas, ke arah rambutnya yang licin karena minyak rambut, "...orang ganteng kek saya kan gak mungkin gak masuk kelas di hari pertama, pak." Lanjutnya.

Pak Satpam menggeleng. "Maaf ya, nak. Bukannya saya jahat sama kamu. Abisnya ini udah jadi tugas saya, dan kamu juga kok yang salah. Siapa suruh terlambat." Kata pak satpam dengan logat Jawanya.

"Aduuhhhhh..." Nathan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

Wajahnya mulai berkeringat karena panik. Ia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanya satu. Yaitu, bagaimana ia bisa masuk ke dalam sekolah tanpa diketahui satpam dan terhindar dari kemarahan mamanya sepulang sekolah.

Disaat ia berpikir keras, tiba-tiba dari arah belakangnya muncul seorang gadis berkerudung yang kelihatannya juga terlambat. Gadis itu tak kalah paniknya. Ia bahkan terlihat hampir menangis saat meminta satpam untuk membukakan gerbang.

'Cantik.' Pikir Nathan.

Si gadis tersebut menyampirkan kerudungnya ke kanan dan kiri, sambil menggoyang-goyangkan pagar sekolah dan meminta satpam membiarkannya masuk. Samar-samar terlihat nama yang terdapat di seragam gadis itu.

Nissalma Ratu.

"Nisa," seru Nathan sembarangan.

Gadis berkerudung tersebut langsung menengok ke kirinya, kepada Nathan. Ia melirik lelaki itu dari atas hingga bawah. 'Ganteng juga', batinnya. Ia tersenyum pada Nathan sebelum akhirnya menyipitkan matanya dan menyentak Nathan, "Nama gue bukan Nisa, nama gue Salma. S. A. L. M. A. Salma." Gerutunya sambil terus saja menggoyang-goyangnya pagar sekolah.

Pak satpam yang kebingungan akhirnya menghubungi pihak guru bagian kesiswaan. Ia melaporkan dua orang murid baru yang terlambat tapi tetap memaksa ingin masuk. Pihak kesiswaan memutuskan mengirim seorang guru untuk memeriksa keduanya.

"Sudah, sudah. Kalian tenang dulu. Saya sudah hubungi pihak kesiswaan dan setelah ini bakal ada guru yang datang untuk melihat kalian." Kata pak satpam seraya beranjak meninggalkan mereka.

"Tapi, pak.. pak.. paaaakkkkk...." Nathan melambai-lambai pada satpam yang menjauh meninggalkan mereka berdua di depan gerbang.

Masih dalam keadaan kecewa terhadap satpam yang meninggalkan mereka barusan, Nathan melirik ke arah Salma. Hmmm, jiwa ke-playboy-annya muncul. Ia tersenyum sendiri melihat gadis itu membenarkan kerudungnya yang sedikit acak-acakan. Lucu baginya. Ditiup-tiup agar tidak lepek.

"Sini deh..." tiba-tiba Nathan menarik lengan Salma. Ia memosisikan dirinya berhadapan dengan gadis cantik tersebut. Salma diam saja. Ia menurut pada apa yang dikatakan Nathan. "Sebentar ya.." kata Nathan. Ia membenarkan kerudung Salma sampai akhirnya terlihat rapi.

Salma melirik bagian atas kerudungnya. 'Rapi.' Pikirnya. Ia tersenyum dan berterima kasih. "Terima kasih, Naaa... t.. than.." katanya sambil menyipitkan mata membaca nama di seragam Nathan. Karena ia agak pendek ia harus sedikit menenggak untuk membaca nama tersebut.

The Family of LYQAENSIFUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang