Yeonjun duduk bersandar pada sofa yang berada di ruang TV. Tidak biasanya ia berada disana dan menonton TV hingga ibunya datang tapi kali ini ia berinisiatif untuk menunggu wanita itu pulang. Sudah 18 tahun Yeonjun hidup bersama ibunya. Ayahnya tidak pernah berada di rumah bahkan sejak Yeonjun lahir. Kedua orang tuanya dipertemukan melalui perjodohan yang dilakukan oleh nenek dan kakeknya.
Walau pun Taehee harus menghidupi anak laki-lakinya seorang diri, tapi ia tidak pernah mengeluh. Taehee adalah seorang direktur utama di salah satu cabang perusahaan yang keluarga Yeonjun miliki. Tak dapat diherankan lagi penghasilan yang didapatkan olehnya. Walaupun begitu, Taehee harus tetap menghemat. Pada pasalnya Donghyun, suaminya, sering kali menguras penghasilan yang ia dapat.
"Yeonjun? Kau belum tidur, nak?"
Yeonjun bangkit dari tempat duduknya sesaat ia mendengar suara yang memanggilnya. Sebuah senyuman mengembang pada wajah lelah wanita itu. Selelah apa pun sang ibu, beliau tidak pernah lupa untuk tersenyum kepada Yeonjun. Taehee duduk di sofa yang semula Yeonjun tempati diikuti oleh Yeonjun yang kembali duduk disana.
"Aku menunggu ibu pulang. Ibu mau aku buatkan teh?"
"Boleh. Seperti biasa, gulanya jangan terlalu banyak"
Yeonjun mengangguk lalu berjalan menuju dapur. Sebenarnya ada sebuah alasan dibalik perlakuannya kepada ibunya malam ini. Ya, ia menginginkan sesuatu. Tapi sepertinya ia tidak akan mendapatkan hal itu. Yeonjun berjalan ke arah ruang TV, mendapati ibunya yang sedang memijat kedua kakinya. Sepertinya Taehee sangat kelelahan.
"Terima kasih, Yeonjun"
Ujar sang ibu kepada Yeonjun yang dibalas dengan sebuah senyuman. Yeonjun duduk di samping Taehee lalu memperhatikan wanita yang sedang meminum teh buatannya itu. Mungkin ini saatnya untuk memberitahu Taehee tentang keinginannya.
"Bu, aku mau ikut seleksi beasiswa untuk kuliah di Amerika"
Tepat disaat Yeonjun membuka suara, ibunya tersedak dan terbatuk. Ia tidak pernah mengira orang seperti Yeonjun tiba-tiba mau mengambil beasiswa. Bukan berarti Taehee meremehkan anaknya, hanya saja untuk melihat Yeonjun berangkat ke sekolah tanpa membolos pun merupakan hal yang patut untuk disyukuri bagi Taehee.
"Kenapa, nak?"
"Kenapa apanya?"
"Kenapa tiba-tiba kau berpikir untuk mengikuti seleksi beasiswa?"
Yeonjun menunduk dan menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya. Ia mendongakan kepalanya dan melihat ke arah kedua netra milik puan di hadapannya.
"Ibu ingat, ibu pernah bilang bahwa ibu memiliki tabungan senilai 43 juta won untuk kuliahku, bukan?"
"Benar, lalu?"
"Aku mau memakai uang itu. Tidak semuanya, hanya 26 juta won"
Tutur Yeonjun seakan-akan uang senilai 26 juta won itu tidak ada harganya. Taehee memiringkan kepalanya dengan kening yang berkerut. Untuk apa Yeonjun memakai uang sebanyak itu?
"Untuk apa kau memakai uang sebanyak itu, Yeonjun?"
"Ibu ingat Soobin? Tetangga kita yang tinggal di sebrang sana?"
Tanya Yeonjun serius dan dibalas dengan anggukan oleh Taehee.
"Dia mengalami kekurangan fisik, bu. Soobin tidak bisa mendengar dan berbicara sejak bayi. Aku ingin menggunakan uang itu untuk membayar pengobatannya. Aku janji aku akan mendapatkan beasiswa penuh di Amerika dan membuat ibu bangga asalkan ibu mengizinkanku untuk membiayai pengobatan Soobin. Ibu tidak perlu membayar biaya kuliahku dan hanya perlu membayar biaya hidupku sampai aku mendapatkan pekerjaan part-time"
KAMU SEDANG MEMBACA
i can hear your voice | yeonbin
FanfictionSejak saat itu, Yeonjun selalu ada dengan uluran tangannya untuk membantu Soobin dan Soobin selalu ada sebagai tempat Yeonjun untuk pulang. bxb choi soobin x choi yeonjun dom!yeonjun sub!soobin bahasa baku.