Terkejut, Mommy Terheran-Heran :v

69 6 8
                                    

(Di rumah Nathan)

"Woooyy... banguuuun... udah jam berapa ini? Bukannya bangun malah selimutan..." teriak mama Nadia yang berusaha membangunkan putra sematawayangnya.

Nathan baru saja menggeliat saat seember air mengguyur wajahnya. Seketika ranjangnya basah. Masih dalam keadaan mata tetutup, ia berteriak-teriak. "Mama... mama... tsunami... mama... mama... tsunami, ma... tsunami... mamaaaaa..." teriaknya.

Ia melompat dari ranjang dan terguling beberapa kali. Ia berusaha bangun dan mencari pintu keluar. Matanya masih saja tertutup. Ia menggedor-gedor pintu. "Mamaaa... mama, ih... tsunami... mama... papa..." teriaknya panik.

Mama Nadia melihatnya dengan tatapan ngeri. Dalam hati berkata, "Ini anak gua kenapa dah? Laut jauh, pantai jauh, sungai jauh. Tsunami darimana sih?"

Tiba-tiba semuanya gelap. Rasa dingin mulai menjalar ke seluruh tubuh Nathan. Ia melihat sekelilingnya gelap. Ia yakin ia sudah membuka matanya lebar-lebar. Ditelannya ludahnya sendiri. Rasa takut akan tsunami semakin membuatnya panik. Ia kembali berteriak memanggil-manggil mama dan papanya, tapi...

"Hei..." mama Nadia memukul ember yang menutup kepala Nathan. "Di kasih ember di kepala bukannya nyadar malah makin ngehalu." Lanjut mama Nadia.

Nathan melepas ember dikepalanya sambil menatap mamanya dengan tatapan super sinis.

"Apaan sih ah, mama mahhh..." Nathan merengek bagai anak TK.

"Dih? Mandi sana!" Bentak mama Nadia.

Bibir Nathan mulai terlihat sensasional. "Ngantuk ah, mau bobo ganteng..." katanya. Ia hendak beranjak kembali ke tempat tidur. "Heh..." kerah bajunya ditarik sang mama, "...siapa yang nyuruh kamu tidur lagi? Mandi sana! Udah bangunnya lama, telat ke sekolah, ini mau tidur lagi. Mandi sana!" Lanjut sang mama sambil membentak.

Dalam hatinya, Nathan menggerutu. "Si cadel deuh... kalau bukan emak gua mah mager mandi gua" _-
Tapi ia berusaha untuk tidak kesal. Bagaimana pun mamanya hanya ingin ia menjadi anak disiplin. "Iya, iya. Mandi. Tapi nanti ya, jam 9." Kata Nathan sambil menggaruk kepalanya.

"Nathan!" Bentak mama Nadia.

"Iya, ih..." dengan malasnya Nathan masuk ke dalam kamar mandi. Mamanya pun meninggalkan kamar untuk menyiapkan sarapan.

Disentuhnya air di dalam bak mandi. Tiba-tiba ia bergidik. Ia duduk diatas kloset sambil memandangi air yang dirasanya dingin tersebut. Perlahan-lahan matanya sayu dan ia kembali tertidur dalam posisi duduk. Hawa tenang di dalam kamar mandi pun membuat tidur Nathan semakin pulas.

Sekitar 10 menit kemudian mama Nadia masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi susu dan roti lapis. Ia juga menggenggam uang saku untuk anaknya.

Dilihatnya sekeliling kamar. Ia tak menemukan siapapun. Tapi tas sekolah dan kunci motor anaknya masitmh teronggok di atas meja belajar. Perlahan ia meletakkan nampan berisi sarapan di meja dan mengendap-endap untuk mengintip kolong tempat tidur, kalau-kalau anaknya bersembunyi disana. Tapi ia tidak menemukam siapapun.

Tiba-tiba...

"Kurang ajar ya ini anak..." bisiknya.

Ia bangun dan menggedor pintu kamar mandi. Nathan yang berada di dalamnya langsung terbangun. "Wooooy... woooy... ada apaan nih? Gempa ya? Tadi tsunami, sekarang gempa. Mamaaaaaa..." teriaknya histeris di dalam kamar mandi dengan mata tertutup.

Nathan menggedor balik pintu kamar mandi dari dalam sambil berteriak meminta tolong.
"Heh... buka mata kamu! Gempa darimana sih?" Mama Nadia marah-marah.

Memang bukan gempa. Nathan membuka pintu kamar mandi dan menongolkan kepalanya. "Apa sih, ma?" Tanyanya tak bersalah.

Seketika mama Nadia menarik tuas pintu kamar mandi dan menghimpit kepala Nathan. Anak sematawayangnya yang manja dan jago drama itu pun berteriak kesakitan. Kali ini serius.

The Family of LYQAENSIFUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang