6

247 77 5
                                    

Rindu berjalan menjauhi taman itu, namun yang ada pada benaknya sekarang adalah: Mau diarahkan kemana kaki ini selain ke taman ini?

Akhirnya Rindu kembali melangkahkan kakinya ke sana. Ada sesuatu yang tidak beres pada cewek ini, pikir Akmal yang sedang bersender di sebuah pohon tua di dalam taman.

Rindu berjalan masuk melewati Akmal, meletakkan tas nya di sembarang  tempat dan terduduk murung di rerumputan.

"Mau main gitar? "

"... "

"Ok"

Hening. Rindu yang masih dalam kesedihannya, dan Akmal yang bingung harus berbuat apa.

Menurutnya, tak ada gunanya menanyakan alasan Rindu menangis. Itu hanya akan membuatnya terus mengingat hal yang membuatnya seperti ini.

Lebih baik diam saja, tiap orang butuh ruang untuk menumpahkan segala beban yang ditanggunya.



"Lo.. Kenapa sok akrab sama gue? Padahal belum lama kenal" tanya Rindu tiba-tiba.

"Simple. Karena gue mau kenal lo lebih dari orang yang baru aja kenal. "

Rindu menatap Akmal tak mengerti, "apasih", lanjutnya.

"Ajarin gue main gitar, "

Gimana caranya ngajarin orang buta main gitar?

"Gue tau gue buta. Tapi gue gak bego."

"Terserah" Rindu menangkup kan kepala nya pada lututnya.

"Serius, ajarin gue main gitar, "

"Gak mau. Males. "

"Diseriusin kok gamau, sih, " ucap Akmal acuh.

Apaansihh ni orang

Angin soremenemani keheningan yang ada.

Angin sore yang menemani dua pasang manusia untuk  mengenal dan mendekat lebih dalam.

Angin sore yang tak pernah membantah untuk tidak hadir, demi menemani mereka.

Angin sore yang menemani datangnya senja.

Senja baru di hari yang baru.

Dengan suasana baru yang tercipta.

"Bagus, " ucap Rindu memandangi langit sore itu.

Akmal tersenyum.

"Kata orang, senja itu pelit. "

Rindu menatap pria di sampingnya.

"Kenapa? "

"Dia indah, tapi nggak mau tinggal lama lama. " ucap Akmal menatap keatas.

"Nanti gue bilang deh sama senja, buat lebih lama ada di atas sana, soalnya lo suka. Soalnya dia bikin lo gak nangis lagi. " lanjutnya.

"Hahaha, lo lucu. "

"Makasih, gue lebih seneng dibilang ganteng. "

"Kok lo tau gue nangis? "

"Kan, gue punya indra ke 11,"

"Hah? "

"Hahaha, gak tau. Gue cuma denger ada yang nangis, kalo bukan lo, siapa lagi? Setan? "

"Yeeee dasar, btw, lampu nya bagus. "

Rindu melihat lampu-lampu yang menyala di sekelilingnya.

Menemani datangnya malam setelah senja berakhir.

Akmal tersenyum, lagi. Lega rasanya Rindu bisa melupakan penyebab tangisnya tadi.

Bangga rasanya bisa menjadi alasan bagi Rindu untuk tidak menangis lagi.

"Udah malem, mau pulang? Gue anter" tawar Akmal.

"Jalan tapi, " lanjutnya.

Rindu terdiam sejenak.

"Enggak deh, gue ada urusan di rumah temen gue, "

Jam segini?

"Oke, mau dianter? "

"Enggak usah, gue bisa sendiri, " ucap Rindu kemudian berdiri dari tempatnya.

"Oke, "

Rindu berjalan keluar taman. Ditengah-tengah langkahnya, ia berhenti dan berbalik, "Makasih buat hari ini. Lumayan menghibur ha ha ha, " ucapnya kemudian melanjutkan langkahnya.

"APA? GUE GANTENG? MAKASIHH! "

"Aduhh budek kali ya hahah siapa namanya deh? Lupa. " oceh Rindu di jalan.

Tapi lucu juga

Ucapnya dalam hati sambil terkekeh.


"Rindu ada masalah apa ya di rumah?"  -Akmal.

-----------               ------------             ------------

Yuhuuu trims udah mau baca!
Jangan forget tinggalin jejak, biar akunya seneng, hahha!!  See yaa🧡

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang