E M P A T

800 55 2
                                    

Happy Reading!!

Typo bertebaran!!
___________________________________________________
____

Hari ini tepat empat bulan ayah nya mendekam dibalik jeruji besi. Alana berjalan masuk kedalam kantor polisi dengan berbekal kotak makan yang didalam nya terdapat nasi dan lauk pauk kesukaan sang ayah.

"Ayah.." Alana menyalimi tangan Randi.

"Apa kabar ayah?" Tanya Alana, sang ayah tersenyum mengusap kepala anak gadis satu-satunya itu.

"Ayah baik-baik aja," kemudian keduanya duduk berhadapan.

Alana menatap ayahnya nampak lebih kurus dari sebelumnya kerutan di wajah nya semakin terlihat, kantung matanya pun semakin membesar, terlihat bahwa ayahnya ini kurang tidur.

"Ayah, udah berhenti merokok kan?" Iya. Randi adalah seorang perokok keras. Dia sudah merokok sejak masih SMP.

Randi menggeleng, "Enggak kok" kemudian atensi nya berpindah kepada kotak makan yang di bawa Alana.

"Itu pasti buat ayah kan?" Alana mengangguk.

"Ini buat ayah, Ana masak sendiri pasti ayah suka." Alana memang jago masak dulu sebelum semuanya berubah dirinya suka sekali membantu Bunda nya memasak.

"Kelihatannya enak banget, ayah makan ya." Benar saja. Masakan Alana memang tidak pernah mengecewakan.

"Enak gak?"

"Enak banget!" Seru sang ayah.

Alana tersenyum senang hati nya bahagia melihat ayahnya tersenyum dan sangat lahap makan.

"Aku pulang dulu ya yah,"

"Hati-hati di jalan ya sayang."

Alana memeluk tubuh kurus sang ayah.

"Ana sayang sama Ayah."

Randi terkekeh ringan "Ayah lebih sayang kamu nak." Kata Randi seraya mengusap dan sesekali mencium pucuk kepala anak gadis nya ini.

akhirnya mereka melepaskan pelukannya karena sang ayah harus kembali di bawa kedalam sel untuk kembali menjalankan hukuman nya.

*****

"Lho Galih? Kamu ngapain depan rumah aku?" Tanya Alana bingung ketika Galih dengan motor besarnya sudah bertengger manis didepan pintu kontrakan nya.

"Nungguin Lo." Jawabnya singkat.

"Kamu kan masih sakit." Karena memang terakhir kali dia menjenguk lelaki itu kemarin siang. Dan kondisi tubuhnya masih demam.

"Gue udah sembuh. Sekarang ikut gue."

"Tap-"

"Gausah banyak tanya bisa gak sih? Tinggal ikut aja susah banget!" Galih membentak Alana.

"Maaf,"

"Naik cepet."

Alana mengangguk kemudian naik ke atas motor besar Galih.

*****

Rumah sakit.

Iya, Galih membawa Alana ke sebuah rumah sakit.

"Siapa yang sakit gal?" Tanya Alana tapi Galih tidak menjawab dia malah menggenggam tangan gadis itu kemudian memasuki area rumah sakit.

"Galih!" Sapa seseorang wanita paruh baya dengan riang di iringi senyuman sumringah.

"Mama" Galih melepaskan genggamannya kemudian memeluk wanita yang dia panggil dengan sebutan Mama.

"Mama kangen banget sama kamu nak," Ujar sang Mama mengusap punggung anak lelaki nya.

"Aku juga kangen sama Mama," kemudian pelukan itu terlepas, lalu Galih mencium kening ibu nya.

Anita--Mama Galih tersenyum.

"Oh iya Ma, kenalin dia Alana pacar Galih." Alana tersenyum canggung kemudian mencium tangan Anita.

"Aku Alana Tante, senang bisa bertemu sama Tante." Jujur saja selama hampir dua tahun pacaran Alana belum pernah bertemu dengan orang tua Galih. Walaupun dirinya sering bermain kerumah ataupun ke apartemen Galih tapi tidak pernah bertemu dengan keluarga Galih.

"Senang juga bertemu dengan kamu cantik." Anita tersenyum ternyata gadis ini yang sering dibicarakan oleh jagoan nya.

"Sini duduk di samping Tante." Dengan ragu Alana pun duduk di kursi sebelah ranjang Mamanya Galih.

"Udah berapa lama pacaran sama Galih?"

"Hampir dua tahun Tante," Anita terkejut, ternyata sudah cukup lama.

"Udah lama ternyata," Anita mengusap kepala Alana.

"Galih sering lho ngomongin kamu." Kata Anita mulai bercerita.

"Mah!" Peringat Galih. Tapi tidak di hiraukan oleh sang Mama.

"Katanya kamu itu cantik, manis, bawel dan suka marah marah." Alana terkejut. Sumpah antaran senang dan sedkit jengkel juga karena di bilang bawel.

"Katanya juga kamu beda dari cewek lain, soalnya dia bilang kamu mirip tante." Anita terkekeh.

"Jangan jangan kamu anak Tante lagi." Alana tertawa kecil menanggapi nya.

"Makasih ya Alana,"

"Buat apa tante?"

"Udah nemenin dan jagain jagoan kecil Tante." Alana tersenyum.

"Sama sama Tante,"

*****

Tidak terasa hari sudah sore, Alana banyak mengobrol dengan Mama nya Galih, beliau sangat baik dan penyayang. Alana begitu nyaman berada didekatnya. Mereka juga bercerita tentang banyak hal, salah satu nya ketika Galih kabur saat ingin disunat.

"Aku pamit ya Tante, semoga Tante cepat sembuh."

"Terimakasih sayang, kamu diantar Galih kan?" Alana mengangguk.

"Kalo gitu Galih jagain gadis cantik ini ya,"

"Iya mah,"

"Eum... Tante.."

"Kenapa sayang?"

"A—aku boleh perlu Tante?" Tanya Alana ragu. Anita terkekeh.

"Boleh dong sayang, sini tante peluk." Anita pun merengkuh tubuh mungil itu dan dibalas oleh Alana.

Akhirnya dia bisa merasakan kembali pelukan seorang ibu. Terasa sangat nyaman dan hangat.

Tanpa di sadari air matanya pun jatuh,

"Hei cantik? Kenapa nangis?"

"Aku cuma kangen bunda aja Tante."

Anita tersenyum, "mulai hari ini kamu boleh panggil Tante dengan sebutan Mama, anggap aku ini bunda mu. Ya sayang?"

"Tante serius?"

"Serius dong, kamu boleh panggil Nama dengan sebutan Mama. Kamu juga harus sering kesini jengukin Tante, soalnya Tante bosen di jagain Galih terus, dia gak asik."

Sedangkan Galih hanya mendengus mendengar nama nya tengah menjadi bahan gosip.

"Iya, nanti aku main lagi kesini."

"Harus itu."

"Kita pamit dulu ya mah," Galih mendekat kearah sang Mama, mencium tangan nya di ikutin oleh Alana.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam"

******

TBC

Yaampun udah berapa lama aku ninggalin work ini sampe debuan gini.

Maaf ya, aku lagi muter otak supaya cerita ini lebih bagus, dan skrng gimana? Udah lebih bagus kah?

Jangan lupa VOTMENT!!

ALANA(On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang