Because I'm Different - 04

556 106 7
                                    

Senja sudah menunjukkan eksistensinya diatas sana. Angin musim semi hari ini berhembus dengan lembutnya, terasa hangat. Di teras kedua orang tua itu masih sibuk bercerita membagi kisah masing-masing. Ditemani 2 cangkir teh hangat dan beberapa kue kering obrolan mereka mejadi semakin intim saja.

"Aku benar-benar tidak mengira kita bisa bertemu lagi dan berbincang seperti ini..."

Senyum tipis terlihat menghiasi wajah lembut Seoyoon. "Aku pun begitu. Begitu banyak hal yang terjadi," tuturnya yang entah mengapa membuat senyumnya memudar.

"Ehm sudah sore, Ayah Sehun belum pulang kerja, ya?"

Memang terdengar sederhana pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut Sujin. Tapi, tidakkah wanita itu tahu bahwa luka yang sempat Seoyoon tutupi kini menganga lagi saat mendengar tentang 'orang' itu?
"Sehun tidak punya Ayah!" jawabnya terdengar dingin.

Sujin melihat perubahan ekspresi wajah yang sangat kentara dari lawan bicaranya itu. Apa Ia sudah salah bicara?
"Maaf," cicitnya merasa tidak enak.

"Tidak apa."

"Seoyoon, tidakkah kau mau membagi sedikit cerita padaku? Pasti banyak sekali hal yang kau lalui selama kita tidak berhubungan," pinta Sujin seraya menyentuh punggung tangan Seoyoon.

Wajah murung, mata sayu dan bibirnya yang terlihat sedikit bergetar. Seoyoon memejamkan matanya rapat-rapat.
"Dia pergi begitu saja..."

Sujin nampak tertegun. Hatinya mencelos begitu mendengarnya. Ia menengok kedalam rumah dan mendapati Sehun yang tengah main kejar-kejaran dengan anjingnya. Malang sekali bocah itu.

"Terlalu sakit rasanya jika diingat-ingat! Dia tidak peduli dan lebih memilih pergi," vokal Seoyoon yang pikirannya kembali terlempar ke masa lalu.

Sujin mengalihkan pandang, merapatkan posisinya pada Seoyoon. Tangannya bergerak mengelus kedua bahu Seoyoon teratur.

Kedua mata Seoyoon sudah terisi penuh oleh air mata, bila Ia kedipkan saat itu juga maka jatuhlah sudah. Bibirnya terlipat kedalam menahan gejolak didalam hatinya.
"Sehun... Anak itu penyandang tunagrahita oleh sebab itu dia, orang itu tidak bisa menerima keadaan Sehun. Dokter sudah memprediksi ini sejak kandunganku berusia 5 bulan. Dia terus memintaku untuk menggugurkan Sehun karena dia berpikir tidak akan ada gunanya membiarkan Sehun hidup. Hiks." kata demi kata itu terhenti sesaat lantaran Seoyoon tidak kuat menahan diri untuk tidak menangis. "...Bagaimana mungkin aku tega melenyapkan nyawa yang tidak berdosa itu? Ketika aku sudah bisa merasakan Sehun bergerak bebas didalam perutku dan saat itu aku diminta untuk membunuhnya mana bisa seperti itu, Sujin? Keputusanku sudah bulat untuk mempertahankan Sehun dan kau tahu apa? Setelah Sehun lahir dia meninggalkan kami begitu saja," tutur Seoyoon yang sudah tidak bisa lagi melanjutkan kalimatnya lantaran air matanya mengalir dengan hebatnya. Ia terus menangis menyembunyikan wajahnya dibalik telapak tangannya.

Dengan sigap, Sujin menarik Seoyoon kedalam pelukannya. Hidup yang dijalani Seoyoon begitu kejam!

"Demi Tuhan, aku membencinya hingga kini! Hiks... Tidak masalah dia pergi! Sehun tidak butuh Ayah seperti dia! Bahkan menyandingkan marganya dengan nama Sehun aku tidak sudi! Nama Sehun terlalu berharga untuk itu!"

Itulah alasan mengapa marga Sehun sama dengan marga Seoyoon.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak memaksamu untuk menceritakan hal itu," sahut Sujin yang sudah melepaskan pelukannya.

Sekarang Seoyoon sudah lebih tenang. Ia mengangguk merasa tidak keberatan. Jari-jarinya terlihat menghapus jejak-jejak air mata di pipinya.

Mereka, Seoyoon dan Sujin adalah sahabat saat sekolah menengah atas. Mereka sangat dekat satu sama lain hingga saat masa kuliah tiba, keduanya terpisah lantaran Sujin menerima tawaran beasiswa kuliah di luar negeri dan disana lah Sujin bertemu dengan pria yang juga berkewarganegaraan Korea sama sepertinya yang sekarang menjadi Ayah Joohyun meski keduanya sudah lama berpisah.

𝘽𝙚𝙘𝙖𝙪𝙨𝙚 𝙄'𝙢 𝘿𝙞𝙛𝙛𝙚𝙧𝙚𝙣𝙩Where stories live. Discover now