S E B E L A S

578 44 3
                                    

Happy Reading!

Typo bertebaran!
____________________________________________________
____

"Tapi bu saya gak salah! bukan saya yang nyerang duluan!" Alana menyangkal, memang benar dia tidak salah. Lidya yang merundung nya terlebih dahulu.

"Tapi kenapa kamu dorong dia sampai pingsan?" Tanya Bu Wulan guru BK.

"Saya gak sengaja. Lidya jambak rambut saya."

"Alana, kamu ini murid teladan di sekolah ini dan pertama kali nya kamu masuk keruangan saya."

"Tapi Lidya beneran yang nyerang saya duluan bu," Alana masih terus berusaha menyakinkan bu Wulan bahwa dirinya tidak sepenuhnya salah.

"Lidya nampar saya." Alana menunjukan sudut bibirnya yang terlihat sobek dan membiru.

"Ini adalah bukti kalo bukan saya yang sepenuhnya salah disini." Bu Wulan menghela nafas nya.

"Sudah-sudah, kalo begini kalian berdua memang salah. Tapi Alana kamu harus tetap meminta maaf kepada Lidya."

"Bu—"

"Saya gak mau mendengar pembelaan apapun lagi. Dan satu lagi nilai kamu saya kurangi. Sekarang keluar dari ruangan saya."

Tanpa basa-basi Alana segera meninggalkan ruang BK yang sangat pengap dan panas itu.

Saat keluar Alana sudah di sambut dengan beberapa siswa yang menatap nya dengan tatapan yang bermacam-macam. Ada yang mencibir dirinya. bisik-bisik, ada juga yang memberinya semangat. Dan ada juga yang mengatai nya secara terang-terangan.
Tapi Alana masa bodo dengan semua itu.

"ALANA!"

"Bunga? lo bolos?" Yang ditanya malah cengengesan, "Iya gue bolos, males sama bu Wulan."

"Lo gaboleh gitu."

"Biarin. Ayo ke UKS luka lo perlu diobati."

"Ini gak seberapa kok."

"Udah deh gausah banyak alasan." lalu Bunga menarik lengan Alana menuju UKS.

Sesampainya di UKS Alana melihat pemandangan yang sangat tidak dia inginkan. disana ada Galih yang duduk disebelah Lidya yang masih pingsan.

Sangat kentara bahwa Galih benar-benar khawatir dengan Lidya. Lihat saja lelaki itu sampai menggenggam tangan Lidya.
dan sesekali mengusap lembut wajahnya.

Alana tertawa miris. Rasanya sakit. hati nya terus berdenyut nyeri. Jadi ini rasanya? melihat kekasihnya lebih khawatir dengan gadis lain di banding dirinya sendiri.

"Lan kayaknya kita pergi aja dari sini deh."

"Gue mau sendiri dulu." Bunga mengangguk. Dia benar-benar mengerti kondisi Alana.

"Yaudah, kabarin gue kalo lo butuh sesuatu." Alana tersenyum.

"Makasih."

"Santai aja. Gue ini sahabat lo sekarang."

******

Alana memilih rooftop untuk dia beristirahat menenangkan pikiran nya.
gadis itu duduk di dekat pembatas rooftop kemudian memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus pelan.

Cuaca hari ini bisa di bilang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, tapi pas.

"Disini enak ya?" tiba-tiba tubuh Alana tersentak ketika suara seseorang masuk kedalam gendang telinganya.

"Angga?"

"Hai, apa kabar?" Angga tersenyum manis kemudian duduk di sebelah Alana.

Alana tersenyum. "Baik. Lo sendiri gimana?"

"Not bad lah. Oh iya gue turut berdukacita ya atas kematian bokap lo."

Alana tidak menjawab, pandangan turun kebawah melihat pasangan yang kini telah masuk kedalam sebuah mobil. Itu Galih dan Lidya. Ah ternyata gadis itu sudah sadar. Alana cukup lega melihatnya.

"Perasaan lo setelah lihat itu gimana?"

"Lihat apa?"

"Itu yang di bawah."

"Oh, udah biasa."

"Lo gak marah? Galih pacar lo kan?"

Alana mengangguk. "Yap. Galih emang pacar gue, tapi gue gak yakin kalo dia anggap gue pacar atau enggak." Alana tersenyum miris setelah mengeluarkan kalimat itu.

Setelah itu keduanya sama-sama terdiam.

Setelah beberapa menit keheningan melanda keduanya, kini Angga memutuskan untuk berbicara lebih dulu.

"Kalo gitu gue ke kelas dulu." Pamit lelaki bertubuh jangkung itu.

"Iya Ngga."

"Lo gak ikut?" Alana menggeleng.

"Gue masih mau disini."

"Oke, kalo gitu see you Lan!" Seru Angga sebelum tubuh lelaki itu hilang di balik pintu.

******

TBC

Inget Angga kan?

Oke segini dlu aja ya

See you next part!!

ALANA(On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang