ㅡsixteen.

2.8K 432 26
                                    

Malam ini salju pertama turun cukup lebat. Seorang pemuda berdiri di hadapan jendela kamarnya, menatap nanar ke arah rumah di sebrang sana. Sudah menjadi tradisinya setiap tahun untuk berdiri di hadapan jendela kamarnya dengan mengenakan sebuah syal rajut berwarna hitam sembari menatap ke arah jendela di sebrang sana. Berharap agar sang penghuni kamar di balik jendela itu membuka jendela tersebut. Pemuda itu menghembuskan nafasnya dalam, kapan ia dapat menemui orang yang selama ini ia rindukan lagi?

Seseorang tiba-tiba saja mengetuk pintu kamar pemuda tersebut dan seorang wanita paruh baya langsung menyembulkan kepalanya dari balik pintu setelah pemuda dengan surai hitam itu mempersilakannya. Wanita itu menatap punggung anaknya yang sedang berdiri di ujung ruangan. Empat tahun sudah berlalu dan pemuda itu tumbuh menjadi pria sempurna, benar-benar sempurna dalam artian sesungguhnya. Namun, pemuda itu terlihat semakin murung seiring berjalannya waktu.

"Soobin, apa kau merindukan Yeonjun?"

Tanya Narae setelah wanita itu berada di samping Soobin. Soobin menatap sang ibu lalu tersenyum hangat.

"Tentu, aku sangat merindukannya"

Jawabnya dengan suaranya yang cukup rendah. Narae mengulurkan tangannya untuk membelai kepala anak laki-lakinya itu lembut.

"Apakah Yeonjun akan pulang, bu? Apakah ia akan mendengar suaraku?"

"Yeonjun pasti pulang dan akan menemuimu, nak"

Soobin menundukan kepalanya dalam. Sudah empat tahun ia memendam rasa rindu dan rasa bersalah ini. Entah apa yang sedang dilakukan Yeonjun sekarang di New York. Sejak ia menyelesaikan operasi dan melakukan terapi, rasa bencinya terhadap Yeonjun semakin menjadi karena mengetahui Yeonjun benar-benar pergi dan tidak mempedulikan dirinya, hingga salju pertama di tahun itu turun dan Narae memberikan sebuah bingkisan kepadanya.

...

FLASHBACK

Soobin membuka kedua matanya perlahan. Kedua lensanya berusaha untuk menangkap bayangan yang perlahan mulai terlihat jelas. Operasi berjalan lancar walaupun tadi denyut jantung Soobin sempat melemah. Soobin akhirnya mendapatkan kesadaran sepenuhnya setelah efek bius yang ia dapatkan menghilang. Didapatinya Narae yang sedang tidur di sebelahnya. Soobin menepuk pundak ibunya pelan untuk beberapa kali hingga wanita itu terbangun.

"Soobin sayang, kau sudah bangun?"

Soobin sayup-sayup mendengar apa yang dikatakan oleh sang ibu. Kedua matanya berbinar begitu ia mendengar suara Narae untuk pertama kalinya walaupun suaranya terdengar sangat kecil.

"Ada apa nak?"

Tanya Narae pada akhirnya dengan bahasa isyarat karena Soobin tiba-tiba mengerutkan keningnya. Tiba-tiba saja ia merasa pusing pada kepalanya. Sudah hampir dua puluh empat jam sejak operasi dilaksanakan dan menurut dokter, Soobin sudah dapat mendengar setelah enam jam sejak operasi selesai.

"Aku bisa mendengar suara ibu, tapi kecil sekali"

Jawabnya sembari memijat keningnya yang terasa pening. Narae langsung berjalan keluar berusaha memanggil perawat yang berjaga. Seorang perawat datang dan tersenyum hangat kepada Soobin. Ia memeriksa keadaan Soobin dan menyuntikan sesuatu ke selang infus di tangan kanan Soobin.

"Soobin tidak apa-apa kok, bu. Mungkin kokleanya masih belum terbiasa dalam menerima suara, lama-kelamaan juga ia akan mendengar dengan normal. Pusingnya itu dikarenakan efek bius, nanti juga hilang"

i can hear your voice | yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang