Hari Reuni Para Mother

33 2 17
                                    

Setelah melakukan banyak persiapan di rumah, ibu Lulu akhirnya selesai menata semua meja di halaman depan rumahnya untuk acara reuni yang akan digelarnya pada Minggu besok. Malam harinya ia menghubungi pihak keluarga Ruqaiya, calon istri Ali, untuk meminta izin membawa Ruqaiya ke rumah mereka besok. Hanya sampai acara selesai. Setelahnya Sanah akan mengantarkannya kembali pulang. Dengan senang hati orang tua Ruqaiya memberikan izin.

Semuanya sudah rapi. Tapi ibu Lulu sama sekali tidak bisa tidur. Wanita yang akrab disapa bunda tersebut menyatakan kepada suaminya atas kebahagiaannya akan bisa melihat semua teman-temannya lagi besok. Ada sebuah rasa ketidaksabaran melihat mereka datang bersama dengan anak mereka yang mungkin juga sudah tumbuh besar seperti anak-anaknya.

***

Ali sibuk menghubungi penyedia layanan pesan antar makanan agar makanan bisa diantar lebih awal dari jadwal yang ia tentukan sebelumnya. Sementara itu Sanah berangkat menjemput Ruqaiya bersama Zalecha. Maira sebagai sisanya membantu bundanya untuk kembali menghitung meja dan mengingat persiapan apa saja yang mungkin terlupakan ketika kemarin dihitung.

Acara akan dimulai pukul 09:00 WIB.

Tapi belum tepat di jam yang sudah ditentukan, beberapa tamu sudah berdatangan. Untung makanan yang Ali pesan segera datang dan disusun diatas meja hidangan. Bunda menyapa semua tamu-tamunya dengan baik. Memperkenalkan semua putra-putrinya dan juga Ruqaiya sebagai calon menantu tentunya. Senang rasanya bertemu mereka semua. Benar-benar melepas rindu.

..

"Ngapain sih, Ma..." rengek Nathan, "Nathan gak mau ah. Males. Mendingan tidur dirumah." Tambahnya saat Mama Nadia malah semakin menarik lengannya setelah mereka turun dari mobil. "Maaaa..." raut wajah Nathan sudah benar-benar ditekuk.

Aduuuuuhhhh...

Malu rasanya ditarik-tarik ditengah keramaian seperti ini. Ia buru berusaha tegak berjalan dengan memasukkan telapak tangan kirinya yang bebas ke dalam saku celana. Berusaha tampak seperti seolah ia dipaksa mamanya, tapi tidak menolak secara kekanak-kanakan seperti tadi.

"Nah, gitu. Kan mama jadi gak perlu narik kamu." Mama Nadia melepaskan lengan Nathan. Ia berjalan menggandeng suaminya dan meninggalkan Nathan berdiri di belakang sendiri.

Nathan mengertakkan gigi-giginya sambil bicara pelan, "Kalau bukan karena gengsi di liatin orang gua gak bakal mau berdiri setegak ini. Halah, s3t4nlah..." gerutunya sambil berjalan dengan perasaan malas menuju mama dan papanya yang sedang bicara dengan beberapa orang tamu disana. Muka masamnya sama sekali tak berubah meski mama Nadia sudah mencubitnya berulang kali, secara halus mengingatkan untung setidaknya tersenyum pada beberapa orang yang mengajaknya berbicara. Alih-alih tersenyum, Nathan malah buang muka. Ia beranggapan reuni ini sama sekali tidak penting.

...

Beberapa menit kemudian...

...

Hari ini tampaknya semua orang menikmati acara yang digelar di kediaman ibu Lulu. Mereka bercengkrama dan saling berpelukan. Kehangatan ini sudah jarang ditemukan dalam sebuah waktu yang disengaja, kecuali pada kesempatan reuni ini.

Ditengah ramainya pesta reuni pada hari Minggu itu,  Lana yang ikut menemani uminya pun duduk menunduk sambil membuka aplikasi al-qur'an yang ada di ponsel andriodnya. Ia mempelajari arti dari beberapa ayat al-qur'an sambil membacanya dalam hati. Ramainya suara teriakan rindu para ibu-ibu disana tak menjadikannya terganggu dan berhenti. Ia hanya mengikuti apa yang uminya inginkan. Ia hanya menemani, tidak lebih. Kalau bukan karena permintaan umi, ia tidak akan ikut. Terlalu banyak akhwat di acara tersebut. Lebih mudah bagi para lelaki tergoda untuk berzina mata, pikirnya.

The Family of LYQAENSIFUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang