Rindu berjalan mendekati gerbang sekolah untuk pulang-lebih tepatnya mampir ke taman-diikuti oleh seorang siswa baru yang terlambat di hari pertamanya masuk sekolah.
Gadis itu berjalan sedikit canggung karena ini adalah pertama kalinya ia pulang bersama siswa laki-laki di sekolahnya.
Dan juga masih tidak mengerti kenapa Akmal pindah ke sekolah umum seperti ini yang jelas-jelas akan menyulitkannya untuk beradaptasi karena pria itu, sedikit berbeda.
Juga masih belum percaya bahwa dirinya adalah alasan mengapa pria buta itu pindah ke sekolahnya.
Mereka diam sepanjang perjalanan, yang dengan anehnya Akmal mengetahui setiap sudut jalan pulang, sampai ke taman itu.
Rindu melirik sekilas pria di sampingnya.
"Lo gak pulang? " tanya Rindu.
Akmal yang tak menjawab pertanyaannya terus saja melangkah tanpa kesalahan masuk ke dalam rumah tua itu bak orang normal yang dapat melihat apa yang ada di sekitarnya. Dan Rindu hanya mengikuti di belakang.
Sepertinya ia akan mulai terbiasa, atau mungkin harus terbiasa.
Akmal menaruh tas dan tongkatnya di rerumputan yang sepertinya tongkat itu hanya ia bawa sebagai tanda bahwa dirinya adalah seorang tunanetra. Kemudian mengambil gitar yang sengaja mereka taruh disana.
Dan tanpa Rindu sangka, pria itu mulai memetik senar gitarnya dan mulai bermain.
Kemudian Rindu duduk di sebelah Akmal dan hanya mendengarkan. Ini adalah kali pertama dirinya menyaksikan Akmal main gitar, tidak seperti bayangannya bahwa akmal tidak bisa bermain gitar sama sekali karena buta.
"Kalo bisa mainnya, kenapa minta diajarin? Aneh banget. " ucap Rindu setelah Akmal selesai memainkan gitar itu.
"Kenapa? Lo pikir gue gak bisa main gitar? "
Akmal menaruh gitarnya sembarangan dan membaringkan dirinya diatas rumput itu dengan kedua lengan yang ia jadikan bantal.
"I-iya." balas Rindu sedikit canggung.
"Tapi lo gak salah juga. " Akmal mulai memejamkan matanya.
"Cuma itu lagu yang bisa gue mainin," lanjutnya.
"Lo mau, kan? Ajarin gue? " tanya Akmal.
Ahhh, apa semua orang buta pengen main gitar, ya? batin Rindu frustasi karena tidak mengerti mengapa pria itu sangat ingin diajari bermain gitar. Terlebih dengan keterbatasan yang ada di dirinya.
Rindu menatap Akmal yang masih terpejam.
Lalu pria itu tertawa ringan, "kalo kasian sama gue, ajarin gitar, dong. "
Rindu mengambil gitar itu dan memberikannya pada Akmal. Kemudian ia mulai mengajarinya bermain gitar.
Dan entah sejak kapan, di taman ini, aku tidak lagi sendiri.
Tapi kehadirannya sama sekali tidak membuatku risih, tapi lebih terasa ada yang menemani.
Dan itu terasa lebih baik.
🌻🌻🌻
"Udah mau pulang? Gue anter. " Akmal mulai mengambil tas dan tongkatnya.
"Gak usah, gue gak suka dianter pulang. " ucap Rindu kemudian berjalan keluar taman.
Akmal menghela napas panjang. Ia sedikit khawatir karena tahu, kalau setiap hari sabtu ayah Rindu akan ada di rumah saat akan menjelang malam.
Akmal pun melangkah keluar taman itu juga, tapi tidak benar-benar pulang.
Ia berjalan menuju sebuah taman bermain kecil yang berada tepat di ujung jalan rumah Rindu dan duduk di salah satu ayunan disana.
Dan sesuai dugaannya, Rindu berjalan menjauhi rumahnya sebelum sempat masuk ke dalam.
Akmal mengeluarkan ponsel nya dan berkata pelan di depan ponsel itu.
"Malem ini bantuin gue ngerjain pr, gak ada penolakan. Kirim. "
Langkah kaki yang terdengar tidak beraturan itu kemudian berhenti.
Rindu menghapus air matanya yang tidak terasa mengalir itu dan kemudian melihat ponselnya yang berbunyi tanda ada pesan masuk.
Akmal ganteng titik.
Malem ini bantuin gue ngerjain pr, gak ada penolakan.
Rindu melihat baik-baik sekali lagi layar ponselnya. Sejak kapan ia menyimpan nomor pria aneh itu? Dengan nama aneh seperti ini?
Rindu mulai mengetik.
Besok libur.
Dan sebelum ia sempat memasukkan ponselnya lagi, sebuah pesan kembali masuk, dan ternyata dari orang yang sama.
Gak ada penolakan.
"Apasih? Maksa banget. " Rindu memasukkan ponselnya.
Kemudian sebuah mobil datang bersamaan dengan pria yang baru saja mengiriminya pesan itu dari arah yang berbeda.
"Gue bilang gak ada penolakan, kan? " ucap Akmal yang keluar dari taman itu.
Supir mobil itupun keluar dan membukakan pintu untuk majikannya.
"Masuk." lanjut Akmal.
Rindu tak habis pikir, apa ini adegan penculikan?
"Lo maksa banget, sih--ehh" Akmal mendorong Rindu agar masuk ke dalam mobilnya dan iapun duduk di sampingnya. Lalu pintu mobil ditutup oleh supir dan berjalan menuju rumah Akmal.
"Lo mau bawa gue kemana sebenernya?!"
Ponsel Rindu kembali bergetar. Dan dalam sekejap Akmal tau bahwa itu adalah pesan dari Yohana yang meminta maaf karena malam ini ia dan keluarganya tidak ada di rumah dan menyarankan Agar Rindu tidur saja di dalam kamarnya.
Tapi meski Yohana berkata begitu, tetap saja, itu bukan rumah miliknya dan sedang tidak ada pemiliknya. Rindu tidak bisa seenaknya masuk ke dalam.
Kemudian Rindu menyadari bahwa mereka sampai di sebuah rumah, atau bahkan sedikit aneh dibilang rumah karena bangunannya yang mirip dengan istana. Karena sangat luas dan ada bodyguard dimana-mana.
Supir mobil itu membukakan pintu mobil nya, kemudian Akmal keluar dan menahan pintu itu untuk Rindu.
"Gue lagi gak mau ke tempat bersejarah. Gue mau p---"
"Selamat datang di rumah gue, Rindu Pamela. "
Rindu tak bisa berkata-kata lagi.
🌻🌻🌻
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komentar, ya! ^^
See u 🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me
Teen Fiction"Iya. Tertawalah. Lupakan tentangku yang tak akan pernah bisa melihatmu bahagia. "