Yeonjun berjalan menuruni tangga. Seperti biasa, ibunya sudah pergi kerja sejak matahari belum terbit dan saat ini Yeonjun sedang bersiap untuk berangkat sekolah. Diambilnya dua helai roti tawar dan diselipkannya diantara kedua bibirnya. Ia keluar dan menaruh skateboard-nya di jalanan aspal bersiap untuk menaikinya.
Saat melewati rumah tetangganya ia melihat di pekarangan ada pemuda aneh yang ia temui kemarin bernama Soobin lagi-lagi mengenakan jaket dan sedang membaca buku.
"Tidak kah ia melihat betapa kesusahan ibunya saat memindahkan barang kemarin? Ia bahkan tidak membantu ibunya. Anak aneh", gumamnya lalu berlalu pergi.
...
"Choi to the Yeonjun, tumben sekali tidak bolos di jam pelajaran matematika?", goda teman sebangkunya, Choi Beomgyu.
"Kau mau aku membolos?"
"Bukan begitu, hanya saja aneh jika wujudmu ada di jam pelajaran ini", tambah salah seorang temannya lagi, Taehyun.
"Ah sudahlah. Jam pelajaran ini adalah jam tidurku. Akhir-akhir ini juga aku sedang mengurangi pergi ke atap agar aku tidak merokok"
"Aw, manis sekali. Yeonjun kita bertaubat", lagi-lagi Beomgyu menggodanya dengan jahil.
Bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai. Benar saja, Yeonjun hanya tidur sepanjang perjalanan berlangsung. Memang kehidupan serta reputasinya di sekolah sangat lah buruk. Sudah beberapa kali ia dipanggil oleh kepala sekolah dan hampir dikeluarkan karena berkelahi dengan salah seorang anak pengelola yayasan sekolah.
"Choi Yeonjun", panggil Beomgyu.
"Hey, sepertinya dia mati", ucap Taehyun asal yang dibalas dengan pukulan oleh Beomgyu.
"Choi Yeonjun bangun. Waktunya pulang"
Saat mendengar waktu pulang entah panggilan darimana Yeonjun langsung bangun dari tidurnya. Ia menguap sembari merenggangkan tubuhnya.
"Mimpiku indah sekali tadi"
"Aku tidak peduli", Beomgyu dan Taehyun menanggapi bersamaan.
"Hey, kami pulang duluan ya. Sampai ketemu besok", tambah Beomgyu dan langsung berlalu meninggalkan Yeonjun.
Yeonjun mumutar kedua bola matanya malas dan langsung membereskan buku-bukunya. Entah apa gunanya ia sekolah. Mungkin hanya untuk menggugurkan kewajiban dan menghindari surat drop out dari kepala sekolah.
Ia bergerak perlahan menggunakan skateboard-nya. Bukan untuk gaya atau pamer, tapi Yeonjun hanya senang menggunakan benda ini terutama untuk pergi ke sekolah karena jarak sekolah tidak terlalu jauh namun tidak bisa dibilang dekat juga. Untuk menghemat ongkos serta mengurangi pegal di kaki, jadi ia menggunakan skateboard.
Yeonjun berhenti di sebuah toko roti. Seingatnya kemarin bangunan ini masih kosong dan tidak ada toko roti di dalamnya. Membeli satu atau dua bungkus roti untuk mengganjal perutnya sampai ibunya pulang mungkin ide yang bagus.
"Selamat sore, selamat datangㅡ eh Yeonjun?"
Ternyata Narae yang bekerja disana. Yeonjun langsung tersenyum dan membungkukan tubuhnya. Didapatinya juga Soobin yang sepertinya tidak menyadari keberadaannya karena ia sedang membaca buku dan tubuhnya menghadap memunggungi Yeonjun. Mengapa anak itu sangat senang membaca buku?
"Nyonya bekerja di toko ini?"
"Ah kebetulan toko ini adalah milik keluarga kami. Sejak pindah ke Seoul kami memutuskan untuk membeli ruko ini dan menjadikannya toko roti"
"Apakah itu Soobin?"
"Ya, itu Soobin. Mau ku panggilkan?"
"Ah, tidak perlu. Aku hanya ingin bertanya"
Bahkan setelah Yeonjun menyebutkan namanya, Soobin masih tidak bergeming. Mungkin pemuda itu memang tidak peduli dan tidak tahu terima kasih.
"Aku mau ini nyonya", ucapnya sembari menyodorkan beberapa roti.
"Baiklah, tunggu sebentar ya"
Narae mengambil kantung berbahan kertas untuk membungkus roti milik Yeonjun dan Yeonjun langsung membayar roti-rotinya. Kedua netranya masih terfokus pada Soobin. Akhirnya pemuda jangkung itu menutup bukunya dan membalikan tubuhnya ke arah Yeonjun. Ia tampak terkejut dengan kehadiran Yeonjun dan langsung membungkuk sopan. Hanya membungkuk, tidak menyapanya. Yeonjun hanya tersenyum canggung lalu mengucapkan terima kasih kepada Narae dan Soobin lalu pergi berlalu. Apa Yeonjun berbuat salah kepada Soobin saat menyelamatkannya waktu itu hingga Soobin berperilaku seperti itu?
Malam itu Yeonjun mendengar pertengkaran lagi di bawah. Sepertinya ayahnya pulang dan kembali meminta uang kepada ibunya. Sungguh Yeonjun sudah tidak kuat mendengar semua keributan yang terjadi. Tak lama, Yeonjun mendengar bantingan pintu dan ia tahu bahwa sang ayah sudah meninggalkan rumahnya namun samar-samar ia masih mendengar suara ibunya berteriak di bawah sana. Yeonjun memutuskan untuk pergi ke balkon kamarnya yang mengarah ke pekarangan rumahnya.
Dan terjadi lagi, disanalah ibunya menahan tangan ayahnya agar tidak mengambil uang gaji sang ibu. Yeonjun tidak mau ikut campur lagi. Terakhir kali ia menahan ayahnya, yang ada ayahnya semakin menjadi lalu ia memukul kepalanya dengan botol soju. Ibunya pun sudah melarangnya untuk ikut campur saat mereka bertengkar dan jika Yeonjun melawan, maka ibunya lah yang akan pergi. Yeonjun melihat di sudut sana terdapat Soobin sedang duduk dengan tenang di pekarangan. Apa anak itu gila? Dengan keributan di hadapannya tapi ia masih bisa bersikap tidak peduli seperti itu? Mungkin hati anak itu sudah mati.
Yeonjun langsung berlari menuruni tangga saat sudah memastikan bahwa ayahnya benar-benar pergi. Ia langsung memeluk ibunya yang terduduk dan menangis di pekarangan rumah kemudian membantunya untuk berdiri.
"Biar ku bersihkan luka ibu".
TO BE CONTINUED
Terima kasih yang sudah baca cerita ini hehehe. Aku bakal berusaha update secepatnya ya. Maaf cerita ini agak-agak sinetron gitu soalnya mau dibikin sederhana pun jatuhnya tetep aja jadi ceritanya yang sedih menye-menye. : (
I'm shamelessly asking for the comment and the vote hehehe, happy reading! ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
i can hear your voice | yeonbin
FanficSejak saat itu, Yeonjun selalu ada dengan uluran tangannya untuk membantu Soobin dan Soobin selalu ada sebagai tempat Yeonjun untuk pulang. bxb choi soobin x choi yeonjun dom!yeonjun sub!soobin bahasa baku.