Pernikahan Bang Ali (saat anak SMK berkhayal tentang menikah :v)

17 3 6
                                    

Ali mempersiapkan dirinya sejak selepas sholat subuh. Ia bertasbih dan berdoa semoga ijab kabulnya dilancarkan. Agar ia tidak salah menyebutkan mahar dan nama binti dari pasangannya.

Sedikit rasa nervous membuatnya sedikit berkeringat. Ia duduk di depan sebuah kipas angin kecil yang sengaja ia beli dua hari lalu untuk diletakkan dikamarnya. Ia tahu ia akan membutuhkan benda itu disaat begini.

"Kenapa saya jadi gugup begini, ya. Padahal saya kan udah latihan sejak seminggu lalu." Ali memejamkan matanya.

Sebuah telapak tangan mendarat di pundaknya. Ia membuka matanya perlahan. Dilihatnya sang ayah ada disana, sedang memperhatikannya sambil tersenyum, berusaha meyakinkan. "Kamu jangan gugup. Pernikahan kamu tinggal sebentar lagi. Kalau kamu gugup diawal, trus bagaimana kamu mau menjalani pernikahan?" Tanya ayahnya.

Sang ayah kemudian duduk sambil terus memberinya masukan, berusaha meyakinkannya. "Harusnya kamu bersyukur biss menikah dengan wanita ta'arufan yang memang kamu cinta dan mencintaimu. Ayah dulu waktu mau menikahi bundamu harus berusaha sendiri supaya dapat restu kakek dan nenek. Pacaran lama, tapi mau nikah masih saja dipersulit ini dan itu. Tapi setelah mendekati hari akad, ayah yakin ayah bisa. Ayah sama sekali gak gugup. Alhasil, lahirlah kalian dalam pernikahan yang membahagiakan ayah dan bunda. Pernikahan ayah dan bunda bukan pernikahan yang mudah. Semua pernikahan tidak mudah. Tapi kami berusaha menjalaninya dengan keyakinan penuh. Dari nol, sampai punya segalanya sekarang, sampai bunda jadi guru. Semua karena keyakinan. Jangan gugup, Li." Kata sang ayah.

Ali tersenyum.

"Ayah benar. Ali harusnya yakin, Ali bisa. Ini kan akad. Penentu hari-hari Ali selanjutnya." Ali tersenyum lebih lebar, kali ini dengan gigi yang tampak. Ia kelihatan benar-benar lega dan yakin dengan diri sendiri.

Ia langsung meminta semua anggota keluarganya bersiap untuk pergi ke rumah mempelai wanita. Ia melakukan ijab kabul dan resepsi pernikahan dikediaman Ruqaiya. Letaknya strategis, jadi teman-tenan ibunya bisa menghadiri undangannya.

...

"Saya terima nikah dan kawinnya Ruqaiya Syacharawati binti Haji Abdul Muzammil dengan mahar seperangkat alat sholat, surah ar-rahman, dan cincin emas seberat 12 gram dibayar tunai."

"Sah?"

"Sahhhhh...." ucap para saksi pernikahan.

Disaat penghulu membacakan doa untuk pasangan pengantin, beberapa anak SMK yang hadir disana malah berkhayal tentang nikmatnya menikah, apalagi dengan orang yang mereka cintai.

* versi Nathan

Lelaki ini membayangkan pernikahan megah dengan pelaminan nan indah dan bertaburkan kemewahan. Jika biasanya ia ingin kelihatan kaya tapi biasa saja, kali ini ia ingin kelihatan benar-benar kaya. Bukan ingin memamerkan kekayaannya, tapi ia ingin terlihat benar-benar memastikan bahwa hari pernikahan tersebut adalah hari yang paling diingat oleh istri-istrinya.

Wait...
Apa?
Istri-istri?

Hhh.... iyalah.

Nathan membayangkan memiliki dua istri yang amat ia cintai dan ia sayangi. Yaitu...

Salma dan Nabila 😂

Ia membayangkan bagaimana ia duduk dan berdiri menyalami para tamu undangan didampingi Salma dan Nabila. Kemudian membayangkan bagaimana ia berpose sesuka hatinya memeluk kedua gadis itu. Sayangnya, baru saja membayangkan bagaimana ia akan melakukan proses malam pertama, mama Nadia menjewer telinganya.

The Family of LYQAENSIFUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang