Tak terasa sudah hampir lima tahun berlalu sejak Yeonjun meninggalkan Korea, tanah kelahirannya. Hari-harinya di New York dihabiskan dengan pergi ke kampus dan pergi ke perpustakaan kota, sesekali ia juga mengunjungi taman serta kafe yang berada tak jauh dari kampus serta gedung apartemennya. Yeonjun tak memiliki banyak teman disini, hanya ada seorang teman yang kebetulan berasal dari Korea juga bernama Yoon Sanha. Ia pun tidak banyak menghabisi waktunya dengan temannya karena Yeonjun lebih senang menghabiskan waktunya sendiri dan fokus pada studinya.
Yeonjun berjalan di pedestarian Kota New York. Salju pertama baru saja turun kemarin malam maka tak heran jika udara terasa begitu dingin. Salju yang melapisi jalanan tidak begitu tebal dibandingkan dengan salju pada musim dingin beberapa tahun terakhir. Yeonjun memasuki sebuah kafe dan kehangatan langsung menyapa dirinya seraya ia memasuki kafe tersebut. Ia berjalan ke arah etalase berisi dereta kue serta roti yang tertata rapi. Sudut bibirnya menarik sebuah senyuman tipis begitu melihat sebuah strawberry cheesecake dari balik etalase, Soobin sangat menyukai kue itu.
"I wanna have this one and a cup of americano, please?"
Ucap Yeonjun kepada seseorang dibalik etalase sembari menunjuk potongan strawberry cheesecake disana. Ia segera membawa makanan yang ia pesan setelah membayarnya. Berjalan perlahan namun pasti menuju ke arah kursi kosong yang berada di hadapan jendela kaca besar di ujung kafe. Yeonjun segera menyandarkan punggungnya begitu ia duduk. Kedua manik legamnya mengedar keluar jendela, memerhatikan kesibukan Kota New York dengan salju yang turun.
"Soobin sedang apa ya?"
Gumamnya pada dirinya sendiri. Sungguh ia sangat merindukan pemuda itu. Ia sangat ingin mendengar suaranya apalagi setelah terakhir kali ia menelepon Beomgyu dan Beomgyu berkata sekarang Soobin sudah bisa berbicara dengan lancar secara normal dan kini bisnis roti keluarganya sudah sangat sukses ditambah lagi dengan ayahnya yang kini tinggal bersama dengannya. Soobin juga kini bekerja di perusahaan roti dan pastry yang dibangun oleh ayahnya, walaupun pemuda itu tidak mendapatkan pendidikan formal sedikit pun tapi Soobin dapat bekerja dan mengatur perusahaan dengan baik. Beomgyu juga menawari Yeonjun untuk berbicara dengan Soobin namun ia menolak.
Yeonjun mengeluarkan sesuatu yang ia bawa dari dalam tasnya, sebuah buku. Ia membuka lembaran buku itu, terdapat dua gaya tulisan berbeda disana yang saling menyapa satu sama lain. Kurang lebih dua tahun sudah buku itu menemani dirinya dan Soobin dalam berkomunikasi selama di Korea dulu. Tulisan Soobin sangat bagus dibandingkan dengan tulisannya. Hanya buku itu yang menjadi sisa dari kenangannya dan Soobin. Tepat di bulan Desember sebelum natal, Yeonjun akan lulus dan kembali ke Korea. Ia sudah tidak sabar untuk menemui teman-temannya terutama Soobin. Ia berharap Soobin masih sudi untuk mengenalnya.
Saat Yeonjun sedang larut dalam kerinduannya, seseorang berdiri di hadapannya dan memanggilnya. Ia mendongakan kepalanya dan mendapati Sanha disana. Kedua keningnya berkerut saat ia melihat pemuda itu tersenyum ke arahnya.
"Daniel Choi, apa yang sedang kau lakukan di kafe ini? Wah, pasti kau sedang menunggu kekasihmu ya?"
Tuduh pemuda itu yang dihadiahi dengan pukulan di lengan oleh Yeonjun. Sanha hanya tertawa menanggapi respon dari Yeonjun. Cara Sanha tertawa dan tersenyum sangat mengingatkannya pada Soobin. Ia pun baru menyadari bahwa Sanha dan Soobin memiliki wajah yang cukup mirip. Bedanya, Sanha hanya bisa membuatnya tersenyum karena dirinya yang mengingatkannya pada Soobin sedangkan Soobin dapat membuat Yeonjun tersenyum hanya dengan keberadaannya di sampingnya. Sanha dan Soobin pun lahir di tahun yang sama dan seharusnya Sanha merupakan adik tingkat dari Yeonjun tapi pemuda itu bercerita bahwa ia terlalu cepat memasuki sekolah jadi disini lah mereka sekarang, duduk berhadapan di sebuah kafe dengan salju yang turun di luar.
"Sebentar lagi kau wisuda, bagaimana bisa kau mendahului ku, Yeonjun?"
"Kau terlalu banyak bermain dengan teman-temanmu. Makanya selesaikan skripsimu maka kita bisa pulang ke Korea bersama"
Sanha hanya tertawa menanggapi jawaban Yeonjun. Yeonjun adalah anak yang rajin, berbeda dengannya. Sanha cukup populer karena ia mengikuti banyak club di kampus sedangkan Yeonjun hanya ingin fokus dalam menyelesaikan studinya. Yeonjun pun heran, bagaimana bisa Sanha bisa berteman dengannya disaat ia memiliki banyak teman di kampus. Tak jarang juga pemuda itu meninggalkan teman-temannya dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama dengan Yeonjun.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Sedang apa kau disini? Menunggu kekasihmu?"
Yeonjun menggelengkan kepalanya sembari tertawa pelan. Ia lalu menyesap americano-nya yang kini tinggal setengah.
"Tidak, aku hanya sedang mengenang masa lalu"
"Mengenang masa lalu? Memangnya ada apa di masa lalumu?"
Kedua netra Yeonjun kembali menatap ke luar jendela dan tersenyum. Ia dapat membayangkan wajah Soobin disana, sedang tersenyum ke arahnya.
"Ada orang yang aku cintai"
Sanha membulatkan kedua matanya. Ia lalu menegakan punggungnya bersiap untuk mendengarkan pemuda di hadapannya.
"Aku tidak memiliki kekasih tapi aku memiliki seseorang yang mengisi hatiku dan akan selalu seperti itu sampai kapan pun. Aku sudah meninggalkannya karena aku mengikuti beasiswa ini untuk membayar biaya operasinya"
Sanha memiringkan kepalanya bingung disertai dengan kerutan di keningnya.
"Biaya operasinya? Dia sakit apa?"
"Dia tuli"
Rasa hangat menyeruak masuk ke dalam dada pemuda bersurai cokelat setelah ia mengetahui ketulusan hati yang dimiliki oleh Yeonjun. Ia tak pernah menyangka ia dapat melihat sisi lain dari seorang Choi Yeonjun atau orang-orang di kampusnya lebih mengenalnya sebagai seorang Daniel Choi yang anti sosial dan tidak banyak bicara. Sanha juga beberapa kali menemui orang yang menyimpan hati kepada Yeonjun namun pemuda itu selalu secara halus membuat batas diantara dirinya dengan mereka. Sekarang Sanha tahu alasan Yeonjun melakukan semua ini, ada hati yang harus ia jaga.
"Namanya Soobin, Choi Soobin. Dia lahir di tahun yang sama denganmu, ia bahkan mirip denganmu. Dia adalah tetanggaku dan kita banyak menghabiskan waktu bersama sampai akhirnya rasa itu tumbuh. Rasa dimana aku merasa aku sudah menemukan rumahku, rasa dimana aku sudah menemukan tempat untuk pulang. Sejauh apa pun aku pergi, aku akan selalu pulang kepadanya, aku akan pulang dan menemui Choi Soobin. Namun, aku dengan bodohnya melakukan kesalahan di hari terakhir aku menemuinya. Aku membentaknya hingga ia menangis dan aku tak yakin jika ia masih sudi untuk menemui atau mengenalku sekali pun"
Tutur Yeonjun dengan mata yang sendu. Pemuda di hadapannya tersenyum hangat, ia tak pernah merasa tersentuh seperti ini sebelumnya. Apa pun yang membuat semesta memisahkan Yeonjun dan Soobin pasti akan kalah dengan perasaan yang mereka miliki.
"Dari caramu menceritakannya, aku dapat menyimpulkan bahwa kau sangat mencintainya, Yeonjun"
Sanha mengulurkan tangannya dan menepuk pundak yang lebih tua dengan lembut. Senyuman tak kunjung luntur dari wajahnya, begitu juga dengan wajah pemuda di hadapannya.
"You can go through this. Go get him, Daniel Choi"
TO BE CONTINUED
Just in case if you don't know who Yoon Sanha is. Dia maknae-nya Astro. Stan Astro, stan talent hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
i can hear your voice | yeonbin
Hayran KurguSejak saat itu, Yeonjun selalu ada dengan uluran tangannya untuk membantu Soobin dan Soobin selalu ada sebagai tempat Yeonjun untuk pulang. bxb choi soobin x choi yeonjun dom!yeonjun sub!soobin bahasa baku.