ㅡone.

6.5K 633 5
                                    

Kehangatan sinar mentari menerpa wajah pemuda bersurai hitam dengan selimut yang menutupi wajahnya. Ia bergeliat di atas ranjangnya seraya suara cuitan burung terdengar memasuki indera pendengarannya. Pemuda itu merenggangkan tubuhnya sembari melenguh pelan, merasakan tubuhnya yang pegal akibat pertandingan basket kemarin.

"Choi Yeonjun, ayo bangun", ucap seorang wanita paruh baya setelah masuk ke dalam kamar pemuda bernama Yeonjun tersebut.

Hari ini hari Minggu jadi tidak ada alasan untuk Yeonjun untuk bangun pagi. Ia merengek kepada sang ibunda sembari menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Wanita yang masih berdiri di depan pintu tersebut hanya dapat menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan anaknya.

"Yeonjun-ah, ayo bangun dan mandi. Kau sudah janji bukan mau membelikan kebutuhan bulanan?", titah ibunya lagi yang kali ini sudah berdiri di ujung ranjang.

Yeonjun yang disuruh malah merengek kesal. Ia memeluk gulingnya semakin erat sedangkan ibunya sedang menarik paksa selimutnya.

"Yeonjun-ah", panggil ibunya lembut.

Mana tega Yeonjun membiarkan ibunya mengemis seperti itu. Yeonjun akhirnya bangkit dari tidurnya dan berjalan ke kamar mandi sembari memegang handuk dengan mata yang setengah tertutup.

"Anak itu ada-ada saja", ucap sang ibunda kepada dirinya sendiri.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Yeonjun segera menuruni tangga untuk menemui ibunya di dapur. Ia menatap ke arah ibunya yang sedang memasak sarapan disana. Choi Taehee, ibunda Yeonjun yang masih berusia 46 tahun tapi terlihat lebih tua dari usianya. Badannya kurus dan kerutan di wajahnya sangat terlihat. Wajar jika sang ibunda terlihat menyedihkan seperti itu kalau bukan saja karena ayahnya yang setiap hari kerjanya hanya mabuk dan menghabiskan uang yang susah payah ibunya kumpulkan dari gaji bulanannya.

"Yeonjun, mengapa melamun disitu?", tanya Taehee kepada Yeonjun setelah mematikan kompor.

"Tidak ada. Hanya saja aku takut mengejutkan ibu", jawabnya bohong.

Taehee langsung menghampiri anaknya dan memberikan lembaran uang won serta daftar belanjaan kepada Yeonjun. Memang Yeonjun sudah berjanji untuk membantu ibunya di Hari Minggu ini karena ia tidak tega melihat ibunya yang setiap hari harus bekerja dari fajar hingga petang dan hanya di Hari Minggu ini Taehee bisa sedikit bersantai.

"Kalau kau mau beli sesuatu gunakan lah sisanya. Jika ada orang yang mengganggu, diamkan saja dan jangan dilawan. Ibu tidak mau mendengar kau bertengkar lagi, mengerti?", ucap Taehee kepada Yeonjun khawatir yang dibalas dengan anggukan.

Yeonjun memang terkenal sebagai anak dengan tempramen yang buruk. Ia akan menghajar siapa saja yang berani melawannya dan mengganggunya. Ia hanya akan menuruti perintah ibunya. Bahkan, ia berani menghajar dan mengusir ayahnya saat ayahnya dengan berani mencekik sang ibu karena Taehee tidak mau memberikan uangnya kepada suaminya.

...

"Terima kasih, datang kembali", ucap kasir yang melayani Yeonjun.

Yeonjun berjalan keluar dan mendapati seorang pemuda jangkung yang sedang dikelilingi tiga orang pemuda lainnya. Dihampirinya keempat pemuda tersebut, sepertinya sedang terjadi keributan.

"Hey, ada apa ini?", sahut Yeonjun garang kepada ketiga pemuda itu. Sedangkan pemuda yang paling tinggi hanya menunduk ketakutan.

"Siapa kau? Berani ikut campur?", ucap seorang pemuda dengan proporsi tubuh yang subur.

"Ini apa sih. Lepaskan", Yeonjun melepas cengkraman tangan salah seorang pemuda dengan surai merah dari kerah pemuda yang paling jangkung.

i can hear your voice | yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang