ㅡthirteen.

2.7K 427 40
                                    

Yeonjun duduk di ranjangnya dengan sebuah laptop yang berada di atas pahanya. Saat ini ia sedang membuka situs yang akan mengumumkan hasil dari seleksi beasiswa yang telah ia lalui. Sudah dua minggu berlalu sejak ujian seleksi dan sudah dua minggu pula Yeonjun mulai menjauh dari Soobin. Cepat atau lambat ia harus membiasakan dirinya dan Soobin agar tidak terlalu bergantung kepada satu sama lain. Ia tak jarang menemukan Soobin duduk di pekarangan dan jujur, hatinya sangat ingin menemui pemuda tersebut tapi ia selalu berusaha menahan dan menghindar.

Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, yang artinya ia sudah dapat melihat hasil seleksi tersebut. Digerakannya jemarinya dengan cepat, mengetikan nomor peserta miliknya pada kolom pencarian. Kedua netranya terfokus pada monitor yang sedang memuat halaman yang dituju. Kedua matanya membulat begitu ia menemukan kata "SELAMAT" berwarna hijau di layar. Sebuah senyuman tertarik dari sudut bibirnya, pandangannya mulai kabur karena air mata yang telah membendung di pelupuk matanya.

Yeonjun segera menaruh laptop-nya dan pergi berlari menuruni tangga menuju ke kamar sang ibunda. Diketuknya pintu kamar Taehee pelan dan ia segera masuk setelah Taehee mempersilakan.

"Ibu, aku diterima"

Ucap Yeonjun begitu ia bertatapan dengan Taehee. Kedua mata Taehee berbinar dan ia langsung beranjak dari ranjangnya untuk memeluk anak laki-lakinya. Sungguh ia tidak pernah berpikir bahwa Yeonjun dapat melakukan ini. Ia bahkan sudah bekerja lebih keras dan menerima banyak proyek yang mau bekerja sama dengan perusahaannya agar dapat membantu Yeonjun membiayai pengobatan Soobin tapi Tuhan memberikan nasib yang lebih baik kepada mereka.

"Selamat, Yeonjun. Ibu tahu kau pasti bisa, ibu sangat bangga padamu dan ibu yakin Soobin juga pasti akan bangga denganmu"

Benar, Soobin pasti akan bangga. Yeonjun merenggangkan pelukannya seraya Taehee menyebut nama Soobin. Entah ia harus merasa senang atau sedih dengan beasiswa yang ia terima karena ia harus menghadapi kenyataan yang akan memisahkan dirinya dengan Soobin untuk beberapa tahun ke depan.

...

Hari demi hari terlewati, Soobin saat ini sedang duduk di balik kasir toko rotinya. Hari ini ia sedang ditemani oleh Beomgyu. Sejak kejadian beberapa minggu lalu di mall, Beomgyu dan Soobin menjadi semakin dekat dan bahkan Beomgyu sering kali mengunjungi toko roti Soobin dan menceritakan tentang Taehyun kepada Soobin. Soobin pun baru menyadari bahwa Taehyun dan Beomgyu menyukai satu sama lain tapi keduanya sangat pintar dalam menyembunyikan perasaan.

Beomgyu mentap ke arah Soobin. Dari raut wajahnya Soobin terlihat sedih akhir-akhir ini, mungkin karena ia sudah jarang menemui Yeonjun. Jangankan Soobin, Beomgyu pun sudah jarang menemui Yeonjun sejak ujian kelulusan selesai dilaksanakan, sepertinya Yeonjun sedang sibuk mengurus kepergiannya ke Amerika. Air muka Beomgyu seketika menjadi sendu saat ia mengingat bahwa sahabatnya sebentar lagi akan pergi ke Amerika begitu juga dengan orang yang ia cintai yang akan pergi ke Jerman. Lusa lalu, Beomgyu baru saja diberi kabar oleh Yeonjun dan Taehyun bahwa keduanya berhasil mendapatkan beasiswa dan akan segera mengurus keberangkatan mereka secepatnya.

"Soobin, apa kau merindukan Yeonjun?"

Tulis Beomgyu pada sebuah buku yang selalu ia bawa setiap ia pergi ke toko roti untuk menemui Soobin lalu menyerahkan tulisannya kepada pemuda jangkung itu. Beomgyu memang belum lancar berbicara dalam bahasa isyarat, jadi ia harus menulis apa yang mau ia sampaikan seperti ini. Soobin menatap ke arah tulisan Beomgyu lalu mengangguk pelan. Beomgyu meraih pundak Soobin dan mengelusnya perlahan. Ia lalu kembali menuliskan sesuatu disana saat Soobin akhirnya menyunggingkan sebuah senyuman.

i can hear your voice | yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang