Sepuluh

4.9K 119 4
                                    

"Dulu sangat ku harapkan kehadirannya datang di sisi ku, menemani ku, dan mengajari ku. Tapi entah mengapa saat harapan itu menjadi nyata perasaan apa yang ku harapkan"

                    -Zahra

*****

Akhir akhir ini Zahra sering sekali melamun, entah lah dia memikirkan apa.

Pening sekali rasanya akhir akhir ini, ingin ku akhiri hidup ini. Astaghfirullah, tetes demi tetes butiran bening menghiasi wajah cantik nya.

Jika mengingat masa lalu nya dengan Reevan yang terukir indah di masa lalu, dan terasa pahit di masa depan.

Karna terlalu mengharapkan yang tidak pasti.

tok... tok ...tok

untung lah ada ketukan pintu, yang membuyarkan pikiran zahra.
Mengambil tisyu dan mengusap wajah nya. Memijit pelipis kening nya yang terasa pusing.

Merapikan meja kerjanya sekaligus map map nya yang sedikit berantakan.

"Please come in ( silahkan masuk)" ujar nya

Masuklah  seorang wanita berpakaian putih dengan membawa map di tangan nya.

"Excuse me doctor, anyone wants to meet you (permisi dokter, ada yang ingin bertemu dengan anda)" ujar perawat itu

"tell him to come in (suruh dia untuk masuk)"

perawat itu mengaguk kan kepalanya, dan pergi untuk memanggil seseorang yang ingin bertemu dengan Zahra.

Tak butuh waktu lama, seseorang yang ingin bertemu dengan Zahra sudah berada di depan pintu.

Hanya butuh untuk mengetuk pintu saja, dan meminta izin yang berada di balik pintu sana.

Tok Tok Tok 

"Please come in ( silahkan masuk)"

masuk lah seseorang yang ingin menemui Zahra, berbadan tinggi, berkulit putih, hidung mancung. Yah Zahra terpaku melihat nya datang menemui dirinya.

Yah tidak lain orang itu Reevan, laki laki yang pernah mengisi hati Zahra, sebelum kedatangan Andi.

Zahra menghampiri Reevan
" Kaka kenapa?? itu mukanya kok??" panik Zahra langsung mencari kotak P3K

Reevan duduk di sofa yang di sediakan, dengan di susul Zahra yang duduk di sampingnya.

Zahra mengobati luka yang ada di wajah Reevan, entah habis melakukan apa  anak ini.

Sampai sampai wajah mulusnya itu di hiasi oleh warna warna.

'andai waktu bisa berhenti saat ini juga, meski hanya sebentar' bathin Reevan

"kenapa bisa kayak gini si ka??, emang kaka habis ngapain??, berantem ya" Ujar Zahra dengan berbagai pertanyaan

" kenapa si kaka masih ajah suka berkelahi, gak ada rubahnya " ujar Zahra

" kenapa kamu khawatir Afi ?_
Aku seneng Afi, ngeliat kamu kayak gini" Reevan menatap Zahra sembari memegangi lengan Zahra yang berada di pipi nya

tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang menatap mereka berdua dengan tatapan tak senang, lalu pergi begitu sajah.

" Apa apaan si ka" Zahra langsung melepas tangan nya yang di genggam Reevan

" kamu sudah makan Afi ?" tanya Reevan yang di jawab angukan oleh Zahra

Zahra langsung sajah membereskan kotak P3K nya dan menarunya di tempat semula.

" Ada gerangan apa kaka ke sini?" tanya Zahra

" Cuman kangen ajah sama kamu, terus mau liat apa reaksi kamu pas ngeliat aku, dan ternyata reaksi kamu masih sama kayak dulu" jawab nya dengan santai

" Gak usah bawa bawa dulu deh ka sekarang itu udah beda posisinya " tepis Zahra

" Tapi menurut ku masih sama, kamu yang selalu buat aku nyaman, yang membuat aku bahagia" ujar Reevan dengan lembut dan senyumnya yang damai

sebenarnya Zahra sangat merindukan senyum itu, senyum yang selalu membuatnya aman dan nyaman bersama Reevan.
Tapi ia harus sadar bahwa ada orang lain yang sudah terikat dengannya

" Terserah dah, udah sana kaka pulang ajah aku sibuk nih" Zahra mendorong badan Reevan ke depan pintu

" Tuh kan tuh kan kalo udah gak mau ngomong pasti ngusir" ujar nya sembari tertawa kecil

" aku gak mau masih betah disini " tambah Reevan

"udah ahh sono pulang"
Reevan akhirnya keluar dari ruangan Zahra

'kamu gak akan pernah berubah dari aku Afi' bathin Reevan

' kenapa susah banget si ngelupain ka Reevan' bathin Zahra
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
maaf kalo banyak type yang kurang jelas

jangan lupa vote and comen ya

Terima Kasih

Air Mata Seorang DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang