ARAFAH POV
5 tahun setelah perpisah di ponpes NQ, rasanya sangatlah sedih tidak bisa lagi bertemu dengan mereka kembali, ingin rasanya mengulang kisah penuh dengan kegesrekan para Murid murid NQ disana, aku sangatlah rindu akan senyuman manis Azmi, bahkan sekarang benar benar lose kontak, bahkan aban dan ahkam saja sudah sangat sibuk dan mengeluarkan diri digrup WA alumni.
Siti? Lebih lebih, ku rasa mereka semakin lupa akan kau diarafah, bahkan dia tidak pernah telpon atau mengirim pesan penanda dia baik baik saja, sekarang aku hanyalah Arafah yg dulu, sendiri dan sendiri.
Bagaimana Najwa? Dia sudah menikah Dua tahun yang lalu, ia hiraukan aban, kayaknya perjuangannya untuk aban berakhir setragis ini, apalagi aku dan azmi? Mungkin ambyar ditelan masa lalu, bahkan azmi sudah memiliki kekasihnya maybe.
Sekarang aku sedang kuliah jurusan kedokteran, jika setelah kuliah aku akan bersiap untuk berangkat tausiah tepatnya aku menjadi motivator bagi muslimah yang sedang memulai hijrahnya, kata Wawa selaku panitia dan teman ku, mungkin kalo bukan dia aku tidak akan disini, dan bukan menjadi Arafah yg sekarang, ia bilang, lumanyan buat bekal kamu untuk kejawa.
Siasat aku kejawa bukanlah untuk menemui azmi, melainkan untuk ceramah didekat kediaman azmi.
"Kau tak usahlah panik, ini tidak akan mengeluarkan duit sepeser pun karna kau akan menginap dirumahnya azmi!" akupun menoleh, sedaritadi aku melamun didepan layar monitor laptop, aku fokuskan mengetik isi ceramah yang akan ku sampaikan.
"apa? Gila banget kalo aku harus nginap dan numpang dirumah mereka!" ujarku tetap dengan mata fokus kelayar laptop.
Wawapun memutar bola matanya malas, ininih yang dia tak suka dari kepribadianku, selalu menolak bahkan bersikeras apalagi menyangkut dengan azmi.
"kau tau, abah ulil sangat senang dan tak merasa terbebani dengan kehadiran kamu ara!, bahkan mereka sudah menyiapkan kamar, dan mereka bangga kepadamu, karena tau kedatanganmu kesana untuk berceramah, masya Allah Arafah jangalah kau sia siakan!" wawapun mengelus ngelus puncak kepalaku yang terbungkus hijab.
Wawa sudah kuanggap kakakku, semenjak bergabung dengan tausiah ini bahkan dia sering mengajakku menginap dirumahnya jika aku stress akan metode ceramah yg akan aku sampaikan, dia penganggti najwa saat ini.
Najwa ikut bersama suaminya keturki sungguh negara yang jauh, aku merindukannya, sungguh ingin walau hanya sedetik atau setengah detik biarkan ku tatap wajahnya walau tak bisa berbicara seperti dulu lagi.
"ah, aku tidak mau, pokoknya aku tetap memesan Hotel deket deket dengan mesjid yang akan aku singgah nanti!,"
"kau ingin bukan bertemu dengan najwa sahabatmu? Jalannya hanya satu arafah, kau fokus ceramahmu dan akan cermelang pada saatnya, atau kau pergi melamar menjadi relawan disana."
Bisa ku iyakan juga pernyataan wawa, bener apa yang ia bilang.
"apa aku akan menganggu wirda dan azmi? Sepertinya azmi tidak ingat aku deh, kan dia udah deket banget sama wirda"
Jujur umurku lebih muda ketimbang wirda tapi jodoh siapa yang tau? Aku dan wirda hanya beda 4 tahun, memang aku sepertinya tak mempunyai sopan santun, tapi wirda sendiri yang bilang bahwa aku boleh memanggilnya wirda tidak usah repot repot kakak, toh kan cuma beda 4 tahun.
Sedangkan aku dengan azmi hanya beda 2 tahun, genap sekali umurku.
"Ingat Arafah, tujuan kamu kejawa bukan mengurus azmi atau wirda, kamu hanya berceramah disana, aku mohon kamu move on lah dari azmi" eh sibantet bukannya mendukung malah ngejebak bucin inimah wawa wawa...
"Sudahlah wa, aku mau tidur ini sudah pukul 2 dini hari aku harus tidur besok aku harus berangkat, dan kau juga kan? Kau juga ikut kan? Tidur sana ngga usah jagain aulia dia udah tidur, Good night!"
Akupun terlelap...
***
Aku sedang berada didalam pesawat bersama wawa, dia sangatlah terlelap dalam tidurnya mungkin dia kurang tidur semalam, aku mengerti dia saat ini bahagia dengan pilihan orangtuanya.
Sedangkan aku? Sibuk menunggu orang yang jelas jelas ujungnya bukan milik ku, bahkan sudah berapa ahwat melamarku tapi kutolak dengan cara tersendiri, diusiaku 22 tahun aku tetap ngelajang dan senang dengan aku jalanin walaupun hatiku selalu patah, robek dan hancur begitu saja, entah kenapa, terkadang aku menangis tanpa jelas dan memberantakan kasurku, ujungnya aku menyesal dan dengan malas aku akan merapikan semua yg telah aku perbuat.
Tak butuh lama waktu akhirnya aku dan wawa sampai dibandara probolinggo, akupun menunggu wawa didalam Toilet, ia sedang membuat hijabnya yang berantak akibat tidurnya yang tidak tetap, bahkan ia sudah membuat pulau di hijabnya itu, aku terkekeh pelan saat melihat foto wawa dengan pulau buatannya.
"Sudah?" tanyaku setelah wawa keluar dari toilet yang diangguk oleh wawa.
"Kau tau aku tidak sengaja mematahkan lip stickku!" katanya sambil menunjukan lipstick yang tidak sempurna akibat dipatahkan oleh wawa.
"Woe?, kenapa kamu mematahkannya?" tanyaku meraih lipstick itu dan melihat keadaan tragis bentuk yang tidak utuh lagi.
"berjanjilah kau tidak akan marah padaku"
Akupun meraih kelingking mungil milik wawa dan mencengkramnya kuat. Seraya mengucapkan" Aku berjanji!""Azmi tidak suka kau berada dirumahnya nanti, kau ngga akan marah kau sudah janji!"
Aku ingin marah, pengen pukul wajah Azmii, secepat itukah kau melupakan ku dan kau buangkan aku seperti itu? Kau kau lebih dari seekor keladai yang tidak pernah mengucapkan terimakasih dan tidak mengingat apa yg sudahku lakukan untuknya? Seriously?
Konflik bakal dimulai
Salam @nzltn_arfh!!!!
Bye bye muaaah buat kalian wkwkwk dih jijik eyke🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Jemput Kau Di Istikhorohku
Random"Perjodohan mu dengannya membuat ku tersiksa akhi" "Tapi ukhti itu udh kewajibanku untuk berbakti kepada orang tua ku, maaf aku tidak bisa memgelaknya, sekali lagi maaf ukhti" Nyesek kan?